"Jangan keluar, gue pergi bentar."
Hera mengangguk malas tatapannya tak sedikitpun mengarah pada Atlas yang tengah menatap angkuh ke arahnya.
"Lo Denger gak?!"
"Iya, iya pergi sana." Usir Hera sambil mengibaskan tangannya acuh. Tak lama cewek itu menguap, ia meletakkan bantal di atas pangkuannya ke atas sofa dan berdiri dari duduknya.
"Gak jadi pergi?" Tanya Hera saat melihat Atlas yang belum juga beranjak dari tempatnya.
"Lo Pengen banget kayaknya ngeliat gue cepat-cepat pergi."
Atlas bersedekap dada sambil menatap Hera sinis, keningnya berkerut tiba-tiba saja ia jadi malas untuk keluar rumah.
"Bukan gitu maksud gue, ah lo itu kenapa sih perasaan marah-marah mulu kerjaannya." Niatnya Hera ingin menenangkan Atlas agar cowok itu cepat pergi, tapi saat melihat cowok itu yang membuat ekspresi mengejek ia jadi emosi.
"Apa?" Tanya Atlas sambil menaikkan sebelah alisnya tak santai.
Hera menghela nafas panjang, ia mengedip-ngedipkan matanya sambil menyimbak rambutnya yang jatuh ke samping wajahnya. Tak lama cewek itu tersenyum paksa, ujung matanya terlihat berkedut-kedut saat ia menatap ke arah Atlas.
"Gak papa kok, gak papa kamu gak jadi pergi?"
"Apaan kayak gitu? Geli tau gak." Atlas bergidik ngeri saat mendengar panggilan kamu yang di ucapkan Hera.
Hera memutar matanya malas tak lama setelahnya kembali menampilkan senyum paksanya.
"Maaf ya."
Atlas berdehem. "Lain kali gak usah gitu lo nyeremin tau gak."
Hera tak membalas, cewek itu masih mempertahankan senyumnya walaupun di dalam otaknya tengah menyusun skema pembunuhan yang ingin ia lakukan pada Atlas.
"Baik-baik lo di rumah gue pergi dulu." Setelah berkata demikian Atlas buru-buru berjalan pergi dari sana, cowok itu sesekali menggaruk pipinya dan bergumam tak jelas.
"Dasar anak setan." Umpat Hera saat melihat Atlas yang berjalan semakin jauh darinya.
______
Ponsel Hera berdenting pertanda adanya notifikasi yang dikirimkan padanya, awalnya cewek itu memilih cuek karna berpikir bahwa itu hanya pesan tak penting. Tapi lama-kelamaan notifikasi itu tak juga berhenti, Hera tebak sudah lebih dari lima puluh pesan yang dikirimkan padanya.
Hera mengambil ponselnya dan menatap kontak si pengirim, nomor asing yang bahkan tak berasal dari negaranya. Puluhan spam yang dikirimkan membuat cewek itu berdecak, ia memutar matanya jengkel dan berniat memblokir nomor si pengirim pesan tapi notifikasi selanjutnya yang masuk ke kotak pesannya dari nomor yang sama membuat Hera mengurungkan niatnya itu.
Gue bakalan ngebantu lo buat kabur dari Atlas.
Hera menyerngit bingung tatapan curiga ia layangkan tapi tak urung tetap mengetik pesan balasan untuk seseorang di balik nomor asing itu.
Lo siapa?
Untuk beberapa menit Awal tak ada balasan apapun dari sana hingga sepuluh menit setelahnya Hera kembali mendapatkan balasan.
Gue cuma butuh jawaban kalo lo pengen kabur, siapa gue sebenernya bakalan gue kasih tau setelah lo jawab iya.
Hera sebenarnya takut dengan si pengirim pesan yang tak jelas siapa di baliknya, tapi saat melihat seorang memberinya harapan untuk kabur dari Atlas ia memberanikan dirinya untuk menerima tawaran itu.
Iya Gue mau.
Resah, itu yang Hera rasakan cewek itu bahkan menggigiti kuku jarinya dengan pandangan yang tak lepas dari layar ponselnya.
"Dia beneran orang gak sih?" Untuk beberapa waktu Hera tak kunjung mendapatkan pesan balasan, cewek itu mulai berpikir bahwa ia telah di tipu. Hingga dering telpon dari nomor yang berbeda membuat Hera hampir meloncat dari tempatnya.
"Halo?"
Tak ada jawaban apapun, cewek itu hendak menutup telpon dan kembali menunggu pesan dari nomor yang menawarinya untuk kabur tapi suara simbakan gorden dari seberang sana membuat cewek itu mengurungkan niatnya.
"Gue Alaric"
Hera menjauhkan ponselnya dari telinga dan menatap nomor si penelpon dengan dahi menyerngit.
"Alaric? Lo Alaric?" Tanya Hera setengah tak percaya. "Gimana keadaan lo? Baik-baik aja kan?"
Saat mendengar nama Alaric Hera jadi ingat saat cowok itu di pukul oleh anak buah Atlas karna membantu menyembunyikan nya.
"Sekarang bukan itu yang penting, dengerin gue baik-baik. Besok gue bakalan ngebantu lo buat kabur dari Atlas."
"Caranya?"
"Lo gak usah mikirin itu!" Suara Alaric terdengar membentak hingga membuat Hera terkejut. "Maaf gue gak maksud ngebentak lo, ah buat caranya gue udah pikirin jadi besok tugas lo cuma kasih tau gue waktu si brengsek itu pergi keluar rumah."
Setelah mendengar perkataan Alaric, untuk sesaat Hera merasa ragu tapi cewek itu buru-buru menggelengkan kepalanya menepis keraguan yang tadi sempat singgah dan mengiyakan perkataannya Alaric.
"Lo tenang aja gue janji bakalan ngebantu lo buat lepas dari cowok brengsek itu." Kata Alaric, awalnya suara cowok itu terdengar tenang hingga saat mengumpati Atlas suaranya mulai terdengar menggeram marah.
Hera jadi berpikir bahwa kedua cowok itu tengah memiliki masalah serius.

KAMU SEDANG MEMBACA
Duplicate Doll
FanfictionKegilaan Atlas di mulai saat ia tak dapat menjadikan Nesa sebagai miliknya, ia mencari gadis lain yang mirip dengan sang pujaan hati dan berniat menjadikannya sebagai duplikat dari gadis yang ia taksir. START: 2 MARET 2025