Hera dengan cepat berlari menyelinap ke dalam gang sempit di antara pertokoan, ia berjongkok di balik tong sampah, jantungnya berdetak kencang saat mendengar suara langkah kaki yang mulai masuk ke dalam gang tempatnya berada."Hera~"
Suara Atlas mengalun pelan, sebelah tangannya di masukkan ke dalam saku celana mengambil salah satu anting Hera yang jatuh di dalam mobil saat dalam perjalanan pulang dari ulang tahun Nesa.
"Ayo keluar."
Hera semakin merapatkan tubuhnya ke dinding saat Atlas semakin mendekat ke arah tong sampah. Tangannya gemetar dan Degup jantungnya berpacu dengan cepat, Hera skeptis bisa melihat hari esok bila sampai Atlas menemukannya.
Sialan
Sialan
Sialan
Tak habis-habisnya Hera memaki kecerobohannya, ia benar-benar tak sengaja menarik Nesa hingga cewek itu jatuh ke dalam kolam. Semua ini salah Atlas, jika cowok itu tidak bercanda dengan berpura-pura mau mendorongnya ke dalam kolam ia tidak akan menarik pergelangan tangan Nesa yang kebetulan tengah berdiri di samping mereka. Ia selamat karna sebelum jatuh Atlas sempat menahan pinggangnya, sementara Nesa tercebur ke dalam kolam akibat kejadian itu.
"Ketemu!"
Hera mendongak menatap Atlas, pupil matanya terlihat bergetar ketakutan akan keberadaan cowok itu.
"Kenapa lo lari?" Tanya Atlas sambil memiringkan kepalanya, seringai senang ia tampilkan saat melihat Hera meringsut ke belakang menghindarinya.
Gila, bagaimana Hera tidak lari di saat Atlas ingin mencekik lehernya menggunakan sabuk pengaman saat di dalam mobil. Cowok itu berteriak menyalahkan Hera tanpa berkaca bahwa semua ini bermula karna ulahnya.
"Ayo berdiri, biar gue pasangin anting lo."
Tak ada suara apapun yang Hera keluarkan, ia dengan pelan berdiri seraya menatap Tajam ke arah Atlas.
"Bagus ayo ke sini." Atlas mengulurkan tangannya hendak menggapai Hera, senyum pongah muncul di bibirnya karna berpikir bahwa Hera sudah menyerah.
"Mimpi!"
Hera meludah setelahnya mendorong Atlas dan berlari melewati cowok itu, luka di lututnya akibat terjatuh tak ia hiraukan. Yang terpikirkan olehnya saat ini hanya lari dari cowok itu.
Atlas terkekeh, ia menganggukkan kepalanya seraya berbalik menatap ke arah Hera yang berlari menjauhinya.
"Lo masih mau main-main sama gue Hera?"
Kekehannya hilang dalam sekejap, Atlas melihat sejenak anting di tangannya setelahnya memasukkan kembali benda kecil itu ke dalam saku celana yang ia gunakan.
Untuk beberapa saat Atlas berjalan lambat, sebelum setelahnya berlari kencang mengejar Hera yang berlari menuju jalan raya.
"Cewek tolol lo mau ke mana?" Gumam Atlas semakin mempercepat langkahnya.
Matanya terbelalak saat melihat Hera yang menyeberang tanpa melihat kiri-kanan.
"HERA!!" Teriak Atlas saat matanya menangkap sebuah sedan hitam melaju kencang ke arah cewek itu. nafasnya serasa tertahan di tenggorokan, tapi untung saja Hera sadar dan dengan cepat menghindar sebelum mobil itu menghantam tubuhnya.
"Cewek sialan!" Maki Atlas. helaan nafas lega ia keluarkan, Ia hampir jantungnya melihat cewek itu yang hampir di hantam oleh mobil akibat kecerobohannya sendiri.
"Hhhs Hera." Desahnya tajam, matanya tak lepas dari Hera yang berlari dan hilang di tengah keramaian.
Atlas berdecak, Hera berhasil kabur darinya. Yang tak sempat ia sangka bahwa cewek itu cukup gesit saat melarikan diri.
______
Hera tampak luntang-lantung berlarian di tengah kota Dengan rambut acak-acakan dan lututnya yang mengeluarkan darah. Sesekali ia menoleh ke belakang takut bila Atlas masih mengejarnya. Sungguh ini akan menjadi pengalaman paling mengerikan yang pernah ada dalam hidupnya. Atlas, cowok itu benar-benar gila. Hera masih bisa merasakan sabuk pengaman yang Atlas cekikikan di lehernya beberapa saat yang lalu.
Brengsek! Gara-gara Atlas ia bahkan tak berani untuk pulang ke rumahnya sendiri.
Hera berjongkok di bangku taman, orang-orang yang lewat tampak menatap Aneh ke arahnya.
Sempat terbersit di pikirannya bahwa saat ini orang-orang yang lewat berpikir bahwa ia adalah orang gila.
Mana ada orang waras yang berkeliaran di tengah kota Dengan penampilan berantakan seperti Hera.Hera menunduk menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan.
Desisan sakit keluar dari mulutnya saat luka di lututnya mulai terasa perih."Hoy!"
Panggilan itu membuat Hera mengangkat wajahnya, matanya langsung bersibobrok dengan Alaric yang tengah berdiri di depannya dengan tatapan datar.
"Pake biar gue antar." Ujar Alaric sembari melempar jaket miliknya ke arah Hera.
Hera tak langsung mengiyakan, ia menatap bingung Alaric yang bersikap baik padanya. Cowok itu tak marah saat kekasihnya Hera buat tercebur ke dalam kolam?
"Lo, lo kenapa bisa ada di sini?"
Alaric memutar matanya kesal, "banyak omong lo!" Sentak Alaric. Ia menarik pergelangan tangan Hera hingga cewek itu tak punya pilihan lain selain berdiri.
"Cepetan pake biar gue antar pulang!"
"Gak usah."
Hera menyodorkan kembali jaket di tangannya kepada sang pemilik.
"Gue gak pengen pulang jadi lo pergi aja."
Alaric tampak berdecak kesal, ia mengambil kasar jaketnya di tangan Hera dan di sampirkannya pada bahu cewek itu.
"Kalo Lo gak mau pulang ke rumah, lo-lo bisa numpang di apartemen kakak gue. Kebetulan dia lagi di luar negri." Ujar Alaric dengan sedikit ragu.
Hera menatap cowok itu curiga, "kenapa lo baik?" Tanyanya penasaran.
"Lo lihat pertengkaran gue sama Atlas ya?" Lanjut Hera yang di balas pelototan oleh Alaric.

KAMU SEDANG MEMBACA
Duplicate Doll
FanfictionKegilaan Atlas di mulai saat ia tak dapat menjadikan Nesa sebagai miliknya, ia mencari gadis lain yang mirip dengan sang pujaan hati dan berniat menjadikannya sebagai duplikat dari gadis yang ia taksir. START: 2 MARET 2025