抖阴社区

30. | Andai kalian tau alasan gue |

Mulai dari awal
                                        

"Kak, katanya Fang mau ikut bantu kita, boleh nggak?" tanya Thorn menatap Blaze dan Halilintar.

"Boleh dong Thorn." Fang, Thorn dan Ice tersenyum mendengarnya.

"Makasih ya bang." ucap Fang.

"Iya sama-sama." Halilintar mengangguk.

"Bang! Gue juga ikut dong!" Halilintar ddk spontan menoleh dan terkejut melihat Gempa sedang berjalan kearah mereka.

"Ngapain lo kesini?" tanya Thorn tak santai.

"Gue cuman mau gabung sama kalian doang kok." jawab Gempa menatap mereka bergantian.

"Gabung? Lo pikir, lo disini diterima gitu? Jangan ngimpi!" hardik Ice menatap Gempa tajam.

"Emangnya lo siapa? Punya hak apa lo, hah?!" tekik Gempa melempar tatapan tajam pada Ice.

"Gue manusia dan gue punya hak disini!" tegas Ice sambil menunjuk tempat ia berdiri.

"Yang cuman punya hak disini itu kepala sekolah bukan lo!" tukas Gempa.

"Tapi gue disini juga punya hak, gue siswa disini jadi gue juga punya hak atas tempat ini." ujar Ice tak mau kalah dengan Gempa.

"Kalau gitu gue juga punya hak, gue juga kan siswa disini, ortu gue sendiri yang daftarin gue ke sekolah ini." Gempa berkata dengan arogannya membuat Halilintar ddk kecuali Thorn menatapnya malas.

"Kalau mental lo masih cupu, gue saranin mending balik deh! Sebelum gue hajar lo depan kakak lo." Wajahnya datar dan sorot matanya tajam menatap Gempa dihadapannya.

"Lo pikir gue takut sama gertakan lo? Hilihhh! sorry ya gertakan lo gak mempan buat gue." cibir Gempa dengan tampang arogannya.

"Terserah! Gue nggak punya waktu berdebat sama lo." ujar Thorn datar.

Gempa tersenyum miring, namun tidak ada yang menyadari senyuman itu. Matanya teralihkan pada seorang siswa berkacamata dengan badan yang sedikit kurus dari mereka.

"Anak cupu ini ngapain disini? Dia ikut juga?" tanya Gempa menatap jijik penampilan Fang yang bisa dibilang cupu.

"Siapa yang lo bilang cupu?" Halilintar yang sedari tadi diam kembali besuara, menatap Gempa dengan tajam.

"Fang, dia kan cowok ter-cupu seantero sekolah, emangnya lo nggak tau ya ka--"

"Berapa kali harus gue ingatin? Kalau gue bukan kakak lo! Jadi stop panggil gue dengan sebutan itu!" Seolah ada lem perekat di mulutnya Gempa langsung diam untuk beberapa saat.

"Pfttt- nggak dianggap." ejek Thorn dengan wajah arkward. Mati-matian Blaze ddk menahan tawanya melihat kesangaran Gempa tadi langsung menciut setelah mendengar penolakan Halilintar.

"Gak ada yang lucu, gak usah ketawa!" ucap Gempa dengan galak menatap Blaze ddk.

Thorn menahan tawanya dengan bibir bawah yang ia gigit.

"Iya-iya, gak ketawa lagi." Thorn menggerakkan ibu jari dan jari telunjuknya kearah bibir. Seolah-olah mengunci bibirnya sendiri agar tidak tertawa. Blaze ddk melakukan hal yang sama, seperti yang Thorn lakukan.

"Sebaiknya lo segera pergi dari sini. Kita gak butuh orang munafik seperti lo," suruh Ice pada Gempa.

"Gak! Gue gak akan pergi, gue mau disini sama kak Hali." tolak Gempa sambil melingkarkan tangannya di lengan Halilintar.

"Gak usah manja deh lo!" Halilintar menghela nafas ia melepas lingkaran tangan Gempa pada tangannya perlahan karena sedari tadi ia tak nyaman.

"Udah deh Gem, mending lo turutin kata Ice! Sebelum tangan gue sendiri ngerusak wajah mulus lo itu," suruh Thorn agar Gempa menuruti perintah Ice.

"Gue bilang enggak! Ya enggak!" tolak Gempa mentah-mentah.

"Ckkk." Thorn berdecak kesal melihat Gempa yang tidak ingin pergi.

"Ya udah kalau gitu kita aja yang cabut, ayok guys! Kita pergi dari sini," ajak Blaze menyuruh Hali ddk meninggalkan Gempa sendiri.

"Ayok!" Hali ddk mengangguk lalu berjalan menjauhi Gempa.

Gempa menundukkan kepalanya ke bawah, ternyata ia benar-benar di tinggal sendiri.

"Apa salah gue? Gue cuman pengen gabung sama kalian." batin Gempa.

Air mata yang ditahannya jatuh. Benteng yang ia bangun untuk terlihat tegar akhirnya luruh perlahan.

Tidak ada sedikitpun kebohongan terselip disorot matanya. Air mata itu benar-benar murni. Gempa mengusap air matanya kasar dengan senyum palsu yang terlukis dibibirnya.

"Seandainya mereka tau alasan gue kayak gini, pasti mereka gak akan jauhin gue." lirih Gempa menatap kosong kepergian Hali ddk.

Setelah itu Gempa melangkah pergi meninggalkan halaman belakang.

"Gue harap setelah ini lo sadar, Gem." batin Halilintar.

Tanpa sepengetahuan mereka dan Gempa, Halilintar kembali ke tempat tadi, dimana Gempa masih berada disana, sebelum benar-benar pergi meninggalkan tempat itu.

"Jadi kapan ki- eh? Kak Hali kemana?" tanya Thorn bingung sambil celingak-celinguk mencari keberadaan halilintar.

"Eh iya-ya kemana sih Hali? Perasaan tadi dia di sebelah gue deh," ucap Blaze menerka-nerka jika halilintar tadi berada disisinya.

"Duh... Kak Blaze gak dijaga sih kak halinya jadi hilang kan tuh," tuduh Thorn.

"Gue bukan anak kecil Thorn." ucap remaja bermata ruby datang dari arah belakang mereka.

"Itu kak Hali." tunjuk Fang.

"Iya ini gue, kenapa Fang?" tanya Halilintar pada Fang.

"Hehehe gapapa kak." Fang terkekeh kikuk melihat wajah halilintar yang tidak bersahabat.

"Oh." Halilintar ber-oh ria lalu mendekati Thorn yang posisinya ditengah-tengah.

"Kak Hali dari mana?" tanya Thorn.

"Toilet." singkat Halilintar.

Thorn ddk mengangguk percaya.

"Gue gak suka basa-basi jadi langsung kita bahas ke intinya aja." ujar Halilintar mulai membahas tujuan ia mengumpulkan mereka di ruangan rahasia yang hanya sedikit orang yang tahu tempat itu.

Setelah selesai mereka keluar ruangan dan melanjutkan kegiatan masing-masing, karena masih ada waktu yang tersisa sebelum bel berbunyi.



Gimana nih tanggapan kalian?
Kira-kira air mata Gempa,
Air mata kejujuran? Atau air mata buaya?

Silahkan jawab di kolom komentar...

Bersambung...

Jangan lupa vote dan coment

SEE YOU NEXT PART💕

Halilintar Argantara [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang