"Gue malu Thorn---"
"Malu? Malu kenapa?" tanya Thorn heran.
Ice disebelahnya hanya diam, menyimak pembicaraan keduanya, karena Ice sendiri juga tahu alasan kenapa Gempa enggan mengakui kakaknya.
"Gue punya kakak bego, gak seperti kakak lo." jelas Gempa.
"Maksud lo?" Thorn mengangkat sebelah alisnya tanda tak paham.
"IQ kakak gue lebih rendah dari gue Thorn, nggak seperti kakak lo yang cerdasnya diatas rata-rata, bahkan mungkin setara dengan Albert Einstein." Kepala ditundukan ke bawah, menatap kosong lantai kelasnya.
"Astaga...! Gue ga habis pikir sama lo, bisa-bisanya lo berpikir begitu!" Thorn menepuk keningnya mendengar penjelasan tak masuk akal sahabatnya.
"................ "
"Lo seharusnya nggak ngebandingin kakak lo sama kakak orang lain Gem, Allah menciptakan manusia dengan bentuk dan rupa yang berbeda-beda, begitu juga dengan otak kecerdasan manusia, nggak semua manusia pintar dan cerdas tapi mereka punya bakat dan prestasi yang nggak orang lain punya, mungkin dari segi kecerdasan mereka gagal tapi dari segi lain belum tentu, jangan ukur batas kemampuan seseorang cuman dari kecerdasan yang mereka punya, tapi coba lihat bagaimana cara mereka mengapresiasikan bakat dan kemampuan mereka, Gem."
Gempa terdiam seribu bahasa, ia tersenyum miris pada dirinya sendiri lalu bergumam kata maaf.
"Gue harap lo paham maksud gue Gem." ujar Thorn.
Gempa mengangguk.
"Udah gak usah sedih gitu, yang udah terjadi biarin terjadi, yang penting hal itu jangan sampai terjadi lagi gem, kalo lo ngebandingin orang lain ataupun diri lo sendiri itu sama aja lo ngebandingin Tuhan lo, kita adalah makhluk sempurna yang Tuhan ciptakan, namun kita juga punya porsi masing-masing yang udah Tuhan atur sesuai dengan diri kita sendiri." Ice menepuk bahu Gempa lalu tersenyum lembut, menasehati Gempa.
"Makasih ya Ice, Thorn. Sekarang gue sadar kalo gue salah, seharusnya gue nggak bandingin kak Hali sama kakak lo, Thorn." lirih Gempa mendongakkan wajahnya lalu menatap Ice dan Thorn bergantian.
Gempa tersenyum sendu, menyadari kebodohan yang dia lakukan selama ini. Menyembunyikan hubungan antara dia dan kakaknya dari semua orang, hingga mereka hanya mengenal dia sebagai putera tunggal Amato dan Mara. Sedangkan Halilintar, dia sama sekali tidak peduli urusan itu.
Tapi itu pemikirannya dulu, setelah mendapat siraman rohani dari Ice dan Thorn. Gempa sedikit merubah pikirannya, namun bukan berarti dia mau mengakui hubungannya dan halilintar. Biarkan saja ini menjadi rahasia mereka bertiga, orang lain tidak perlu tahu, siapa halilintar dan apa hubungan mereka, cukup kenal dia dan halilintar sebagai kakak kelas dan adik kelas itu saja, sisanya Gempa rasa tidak perlu.
Bel masuk berbunyi menandakan percakapan harus usai sampai disini.
"Setelah ini gue sama Ice berharap lo berubah pikiran Gem." Gempa mengangguk.
Jam 09.30 WIB
Kring!! Kring!!
Alarm bel istirahat berbunyi, para murid berhamburan pergi ke kantin sekolah.
"Hali lo nggak ke kantin?" tanya Blaze.
Halilintar dan Blaze juga sudah berbaikan karena keduanya tak ingin memperpanjang masalah.
"Gue pengen ke kantin sih tapi mager, gimana dong?" tanya Halilintar, ia menelungkupkan wajahnya dilipatan tangan yang ia letakkan diatas meja.
"Ya udah lo ngesot aja dari sini ke kantin daripada nanti lo mati kelaperan, mending ngesot." saran Blaze yang kelewat masuk akal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Halilintar Argantara [END]
Fanfiction[????? ??????? ?????] "?????, ???? ????? ??????????? ??? ???. ??? ????? ?????? ???????, ??? ???????? ??????? ?? ????? ???." -?????????? ???...
26. | Gue ga seberuntung itu, Blaze|
Mulai dari awal