Atlas terlihat bagai orang gila yang tengah Shok setelah kehilangan karung berisi batu miliknya. Di depannya Hera tampak begitu menawan, Cewek itu hanya menggunakan sepotong handuk yang hanya dapat menutupi dada dan setengah pahanya. Atlas yang berdiri di depan pintu terdiam kaku, ia menatap kagum Hera yang tengah menghadap meja rias tanpa tau bahwa ia tengah memperhatikan cewek itu tak jauh dari sana."Wow lo cocok kayak gitu."
Hera tersentak kaget, buru-buru cewek itu berbalik menatap siapa gerangan yang tadi berbicara. Saat melihat Atlas yang tengah berdiri menatapnya ia dengan cepat mengeratkan lilitan handuknya sambil memelototi cowok itu.
"Ngapain lo disana? Dasar cowok mesum!" Maki Hera kesal.
"Menurut lo gue ngapain di sini."
Atlas berjalan mendekati Hera dengan kedua tangannya di masukkan ke dalam saku celana. senyum menyebalkan ia tampilkan, di mata Hera saat ini cowok itu Tampak bagai om-om mesum yang tengah menggatal.
Mengerikan, Hera bergidik ngeri menatap Cowok itu. Tampa menunggu Atlas berada lebih dekat dengannya cewek itu buru-buru mendekati lemari untuk mengambil bajunya sebelum kembali berlari ke kamar mandi. Itu niat Hera awalnya, tapi baru saja hendak berlari ke kamar mandi tiba-tiba saja Atlas sudah ada di belakangnya sambil merentangkan tangan.
"Mau kemana? Gak pake baju gini aja lo juga cocok kok."
Dengan tampang tak bersalah Atlas merebut baju di tangan Hera dan melemparkannya ke atas ranjang. sudut bibir cowok itu terangkat, sekilas ia menoleh ke baju yang tadi dilemparnya sebelum kembali menatap ke arah Hera.
"Tapi kalo lo memang ngerasa gak nyaman lo boleh kok pake bajunya, tapi harus di depan gue, gimana?" Ujar Atlas sambil mengedipkan sebelah matanya genit.
"Atau mau gue aja yang pakein?" Sambung Atlas, cowok itu berekpresi seakan-akan Baru saja mendapatkan ide brilian. Matanya melotot kecil dengan senyum lebar yang tersungging di bibirnya.
"Gak usah, lo apa-apaan sih mesum banget jadi orang."
"Mesum darimana? Gue cuma nawar ya tadi, kalo memang lo gak mau ya udah. handukan aja buat hari ini."
"Minggir sana."
Hera mendorong Atlas dari hadapannya dan berbalik berlari hendak keluar dari kamar. Niatnya untuk berganti baju di kamar tamu urung saat Atlas mengejarnya dan memeluk pinggangnya tepat sebelum ia berhasil memutar kenop pintu.
"Mau kemana?" Kata Atlas menatap tajam ke arah Hera.
"Kemanapun gue pergi Bukan urusan lo."
Atlas buru-buru mengunci pintu dan berbalik menatap Hera sembari mengacak rambutnya frustasi.
"Lo gak sadar penampilan lo lagi kayak gini, mau pamer lo ke pelayan yang ada di bawah?" Tanya Atlas jengkel, awalnya ia hanya ingin menjahili Hera tapi yang tak di sangka-sangka bahwa cewek itu akan nekat keluar dari kamar dengan hanya menggunakan sepotong handuk saja.
"Yang buat gue gak bisa pake baju di sini siapa?" Hera menekan dada Atlas dengan telunjuknya. "Kalo lo gak nahan-nahan gue buat pake baju di sini mungkin gue gak bakalan keluar kamar buat pake di kamar tamu."
"Iya gue yang salah! Tapi harusnya lo bisa mikir, di luar itu banyak pekerja cowok kalo sampe mereka liat penampilan lo yang kayak gini gimana?!"
