抖阴社区

Chapter 53 Arkanum Veritas (14)

481 31 0
                                        

Target Fitran selanjutnya adalah Rinn,

Malam menggantung di atas reruntuhan Hall of Sigils seperti lonceng kematian, menggoreskan nada kehampaan ke dalam jiwa. Asap dan abu berterbangan, membawa bisikan-bisikan sihir yang retak, seolah-olah rahasia zaman silam berusaha mengungkapkan diri. Di antara puing-puing yang menghitam dan cahaya purnama yang menusuk, Rinn berdiri memeluk erat gulungan kuno—salinan asli dari naskah terlarang yang mengurai batas antara realitas dan ilusi, yang seharusnya telah dihancurkan seabad lalu oleh tangan-tangan penjaga sejarah.

Langkah kakinya pelan namun pasti, setiap injakannya di tanah yang retak menandakan ketegangan yang menggelora. Ia tahu bahwa setiap detik berarti; waktu adalah musuh terbesarnya. Namun, ia juga menyadari—ia tak sendiri.

"Aku berharap kau lebih bijak dari ini, Rinn."

Suara itu tak datang dari langit yang gelap, tak juga dari tanah yang membara. Ia muncul dari celah realitas itu sendiri—dingin, jernih, dan mutlak. Fitran. Berdiri di atas reruntuhan lengkung batu yang dulunya megah, jubahnya berkibar tanpa angin, tampak seperti bayangan yang menjelma. Mata itu—dua celah kosong yang tak memantulkan cahaya, hanya menyerapnya dengan keangkuhan.

Rinn menggigit bibir, merasakan ketegangan di antara dua dunia. "Kau memahami apa yang terukir di sini. Dunia ini dibangun dari kebohongan, dan kebenaran itu bisa meluluhlantakkan segala yang kita pahami."

"Aku mengerti," jawab Fitran pelan, suaranya tegas dan membahana di antara reruntuhan. "Namun itulah alasan mengapa ia tak boleh menyentuh dunia."

Kilatan petir tanpa suara melintas di belakangnya, menciptakan bayangan menakutkan di dinding puing-puing tersebut. Udara menegang, merayap dengan ketegangan, dan tanah mulai retak perlahan di bawah kaki Rinn.

"Aku tak akan menyerah padamu," ucap Rinn, dengan sorot mata yang menyala penuh tekad, nyala semangatnya jauh melebihi rasa takut yang mungkin menggerogoti hatinya. "Arkanum Veritas tak bisa lagi dibungkam. Jika dunia ini adalah kepalsuan, maka aku lebih memilih menyaksikan dunia ini terbakar daripada terus hidup dalam ilusi yang menyesatkan."

Fitran menundukkan kepala, seolah mendengar bisikan halus yang tak dijangkau oleh telinga manusia. Dengan gerakan lambat dan penuh kehati-hatian, ia mengangkat tangan kanannya, dan sihir kuno mulai terlukis di udara—sebuah simbol sakti yang bahkan para Archmage pun telah melupakan cara membacanya.

"Maafkan diriku, Rinn," katanya pelan, setiap kata terasa tajam seperti bilah pisau yang menembus daging. "Kau tahu aku tidak melindungi dunia ini karena cinta. Tugasku hanya memastikan kenyataan tetap utuh."

Gulungan di tangan Rinn bersinar cerah, seolah merespons tantangan dari sihir kuno yang dihadirkan Fitran. Di antara mereka, dua cahaya—cahaya kejujuran yang hangat dan cahaya kehampaan yang dingin—bertabrakan dalam pertarungan megah, menciptakan permainan cahaya yang mengoyak kegelapan malam.

Rinn meluncur lebih dulu, menebarkan huru-hara dengan sihir transfigurasi yang membingungkan penglihatan lawan. Namun, Fitran tetap tenang, wajahnya tanpa ekspresi, dan ia hanya mengucapkan:

"Shell: Nihilum."

Segala sesuatu di sekelilingnya menjadi hening, seolah waktu terhenti, tak tersentuh dan tak tergoyahkan oleh kekuatan yang mengalir. Rinn terpental ke belakang, tetapi dengan gigih, ia berusaha tetap berdiri, menahan rasa sakit dan kebingungan yang melanda.

"Aku tak akan mundur, Fitran," serunya, tekad memenuhinya meskipun tubuhnya bergetar.

"Aku tahu," jawab Fitran, suaranya seperti angin sepoi-sepoi, tenang menghadapi badai.

Mereka berdiri tegak, dua kutub kebenaran yang saling berhadapan. Satu berjuang dengan gigih untuk membebaskan dunia dari kebohongan yang membelenggu, sementara yang lain berupaya dengan segala daya untuk menyelamatkan peradaban dari kehancuran total yang mengintai.

Memory of HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang