抖阴社区

chapter 10

2.8K 277 16
                                    


Hera tampaknya tengah berada dalam mood yang sangat bagus pagi ini. Cewek itu tersenyum tipis saat mengingat Alaric yang membiarkan nya untuk tinggal di kamar apartemen kakak cowok itu hingga beberapa hari ke depan. Berhubung si pemilik apartemen tengah berada di luar negri, untuk sementara waktu Hera dapat menjadikan tempat ini sebagai tempat persembunyiannya dari Atlas.

"Atlas kayaknya lagi nyari lo. Gue dapat informasi dari Devan kalo dia ngeliat beberapa anak buah Atlas ngecek cctv di sepanjang jalan yang kemungkinan lo lewati."

Alaric menjatuhkan tubuhnya pada single sofa yang berada di depan televisi.

"Devan tau gue ada di sini?" Tanya Hera, senyum tipis yang tadinya sempat hinggap di wajahnya kini telah menghilang. ia menggigit bibirnya resah, takut bila Devan memberi tau Atlas tentang ke beradaannya.

Helaan nafas kasar Alaric keluarkan, ia menggelengkan kepalanya pelan. Tangannya segera meraih ponsel dan membuka kontak percakapannya dengan Atlas, ia menunjukkan pesan yang di kirimkan Atlas pagi tadi pada Hera.

"Dia nyuruh gue sama devan buat bantu nyari lo, dan Devan gak tau lo ada di sini." Jelas Alaric sambil menyodorkan ponselnya pada Hera.

Atlas

Bantuin gue buat nyari Hera, dia maling sertifikat rumah gue. Kalo sampai ketemu lo bakalan gue kasih imbalan.

Hera mengerjapkan matanya, dengan cepat ia mengangkat wajahnya menatap Alaric yang juga tengah menatapnya.

"Gue gak ngelakuin itu." Hera meremas ponsel Alaric dengan kuat sebelum akhirnya mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya dengan emosi yang hampir meledak.

"Iya, gue tau kok." Jawab Alaric tenang sekilas ia melirik Hera, cewek itu terlihat mengeram marah atas kebohongan yang Atlas buat.

"Atlas Kaparat! Berani banget dia nge-fitnah gue."

Dalam hati Alaric setuju dengan umpatan Hera. Atlas memang Kaparat, tapi di sisi lain rasanya ia ingin tertawa. Hanya memfitnah orang tak sedikitpun membuat Atlas takut. Cowok itu bahkan pernah membully anak basket di timnya semasa SMA hingga terbaring hampir mati di rumah sakit.

Atlas itu mantan kriminal, ia berulang kali bolak-balik masuk LPKA saat masa remaja. Entah itu karna membully hingga hampir menghilangkan Nyawa sang korban ataupun terlibat perkelahian dengan para musuhnya semasa SMA. Dan karna orang tuanya yang kaya raya, ia dapat dengan mudah menutupi jejak hitam semasa remajanya dulu.

"Sekarang gue pengen banget ngebunuh dia." Sambung Hera menggebu.

"Jangan gegabah." Alaric berkata sambil memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. "Lo pikir mudah ngebunuh orang kaya dia?"

Hera mendengus jengkel.

"Yang ada lo duluan yang dia bunuh."

"Gue gak peduli."

Alaric memasang wajah tenang khasnya walaupun ia sedikit kesal dengan jawaban Hera. Yah dia tau betul bagaimana perasaan marah cewek itu saat ini, terkadang ia juga merasakan hal yang sama saat melihat Atlas menatap kekasihnya dengan tatapan memuja. Alaric bukan tak tau bahwa selama ini Atlas menyukai kekasihnya, ia tau betul perasaan cowok itu terhadap Nesa tapi memilih diam karna berpikir dia akan berubah setelah memiliki Hera sebagai kekasihnya. Tapi ternyata cewek yang ada di sampingnya saat ini hanya di jadikan mainan oleh Atlas.

Alaric berdiri dari duduknya dan menatap Hera.

"Gue balik."

Hera menganggukkan kepalanya pelan. "Makasih buat semua bantuan lo."

"Iya, lo hati-hati gue gak bisa selalu bantuin lo."

"Tenang aja gue paham kok." Hera mengibaskan tangannya acuh.

"Gue pergi dulu."

______

Di sisi lain Atlas tampak bergerak tak tenang dalam duduknya, ia menarik-narik rambutnya sambil menempelkan ponsel ke telinga.

"Angkat sialan!" Geramnya.

"Kita nunggu di tempat lain aja gimana?" Usul Devan, mereka sudah setengah jam berada di dalam mobil tanpa melakukan apapun. Sedari tadi hanya umpatan Atlas yang mengisi suasana di mobil.

"Halo—"

"Gimana? Ketemu?" Serbu Atlas begitu orang yang ia telpon mengangkat panggilannya.

"Dari cctv yang gue dapet malam itu dia sempat masuk ke area taman sebelum akhirnya hilang. Gue sama tim udah coba cari rekaman cctv lain tapi udah ada yang hapus rekamannya."

"Sial!" Atlas mengusap wajahnya frustasi. "Terus sekarang gimana!!"

"Tenang bro gue sama tim bakal gerak buat nyisir seluruh kota, gue yakin kita bakal nemuin keberadaan cewek lo."

"Lo bakalan kena akibatnya kalo sampe yang lo omongin cuma jadi omong kosong doang." Geram Atlas, ia segera memutus sambungan telepon lalu memukul pintu mobil dengan kesal.

"Lo kayaknya terobsesi banget buat nemuin itu cewek."

Atlas tak menggubris perkataan Devan, ia tampak memejamkan matanya sambil bersandar pada sandaran kursi yang ia duduki.

"Lo beneran cinta sama dia?" Tanya Devan dengan senyum mengejek.

"Iya." Jawab Atlas, tentu saja untuk jawaban ini ia berbohong. Cowok itu tidak menyukai Hera, hanya saja ia merasa egonya terluka saat cewek itu mencoba Kabur darinya.

Atlas merasa sudah memperlakukan Hera dengan baik. Tapi kenapa cewek itu memilih kabur darinya?

"Ah cewek sialan." Gumam Atlas kembali mengusap wajahnya.

"Dia beneran nyuri sertifikat rumah lo? Gue sih sebenarnya rada gak percaya." Cibir Devan, ia melirik Atlas yang tampak kacau lewat ujung matanya.

"Jangan banyak omong, gue pusing denger suara lo."









Duplicate Doll Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang