"Mau kemana?"Atlas yang baru saja keluar dari mobil memicingkan matanya saat melihat Hera yang berjalan melewatinya menuju gerbang. Dengan segera ia mengekori cewek itu hingga keduanya sampai di minimarket di ujung jalan.
"Mau beli apa?" Tanya Atlas lagi, sepanjang perjalanan cowok itu sibuk menanyakan ini itu tapi tak ada satupun pertanyaannya yang di jawab Hera.
"Lo kenapa sih?"
Atlas mencekal pergelangan tangan Hera sambil berdecak kesal. ia menatap cewek itu tajam, rasanya emosinya hampir meledak saat melihat tingkah cewek itu.
Tanpa alasan yang jelas Hera mulai mendiaminya, apapun yang Atlas tanyakan atau lakukan cewek itu pasti tak sedikitpun peduli. Atlas merasa mungkin Hera bahkan tak menganggapnya ada."Jangan kekanak-kanakan, berhenti diemin gue." Geram Atlas sambil mengeratkan cekalannya.
"Gue gak mau berantem sama lo di sini, gue malu di liat orang." Ujar Hera sinis.
"Hera, kalo gue ada salah gue minta maaf Tapi buat apa sih lo marah? Gue gak suka sama lo yang gak peduliin gue gini."
Hera terkekeh kesal, ia menaikkan sebelah alisnya sembari menatap tak suka ke arah Atlas.
"Sejak kapan gue peduli sama lo? Lo mimpi?"
"Hera-"
"Gue pulang duluan."
Hera menepis cekalan Atlas dan dengan cepat berjalan menuju kasir untuk membayar belanjanya. Cewek itu berjalan tanpa sedikitpun mau menoleh lagi ke belakang, ke arah Atlas yang tengah mengacak rambutnya frustasi sambil menatapnya tajam.
"Cewek sialan." Umpat Atlas, cowok itu berjalan ke arah kulkas dan mencomot sebotol minuman sebelum menuju kasir mengikuti Hera.
Atlas berlari-lari kecil mensejajarkan langkahnya dengan Hera, ia mendengus menatap wajah masam kekasihnya itu dan dengan cepat merebut kantong plastik berisi belanjaan di tangan Hera.
"Gue aja yang bawa."
Hera tak menjawab, ia hanya melirik Atlas lewat ujung matanya setelahnya kembali melanjutkan perjalanan dengan langkah lebih cepat.
"Maaf gue tadi kebawa emosi."
Masih tak ada jawaban apapun dari Hera, cewek itu tampak tak peduli pada permintaan maaf Atlas. Sebenarnya Atlas sedikit tersinggung, ia yang memiliki gengsi setinggi langit akhirnya mau merendahkan diri untuk meminta maaf pada Hera tapi dengan kurang ajarnya tak sedikit cewek itu pedulikan.
"Malam ini mau keluar sama gue? Gimana kalo kita makan malam di luar? Gue denger-denger ada restoran baru gak jauh dari sini." Atlas terus mengajak Hera berbicara walaupun tak cewek itu perdulikan, Hingga saat sampai di rumah pun Hera langsung berjalan masuk ke kamar meninggalkan Atlas yang hanya dapat menghela nafas berat sambil menatap kepergiannya.
______
Atlas masuk ke dalam kamar dan menatap Hera yang tengah berbaring sambil memainkan ponselnya. Atlas berjalan mendekat, ia naik ke atas ranjang dan merebahkan kepalanya di atas perut Hera. Rasanya nyaman luar biasa.
"Gue ngantuk." Ucap Atlas, ia menatap wajah Hera dengan mata yang mulai sayu.
Hera hendak bangun dan mendorong Atlas tapi cowok itu lebih dulu menahannya. Atlas menggenggam tangan Hera dengan sebelah tangannya sementara tangannya yang lain memeluk erat pinggang cewek itu.
"Bangun, Jangan tidur di atas perut gue."
"Sebentar aja."
"Kepala Lo berat."
"Diem jangan banyak alasan gue cuma mau tidur bentar doang."
"Lo Kayak anak kecil."
Atlas tertawa, ia jadi ingat masa kecilnya. Dulu ia sering merengek, meminta ibunya untuk mengelus rambutnya sementara itu ia akan tidur di atas perut ibunya seperti sekarang ini.
"Kenapa ketawa?"
Atlas membuka matanya. "Lo udah gak marah sama gue?"
"Menurut lo?" Hera memutar matanya malas, ia merasa kembali kesal dengan Atlas setelah mendengar pertanyaan cowok itu. Padahal tadinya ia hampir lupa tapi cowok itu tiba-tiba saja kembali mengungkitnya.
"Mungkin masih marah dikit." Atlas tersenyum nakal. "Lo gak mau meluk gue? Mungkin kalo lo mau meluk gue semua amarah lo gue yakin bakalan hilang."
"Jangan bercanda, kalo masih mau tidur di atas perut gue tidur aja tapi kalo masih mau bercanda minggir aja sana."
"Iya-iya gue tidur." Atlas menepuk perut Hera hingga membuat cewek itu memekik tertahan setelahnya memejamkan matanya sambil tersenyum tipis.
"Sialan lo." Umpat Hera sambil memukul dahi Atlas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Duplicate Doll
FanfictionKegilaan Atlas di mulai saat ia tak dapat menjadikan Nesa sebagai miliknya, ia mencari gadis lain yang mirip dengan sang pujaan hati dan berniat menjadikannya sebagai duplikat dari gadis yang ia taksir. START: 2 MARET 2025