"Bukan urusan lo urusin aja diri lo sendiri."
Atlas menghela nafas kasar, kedua tangannya di masukkan ke dalam saku sambil menggigit bibir bawahnya menahan kesal.
"Gue keluar, lo pake baju lo di kamar ini. Ngerti?"
"Eum."
Setelah mendengar gumaman Hera Atlas membuka pintu dan memutuskan untuk keluar. Baru beberapa detik pintu tertutup cowok itu kembali membukanya.
"Awas lo kalo berani keluar." Ancam Atlas yang di balas delikan sinis oleh Hera.
______
Siapa sih yang tidak merasa kesal bila di ganggu? Hera rasa-rasanya hendak meledakkan kepala Atlas sekarang juga. Cowok itu sedari tadi sibuk melemparkannya dengan kulit kacang padahal sudah berulang kali Hera peringati.
"Lo kalo gak punya malu minimal punya adab, jangan maruk sampai ngeborong dua-duanya."
"Ngomong sama gue?" Tanya Atlas tampa rasa bersalah, ia menatap ke arah Hera seakan tak pernah berbuat dosa.
"Gak, gue gak ngomong sama lo kok, gue ngomong sama orang yang ngerasa gak punya malu sama gak punya adab. Lo ngerasa jadi orangnya?"
"Gak sih, yaudah lanjutin gih ngomongnya."
Hera menyipitkan matanya geram, bantal sofa yang tadinya ada sampingnya ia ambil dan ia lempar ke arah Atlas hingga mengenai tepat di kepala cowok itu.
"Mamam tuh bantal." Hera turun dari sofa dan berjalan menuju dapur, sekilas ia menoleh ke belakang dan dapat ia lihat Atlas yang tengah mengacungkan jari tengah ke arahnya.
Sementara itu Atlas tampak menggerutu kesal, ia menoleh pada ponselnya saat mendengar getar telepon yang datang dari benda itu. Devan, nama si penelpon yang tertera di sana.
"Apa?" tanya Atlas ketus.
"Kenapa lo? Mulai gila?"
"Kenapa nelpon? Cepetan ngomong gue sibuk."
"Sibuk apaan, sibuk ngekorin cewek lo itu ya?" goda Devan." Ah gue tau nih lo pasti lagi berantem ya sama dia?"
"Sok tau lo."
"Ngaku aja, tapi lo nyebelin banget kalian yang berantem lo ketus nya Malah ke gue."
Atlas dapat mendengar suara decakan Devan di seberang sana, tadinya Atlas berniat tak peduli tapi saat melihat Hera yang hendak melintas ia tampak menyeringai.
"Emang tai itu cewek, padahal badannya kecil tapi penantang petenteng gue injek juga bisa." Ucap Atlas sambil mengeraskan suaranya.
"Alah banyak omong lo coba injek beneran."
"Kasian kalo beneran gue injek, udah kurang gizi tinggal nunggu angin Dateng aja palingan kalo kesapu angin juga terbang."
"Omongan lo."
"Udah dulu ya gue sibuk."
Hera yang sedari tadi mendengar percakapan Atlas berjalan mendekati cowok itu dengan mata menyipit.
"Tadi lo ngomongin gue ya?"
"Gak kok, lo ngerasa kurang gizi emangnya?"
Atlas bangun dari duduknya dan menepuk bahu Hera.
"Kalo lo ngerasa gak kayak orang kurang gizi berarti bukan lo, tapi kalo lo ngerasa ya-" Atlas menggantung ucapannya sambil tersenyum lebar, ia menepuk bahu Hera sekali lagi setelahnya berlalu pergi dari hadapan cewek itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Duplicate Doll
FanfictionKegilaan Atlas di mulai saat ia tak dapat menjadikan Nesa sebagai miliknya, ia mencari gadis lain yang mirip dengan sang pujaan hati dan berniat menjadikannya sebagai duplikat dari gadis yang ia taksir. START: 2 MARET 2025