抖阴社区

Chapter 37

638 39 3
                                        

Sekitar 3 jam menunggu akhirnya dokter yang menangani pun keluar. Wajahnya datar, tidak bisa dikatakan baik juga buruk.

Dengan cepat mereka berjalan menghampiri dokter tersebut.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" Tanya Wulan dengan nada khawatir.

Sang dokter menghela napas panjang, "Maafkan kami pasien atas nama Gara Aldif Firmansakti tidak dapat kami selamatkan, pasien mengalami pendarahan yang sangat hebat karena tulang tengkoraknya pecah sehingga otaknya tidak bisa terlindungi. Tadi pasien sempat membuka mata kurang lebih 30 detik lalu menghembuskan napas terakhirnya. Apakah ada keluarga pasien?"

Mereka saling berpandangan dan menggeleng.

"Lalu bagaimana dengan putri saya Dok?" Tanya Wulan tidak sabar.

"Untuk pasien atas nama Aedeenatasya masih dapat diselamatkan namun saat ini pasien masih dalam keadaan koma, kita hanya bisa berharap semoga Tuhan memberikan pertolonganNya. Nanti kami akan memindahkan ke ruang rawat VIP sesuai keinginan Pak Lucas."

Meski dalam kondisi koma namun setidaknya masih ada harapan. Ya walaupun harapannya sangat kecil.
Izzan menepuk pundak Langit sambil berbisik, "Lang.. Gimana kalau kita lihat Gara dulu."

Langit menghela napas lalu menganggukkan kepalanya. Dia harus mengesampingkan egonya untuk saat ini. Kasihan juga Gara tidak ada orang tuanya yang perduli meski mereka telah kehilangan anak mereka.

Keduanya pamit terlebih dahulu kepada orang tua Tasya. Winda ikut masuk untuk melihat Gara.

Setibanya di dalam mereka dapat melihat badan Gara yang terbujur kaku dengan wajah yang pucat pasi. Lukanya yang memang belum dibersihkan membuat siapapun yang melihat merasa ngeri.

Kaki Langit terasa bergetar saat mendekati ranjang. Bibirnya terasa kaku untuk sekadar membuka suara. Terasa sulit dipercaya, kemarin mereka baru saja bercanda di dalam tenda. Namun sepertinya kemarin itu menjadi kenangan terakhir kebersamaannya dengan Gara. Sahabatnya semenjak kelas 7. Suka dan duka sudah terbiasa mereka lewati bersama.

Dalam hati rasa dendam itu sudah menguap entah ke mana melihat begitu banyak luka pada wajah Gara. Andai saja laki-laki itu jujur dari awal sebelum dia suka dengan Tasya, tentu saja Langit akan memilih mundur.

Tapi Gara hampir sama dengannya yang memilih diam jika sedang menghadapi suatu masalah. Namun justru karena suka memendam masalah itu begitu mencapai titik puncak akan melakukan tindakan di luar nalar.

Izzan dan Winda tak kuasa menahan airmata mereka.

"Ra.. Lo mau ke mana? Yakin mau pergi sendiri? Balik gih, utang gue belum kebayar semua. Ingat ngga kemarin gue ngutang 1000 buat beli air mineral? Terus gue balikin ke siapa?"

Suara Izzan tercekat saat melihat wajah Gara yang bisa dikatakan tidak damai. Meninggal karena seperti itu tidak bisa dikatakan damai.

Andai waktu bisa diputar. Andai mereka tidak menyukai perempuan yang sama. Andai mereka bisa saling terbuka. Andai dan andai yang tidak akan pernah bisa nyata.

Penyesalan tidak akan menjadikan nyawa Gara merasuk lagi. Mereka hanya bisa berharap semoga Tuhan mengampuni dosa-dosanya.

"Ra.. Gue tahu kalau keputusan gue sangat emosi, dan gue minta maaf kalau ngga bisa lepasin Tasya gitu aja. Lo benar Ra, kalau gue bakalan nyesal karena udah pernah nyia-nyiain dia. Dan gue tetap mau berjuang. Thanks lo udah nylametin dia, walaupun lo penyebab dia berada di kondisi itu sekarang. Sorry selama ini gue ngga banyak bantu kalau lo ada masalah." Langit menundukkan kepalanya seakan sulit untuk menerima semua itu.

[HSLS] You are.... √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang