抖阴社区

Chapter 14 Night When Rising Up (3)

1.5K 59 2
                                        

Taman Thirtos, pukul 8 malam. Saat senja perlahan beranjak menuju kegelapan, langit dipenuhi semburat warna merah menyala dari Bulan Garnet yang menawan. Cahaya lembutnya menari di atas dedaunan, menciptakan bayangan yang hidup di permukaan tanah, menambah suasana magis di taman yang seolah berbicara tentang keindahan yang abadi.

"Kami adalah bangsa terkuat. Mengapa aku tidak berkutik sama sekali di hadapannya?" ucap Hernandez, suaranya bergetar dalam kebingungan. Tubuhnya terasa berat, tak mampu bergerak sedikit pun, dan bukan karena luka parah yang menggerogotinya, tetapi akibat penyebaran energi yang baru saja ia keluarkan. Sensor-sensor saraf dalam tubuhnya kini berantakan, membuat sinyal dari otaknya tak mampu mencapai otot-ototnya. Dalam keterpurukan tersebut, pandangannya tertuju pada seorang gadis yang tampak lebih berharga daripada tumpukan berlian, dalam posisi berbahaya di tengah malam yang ngilunya menambah keefektifan suasana. Ia sangat ingin berlari untuk menolongnya, namun samar-samar di balik jiwanya, suara yang mendorongnya untuk mundur, "Jika saat ini dia mengerti situasinya, lebih baik dia segera kabur."

Sepuluh menit yang lalu

Serangan ledakan dari Hernandez kembali tertahan oleh kekuatan yang tak terlihat. Dalam sekejap, suara dentuman besar menggema, memenuhi udara malam. Tiba-tiba, dari kepulan asap tebal, muncul kepalan tangan yang meluncur cepat, menghantam dagu Hernandez dengan brutal. Terlempar ke udara, tubuhnya berputar sebelum dijatuhi kembali ke tanah oleh pria berjubah hitam, yang merangkul kepalanya dengan kuat, lalu membantingnya hingga menghasilkan retakan yang memecah keheningan malam.

Arkgh ....! Darah segar memercik dari mulut Hernandez, menciptakan percikan merah yang kontras dengan kegelapan malam yang pekat.

"Ba... gai... ma... na... bi... sa," Hernández ucapkan dengan suara yang terseok-seok, setiap kata terucap dengan kesulitan, seolah-olah dia berjuang untuk mengumpulkan kekuatan dari dalam dirinya yang terpuruk.

"Itu sangat sederhana," jawabnya, suaranya tenang namun penuh keyakinan. "Kamu hanya perlu berpikir lebih maju daripada lawanmu. Bukankah itu adalah inti dari setiap pertarungan?"

"Aku tidak percaya ini," kata Hernandez, suaranya dipenuhi keputusasaan sambil menggaruk-garuk tanah yang kering dan retak, seolah ingin menarik kekuatan dari dalam bumi yang tampaknya tak bersalah.

Setelah terkena serangan menggelegar dari Firaga, tubuh Hernandez bertransformasi menjadi fase 3 Delta-Eisen. Perubahan ini tidak terjadi atas kehendaknya; sebaliknya, panas yang membara dari Firaga memicu perubahan mendalam pada spektrum kuantum yang mengalir dalam dirinya. Fase pertama, Hölle, digunakan saat ia melancarkan serangan terhadap pria berjubah hitam, di mana serangannya tampaknya mampu ditahan oleh magnetische streu, sebuah konsep yang merujuk pada interaksi antara medan magnet dan material ferromagnetik. Namun, fase kedua, paramagnetischen, mampu menembus pertahanannya, menjadikan situasi semakin genting. Dalam fase Delta-Eisen, zat besi dalam darahnya berkumpul menjadi satu titik, membentuk karakteristik yang mirip dengan Hölle, sehingga bereaksi kuat dengan magnetische streu. Itu sebabnya, dalam keadaan ini, besi yang bersifat magnetik dapat dengan mudah ditahan oleh magnetische streu, menambah ketegangan yang menggelora di udara, menciptakan suasana seperti perang yang tidak dapat dihindari.

"Bukan hanya kamu yang mampu mengakses Spektrum Kuantum," tukas pria berjubah, suaranya serak namun tegas, menciptakan suasana misterius di sekelilingnya.

"Seperti yang kucuriga, kamu tidak sekuat yang kau kira," sindirnya dengan nada mengejek, "apa kamu sudah melupakan jurusmu sendiri?" tambahnya, suaranya penuh dengan tantangan yang menggema di udara, seolah memicu gejolak baru dalam suasana yang sudah tegang.

"Yah... aku juga tahu itu," kata Hernandez dengan nada penuh pengakuan, seolah menerima kenyataan pahit yang tak bisa dihindari. "Bagaimana bisa kamu bertahan dengan semua itu?" sambungnya, suaranya menembus keheningan dan menggantung di udara, penuh ketidakpastian.

Memory of HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang