抖阴社区

chapter 12

2.6K 265 21
                                    


Atlas memutar matanya saat pintu kamar Hera kembali terbuka, Devan menghampirinya. Perasaan baru beberapa saat lalu Atlas mengusir cowok itu tapi ternyata ia belum pergi juga. Suasana hati Atlas bukan berada pada keadaan yang baik saat ini, saat melihat mobil milik Alaric yang Hera kemudikan ia menjadi marah, perasaannya campur aduk. Ia kecewa pada Alaric yang mengkhianati nya dan marah pada Hera yang ternyata selama ini bersembunyi di balik punggung temannya itu.

Atlas hampir gila mencari keberadaan Hera, berulang kali ia meminta bantuan Alaric untuk membantunya tapi ternyata selama ini Alaric juga yang menjadi dalang nya.

Atlas mendengus jengkel saat melihat cengiran Devan, cowok itu melempar guling ke arah Devan yang duduk di atas single sofa di kamar Hera. Sejak Hera menghilang Atlas selalu berada di rumah cewek itu, bahkan untuk tidur pun ia akan berada di sana.

"Ngapain lo masih di sini?" Tanya Atlas jengkel ekspresi sinisnya terlihat ketara saat tatapannya beradu dengan Devan yang menyengir lebar di atas sofa.

"Lo lagi marah ya?" Devan menaik turunkan alisnya dengan ekspresi menyebalkan. Kedua tangannya ia lipat di depan dada dengan senyum jahil yang tak pernah hilang di bibirnya.

"Enggak, pulang sana."

"Nanti, di luar panas banget supir gue juga belum Dateng."

"Ngomong-ngomong soal Alaric dia bakalan lo apain? Jangan sampai kelewatan ya, dia itu teman kita."

"Lo ada di pihak dia?" Atlas menyipitkan matanya tak suka, otaknya yang sedari tadi sedang menyusun rencana Kriminal tiba-tiba buyar di tengah jalan.

"E-enggak lah gue kan cuma ngewanti-wanti doang, takutnya lo tiba-tiba aja kerasukan dan ngebunuh dia kan bahaya."

Tak ada yang tau jalan pikiran Atlas, dan Devan khawatir akan hal itu. Atlas bisa dengan mudahnya menyingkirkan apapun yang bertantangan dengannya. Uang dan kekuasaan, Atlas memiliki keduanya. Dua hal yang selalu digunakannya untuk merealisasikan rencana jahatnya.

"Banyak omong lo." 

Atlas turun dari kasur dan berjalan menuju pintu kamar setelah melempar tatapan muak pada Devan, ia mengambil jaket miliknya dan di sampirkannya ke atas bahu.

"Mau kemana?" Tanya Devan penasaran.

"Komplotannya Alaric dilarang ngomong sama gue."

Sampai di ambang pintu Atlas berhenti, ia berbalik menatap ke arah Devan yang berwajah masam.

"Lo harus cepat keluar dari sini, di sini gak nerima pengkhianat." Kata Atlas sebelum berlalu pergi dari sana.

Devan yang ditinggal terdiam kaku, rasanya ia memiliki keinginan besar untuk memukul kepala Atlas dengan batu saat ini. Haruskah ia mencari info tempat service otak? Sepertinya otak cowok itu sedang bermasalah, Devan akan dengan senang hati membantu menyeretnya ke sana.

_______

Hera benci situasi ini, ruang geraknya  terasa semakin mengecil saat Atlas dengan seringai nya berjalan semakin mendekat menuju ke arahnya. Di belakang cowok itu terdapat dua pria yang tengah memegang masing-masing tangan milik Alaric, kondisi cowok itu terlihat tidak baik-baik saja, wajahnya babak belur dengan darah yang keluar dari sela bibirnya.

Hera bisa menebak apa yang telah Atlas lakukan pada Alaric. Dan kini Atlas menemukannya, ia takut memiliki nasib yang sama.

"Kenapa mundur? Lo Takut sama gue?"

