抖阴社区

chapter 21

926 222 13
                                    


Hera merasa Semakin lama tingkah Alaric semakin aneh saja, setiap pagi cowok itu tak pernah melewatkan untuk mengunjungi Hera selama  empat harian ini. Puluhan kantong plastik berisi belanjaan yang cowok itu beli sudah menumpuk di dalam kulkas, padahal Hera hanya sendiri tapi cowok itu membeli barang belanjaan seakan ada sepuluh orang di sana.

Di satu sisi Hera merasa lega karena berkat bantuan Alaric ia bisa kabur dari Atlas, cowok itu memberikannya tempat tinggal, makanan dan banyak lagi secara gratis. tapi di sisi lain ia merasa risi saat melihat tingkah laku Alaric, ia yang selama ini hanya dekat dengan Atlas merasa perlakuan Alaric sudah cukup berlebihan terhadapnya.
Atlas yang notabenenya kekasihnya saja tidak pernah memperlakukan Hera sebegitu nya, lalu mengapa Alaric yang bukan siapa-siapanya berlaku demikian?

"Buat lo."

Alaric yang baru saja keluar dari dapur menyodorkan sekaleng minuman ke arah Hera.

"Makasih." Kata Hera sembari menerima minuman pemberian Alaric.

"Udah makan?" Tanya Alaric sesaat setelah menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa.

"Udah kok."

"Lo masak belanjaan yang gue kasih kemarin kan?"

Pertanyaan itu lagi, pertanyaan yang sama yang Alaric tanyakan beberapa hari ini.

"Iya."

"Ah yaudah, itu minumannya di minum."

Hera mengangguk pelan, ia membuka penutup kaleng dan segera meminumnya. "Lo gak minum? Di kulkas perasaan masih ada banyak."

Alaric tersenyum tipis, ia menggelengkan kepalanya dengan tatapan yang tak sedikitpun berpindah dari Hera.

"Enggak, gue lebih suka air putih." Alaric terkekeh kecil. " Air putih kan lebih sehat."

"Aneh banget, udah tau gak sehat malah lo kasih ke gue. Lo pengen gue cepat-cepat mati ya?" Canda Hera, cewek itu tertawa senang kala melihat wajah masam Alaric.

"Ya enggak lah, kalo gitu ngapain gue nyelamatin lo dari si bajingan gila itu? Mending gue tinggalin aja lo di sana biar di bunuh sama dia."

Hera menyerngit, "Lo marah? Gue cuma bercanda tau."

"Enggak kok, gak mungkin lah gue marah cuma karna hal sepele gitu." Alaric tersenyum tipis sambil mengibaskan tangannya manakala menangkap tatapan tak enak yang Hera layangkan ke arahnya.

Hera menghela nafas lega, sempat terbersit di pikirannya bahwa Alaric marah akan perkataannya tadi. Tapi untung saja tidak demikian.

"Ngomong-ngomong lo udah makan? Mau gue masakin?" Tawar Hera, sedari pukul tujuh pagi Alaric sudah datang mengetuk pintu rumah. Hera skeptis cowok itu sudah makan tadi pagi.

"Gak usah gue lagi gak laper."

"Beneran? Padahal masakan gue gak buruk-buruk amat kok."

"Iya, nanti kalo memang gue laper gue bakal makan kok. Kalo masalah makan lo tenang aja, gak usah khawatirin gue Kitakan bukan pasangan."

Hera memutar matanya jengkel, niatnya menawarkan cowok itu makan hanya sebagai balasan kecil atas bantuan yang telah cowok itu berikan padanya. Tapi perkataan cowok itu tadi membuat Hera sedikit menyesal karna menawarkan nya.

"Siapa juga yang khawatir sama lo?"

Sudut bibir Alaric terangkat membentuk seringai kecil, "siapa lagi kalo bukan lo?"

Dengusan sebal Hera
keluarkan, "Jangan terlalu percaya diri."

Alaric tak membalas sindiran Hera, ia berdiri dari duduknya dan menatap cewek itu lekat.

"Gue jadi penasaran, gimana sekarang reaksi dia setelah kehilangan sesuatu. Dan gue juga penasaran, sejauh apa perbuatan gue udah berkembang." Alaric sedikit membungkukkan tubuhnya untuk mengambil kaleng minuman yang sudah kosong di atas meja.

"Maksudnya?"

Senyum tipis kembali Alaric tampilkan, ia memiringkan
sedikit kepalanya sambil menggoyang-goyangkan kaleng yang ada di tangannya di hadapan Hera.

"Gue akuin dia memang jauh di atas, tapi Yang gak setara juga punya pikiran buat bikin rencana kan? Walaupun akhirnya harus hancur tapi.."

Alaric tidak melanjutkan perkataannya yang membuat Hera mengangkat satu alisnya kebingungan, jelas cowok itu belum menyelesaikan perkataannya tapi seolah ia enggan untuk melanjutkan karna tidak boleh membiarkan Hera mendengar perkataan terakhirnya.

"Tapi?"

"Lo cukup dengar sampai situ."

"Kenapa emangnya?"

Alaric tersenyum lebar hingga membuat matanya menyipit, ia menggelengkan kepalanya pelan pertanda enggan menyebutkan alasannya.

"Gak papa, kalo gitu gue pergi dulu."

Seakan tak mau mendengar pertanyaan Hera lebih lanjut, Alaric buru-buru melarikan diri dari sana. Ia berjalan cepat menuju pintu keluar setelah berpamitan dengan cewek itu.

"Aneh." Gumam Hera saat melihat Alaric yang berjalan cepat menuju pintu dan menghilang di baliknya.

______

Saat Atlas terbangun, hanya cahaya redup dari jendela yang di lihatnya. Ia turun dari tempat tidur, Dinginnya udara setelah hujan tak mampu membalikkan langkah Atlas yang hendak menuju balkon untuk kembali bergelut dengan selimutnya. malam ke lima setelah kepergian Hera cukup membuat Atlas kacau. Siapa yang tau bahwa keadaan Atlas akan seburuk ini, tangannya yang terluka akibat meninju tembok dan bawah matanya yang menghitam akibat kekurangan tidur membuat cowok itu yang awalnya begitu memperhatikan penampilan menjadi tidak terurus seperti ini.

Pertengkaran nya dengan Devan pun membawa dampak negatif, setelah hari itu Devan memang masih datang untuk melihat kondisinya tapi setiap ia datang ia hanya membawa kata-kata sinis.

"Kalo lo masih punya tangan hidupin lampu kamar lo, gak usah sok-sokan mau jadi dedemit yang kerjanya hidup dalam gelap."

Atlas tak berniat membalas ucapan Devan, ia hanya melirik cowok itu sekilas sebelum kembali menatap lampu-lampu jalan dari balkon kamarnya.

"Kunci rumah cewek lo." Devan melempar kunci rumah Hera ke atas lantai, bunyi gemericik dari kunci cukup bisa membuat Atlas membalikkan badan dan berjalan mendekat untuk mengambil kunci itu.

"Lebih baik lo di sini jangan keseringan di rumah cewek lo, lo punya rumah sendiri tapi tingkah lo kayak orang gak punya rumah."

Atlas masih tak juga menjawab, cowok itu hanya mendengarkan ocehan Devan tanpa mau repot-repot membalas sindiran cowok itu.

"Ah dasar gila, mati aja lo sana." Geram Devan karna tak kunjung mendapat balasan, ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju pintu setelah sebelumnya tanpa rasa bersalah menendang kaki ranjang Atlas.








Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

? Terakhir diperbarui: 2 days ago ?

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Duplicate Doll Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang