"Jangan suruh aku memilih karena kalian berdua sangat berarti di hidupku. Katakan aku egois jika harus menyakiti kalian tapi aku sungguh tidak perduli. Aku sadar kalau hanya ada satu nama satu tingkat lebih tinggi dari kalian di hatiku, biarkan aku mencari."
🌴🌴🌴🌴🌴
Usai mendapat telepon dari seorang gadis yang bernama 'Sya' , Langit segera menjalankan motornya dan meninggalkan 'Sya' yang lainnya di rumah sakit. Tak perduli dengan rasa sakit di badannya yang sehabis mendapat pengobatan. Yang ada di fikirannya hanya satu, suara tangis dari teleponnya tadi.Karena bukan pertama kalinya Langit sudah hafal alamat apartement yang harus dia tuju. Setelah memarkirkan motornya Langit segera menaiki lift untuk menuju sebuah kamar apartement.
Ting tong... Dia membunyikan bel lebih dulu karena pintunya di kunci dari dalam.
"Siapa?" Tanya seseorang dari dalam dengan suara serak.
"Syaffa bukain pintu ini aku Langit." Ujar Langit agak berteriak.
Tak lama kemudian pintu terbuka dan dengan spontan gadis yang bernama Syaffa itu berhambur ke dalam pelukan Langit. Wajahnya terlihat sangat berantakan, dengan bekas air mata yang sangat kentara.
"Lang..aku takut." Bisik Syaffa menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Langit.
Langit mengusap rambut Syaffa sambil menghirup aroma sampo gadis itu. Sampo aroma mint, sedikit berbeda dengan rambut Tasya yang beraroma strawberry. Ah kenapa di saat dia dengan Syaffa harus mengingat Tasya?
"Kamu ngga usah takut. Aku ada di sini." Langit mencoba menenangkan dengan mengusap punggung Syaffa.
"Tadi ada yang neror aku Lang. Dia ngirim kotak berisi boneka berdarah. Terus ada tulisannya juga. " Adu Syaffa melepaskan pelukannya, "Siapa yang ngga suka sama aku, padahal aku masih baru di sini."
"Kamu masih nyimpen kotak itu tadi."
Menggeleng, "Aku udah suruh cleaning service nya tadi buat buang. Soalnya aku takut banget." Suara Syaffa masih terdengar sangat gemetaran.
"Aku janji bakal cari penerornya secepatnya. Mending kita masuk dulu ya, ngga enak sama tetangga kamu apalagi kamu nangis kayak gini takutnya entar dikira aku habis ngapain kamu lagi. "
Syaffa menganggukan kepala lalu dia masuk lebih dulu. Sedangkan Langit memicingkan mata mencari sesuatu yang tampak mencurigakan. Ya dia melihat ada seseorang yang tengah memperhatikannya. Namun pada saat orang tersebut memasuki salah satu kamar membuatnya menghela nafas, mungkin hanya perasaannya yang terlalu takut jika gadisnya kenapa-napa. Gadisnya?
Setelah menutup pintu Langit menghampiri Syaffa yang tengah menuangkan kopi ke dua gelas. "Masih suka kopikan?" Sambil menyodorkan satu gelas padanya.
"Masih." Menerima gelas tersebut sambil menyesap sedikit kopinya.
"Aku kasih kamu kopi bukan berarti aku ngijinin kamu minum kopi banyak. Ngga tau tiba-tiba aku pingin. Jadi aku ngga mau lihat kamu minum kopi lagi setelah ini." Tutur Syaffa menenggak kopinya.
'Tasya ngga pernah larang, dia cuma nyuruh buat ngurangin.' Kenapa dia membandingkan kedua gadis yang jelas-jelas berbeda? Langit menggelengkan kepalanya bermaksud mengusir hal yang mengganggu pikirannya.
Syaffa menyipitkan matanya, "Kenapa kamu geleng-geleng? Kamu ngga mau?"
Langit terkejut mendengar pertanyaan Syaffa, "Ha?! Engga gitu, aku tadi cuma agak pusing aja."

KAMU SEDANG MEMBACA
[HSLS] You are.... √
Teen FictionPernah dengar "Jangan bermain api kalau takut terbakar, Jangan bermain air kalau takut basah, Jangan bermain lumpur kalau takut kotor." Tau ngga artinya apa? Itu artinya jangan bertindak sesuatu kalau kamu tidak siap menanggung resikonya. Sama kay...