Bila bisa bukan hanya mundur tapi saat ini Hera ingin menghilang saja rasanya. Atlas bertanya apakah Hera takut padanya? Sepertinya bila cowok itu sedikit menggunakan otaknya ia akan langsung paham kenapa Hera memilih melarikan diri darinya.

"Cara lo sembunyi dari gue kali ini boleh juga, gue bahkan hampir nyerah loh buat nyari lo."

Atlas menyeringai semakin lebar, ia berjalan semakin mendekat ke arah Hera.

"Lo bajingan!"

Tawa keras tak bisa Atlas tahan, ia memeluk pinggang Hera erat saat cewek itu kembali mencoba lari darinya. Pukulan dan cakaran Hera tak sedikitpun ia pedulikan, sebelah tangannya yang bebas ia gunakan untuk memukul Tengkuk cewek itu hingga ia jatuh pingsan.

"Atlas tolol kenapa lo mukul dia!!" Alaric meronta mencoba melepaskan diri dari pegangan dua anak buah Atlas, sedari tadi ia hanya diam karna tau bahwa ia salah, tapi melihat Atlas memukul Hera ia merasa tak terima. Sekarang Alaric paham kenapa Hera begitu bersikeras untuk pergi dari Atlas.

"Apa?" Atlas berjalan mendekati Alaric dengan Hera yang berada di dalam gendongannya. "Cukup lo ikut campur sampai sini, urusin aja urusan lo. Ngerti?"

Atlas marah pada Alaric, Hera adalah miliknya tapi kenapa cowok itu berusaha menyembunyikan miliknya.

"Gue tau kalo gue salah, tapi lo gak harus mukul dia brengsek!!" Teriak Alaric marah.

Atlas tertawa terbahak-bahak setelah mendengar perkataan Alaric, tapi tawa itu tak bertahan lama, ekspresinya dalam sekejap berubah menjadi marah dengan urat-urat timbul di dahinya.

"Jangan sok baik, lo gak lupa kan sama cewek yang milih buat bunuh diri gara-gara lo dulu? Lo pernah lakuin perbuatan yang lebih buruk dari gue. Jadi lebih baik lo diam jangan berlagak seolah-olah lo itu orang suci."

"Itu bukan salah gue!!" Alaric menunduk sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menolak mendengar perkataan Atlas lebih lanjut. Kedua matanya terpejam erat kala ingatan semasa remajanya dulu terlintas begitu saja di pikirannya.

Atlas tampak memutar matanya, ia mengode anak buahnya untuk melepaskan pegangannya pada Alaric.

"Lain kali mikir."

Atlas menendang paha Alaric yang terduduk di atas lantai sambil memukul kepalanya. senyum sinis Atlas keluarkan, Tanpa memperdulikan kondisi Alaric ia melangkah pergi dari sana dengan Hera yang berada di gendongannya.

______

Hera mengerjapkan matanya, rasa sakit di tengkuknya membuat cewek itu meringis. Ia mengangkat tangannya hendak memegang tengkuknya tapi ia lebih dulu di kagetkan dengan kondisi kedua tangannya yang tengah terikat.

"Gimana tidurnya? Nyenyak?"

Atlas datang dengan secangkir minuman di tangannya. Mereka saat ini tengah berada di pinggir kolam renang di rumah Atlas dengan Hera yang berada dalam situasi yang cukup buruk, kedua tangan dan kaki cewek itu terikat, ia diletakkan di pinggir kolam renang yang kedalamannya bisa dengan mudah menenggelamkan Hera.

"Lepasin! Gue gak ada masalah apapun sama lo ya bajingan." Marah Hera.

"Yakin? Kayaknya lo harus gue ingetin kesalahan lo sama gue."

Atlas bergerak semakin mendekat hingga tepat berada di samping tubuh Hera yang tengah terbaring. Cowok itu menyelipkan tangannya di bawah lutut dan punggung Hera dan mengangkatnya ke dalam gendongannya.

"At-atlas lo mau ngapain?" Hera bertanya dengan ragu, Ketakutan menjalar di sekujur tubuhnya.

Atlas tak menjawab, ia tersenyum manis pada Hera sebelum dengan cepat  melempar tubuh cewek itu ke dalam air.


Duplicate Doll Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang