抖阴社区

chapter 3

2.7K 251 5
                                    


Tepat pukul sebelas malam Atlas tiba di rumah Hera, tadinya ia berniat pulang setelah selesai mengantarkan Nesa yang tengah mabuk, tapi saat melihat pesan yang ia kirim tak juga mendapatkan balasan akhirnya ia memutuskan untuk datang langsung ke rumahnya.

Rumah minimalis dengan beberapa pepohonan di halamannya itu tampak sepi. Atlas berjalan ke samping rumah Hera dan berdiri di depan jendela kamar cewek itu, gelap itu yang ia lihat, hanya remang-remang cahaya oranye dari lampu tidur di balik gorden yang dapat tertangkap matanya. Tanpa rasa takut sedikitpun ia mencongkel jendela kamar Hera yang tidak terkunci dan masuk ke dalamnya.

Dengan langkah pelan Atlas mendekati Hera yang tengah tertidur, tepat di depan Hera yang tengah tidur menyamping ia berjongkok, tatapannya tak lepas sedikitpun dari wajah rupawan kekasihnya.

"Nesa." Gumam Atlas pelan, tangannya terangkat mengelus rambut Hera yang setengah menutupi wajahnya.

Jari-jari besarnya meluncur halus di rambut Hera sesekali ia dengan sengaja memelesetkan jarinya ke arah pipi dan alis cewek itu. Seakan ingat akan sesuatu, ia merogoh saku celananya dan mengambil jepit rambut dengan aksesoris bintang berwarna biru di sakunya. Atlas menatap sejenak jepit rambut itu setelahnya tersenyum lebar dan memasangkan nya di rambut Hera.

"Cantik." Puji Atlas dengan kekehan kecil keluar dari mulutnya.

"Pake terus ya." Wajahnya yang awalnya cukup berjarak ia dekatkan ke dahi Hera hingga berakhir dengan bibirnya yang mendarat di kening cewek itu, cukup lama ia berada di posisi yang sama sampai akhirnya menjauhkan diri saat mendengar lenguhan terganggu dari Hera yang tengah terlelap.

Atlas kembali mengalihkan pandangan pada jepit rambut di kepala Hera. Ah, ia jadi teringat saat mengambil benda itu dari Nesa yang tengah mabuk.

"Gue gak bisa sama dia karna ada Alaric yang jadi penghalang, sebagai gantinya gue mau lo jadi dia ya?" Ucap Atlas sendu, untuk sejenak ia menunduk sebelum akhirnya kembali mengangkat pandangan dengan senyum lebar tersungging di bibirnya.

"Jepit rambut ini punya dia dan sekarang ini jadi punya lo, gue mau lo pake apapun barang yang pernah singgah di tubuh dia. Tapi kayaknya itu sedikit mustahil, jadi kita mulai dari yang mudah-mudah aja ya."

Helaian rambut yang menutupi wajah Hera dengan hati-hati di singkirkan, tangannya turun mengelus kelopak mata Hera lembut.

"Gue bakal jadiin Nesa ke dua di tubuh lo, Nesa yang bakal selamanya jadi milik gue."

ekspresi Wajah Atlas yang awalnya penuh senyum dalam sekejap berubah menjadi datar. matanya  menyipit, ia mendekatkan wajahnya dan menaruh kepalanya di pinggir kasur tepat menghadap wajah Hera yang terlelap.

"Jadi jangan coba-coba buat pergi."

_____

Hera keluar dari kamar mandi dengan kaos dan celana selutut yang telah terpasang di tubuhnya. Sekilas ia melirik jepit rambut berwarna biru yang ia letakkan di atas meja.

Membingungkan, Seingatnya ia tak pernah memiliki membeli benda itu.

"Ah mungkin punya pemilik tubuh ini dulu." Ujar Hera memilih tak ambil pusing.

Suara dering di ponselnya mengambil alih perhatian Hera, ia mendudukkan diri di atas kasur sambil mengusap rambutnya yang basah menggunakan handuk. Saat melihat nama si penelpon ia langsung berdecak, rasanya cukup malas untuk mengangkat panggilan itu.

Saat bunyi dering untuk yang ketiga kalinya terdengar ia akhirnya menyerah dan mengangkatnya.

"Apa?" Tanya Hera galak.

Untuk beberapa saat tak ada jawaban apapun dari seberang sana.

"Lo gak mau ngomong kan? Ya udah kalo gitu Gue matiin."

"Lo siap-siap."

Hanya tiga kata saja yang Atlas ucapkan sebelum memutus panggilan. Sudut bibir Hera terlihat berkedut-kedut kesal, ia menatap ponselnya penuh dendam sebelum akhirnya menghela nafas panjang. Rasa-rasanya ia akan mati beberapa saat lagi.

Hampir dua puluh menit yang Atlas butuhkan untuk sampai ke rumah Hera. Tanpa permisi ia langsung masuk ke dalam dan berjalan ke kamar cewek itu.

"Ayo pergi." Ujar Atlas saat membuka pintu kamar Hera. Tak mendapatkan balasan apapun dari cewek itu ia mendekat, langkahnya berhenti tepat di depan Hera yang tengah duduk di atas kasur sembari memainkan ponselnya. Bahkan cewek itu tak sedikitpun melirik Atlas yang berdiri di sampingnya.

"Ayo pergi." Ulang Atlas lagi.

Hera mendengus, ia meletakkan kasar ponselnya ke atas kasur dan menatap Atlas.

"Gue gak mau pergi."

"Kenapa?"

"Ya karna gue gak mau!"

Atlas mengangguk mengerti, ia ikut naik ke atas kasur Hera dan mendudukkan dirinya di sana.

"Lo berubah." Kata cowok itu dengan santai, ia tersenyum lebar hingga matanya menyipit saat melihat ekspresi tak suka Hera.

"Gue cuma bercanda kok."

Hera membuang pandang ke arah lain mencoba mengendalikan detak jantungnya yang berdegup kencang saat mendengar perkataan Atlas beberapa saat lalu. Ia berdehem pelan dan kembali memainkan ponselnya.

"Pulang sana, gue gak bakal keluar hari ini." Usir Hera.

"Nanti." Singkat Atlas. Cowok itu mengubah posisinya menjadi berbaring, ia memejamkan matanya tanpa peduli Hera yang sibuk mengusirnya.



Duplicate Doll Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang