Beberapa hari kemudian, di reruntuhan kastil berkubah obsidian yang ditelan laut, yang dikelilingi oleh ombak hitam berkilau seperti bayangan malam, Ordo Nihilum tengah merapal mantra untuk memperkuat ikatan spiritual antara dunia dan Fitran. Dinding kastil yang retak dipenuhi lumut gelap dan bercak-bercak air laut, menciptakan suasana lembab dan mendesak. Mereka mengenakan jubah emas dengan simbol tiga lingkaran terbalik—tanda pengabdian kepada "Entitas Pembatalan"—yang berkilau samar dalam cahaya redup, seolah-olah mereka adalah hantu yang merangkak dari kegelapan. Keringat dingin mengalir di pelipis mereka, menandakan ketidakpastian yang menggelayuti jantung, setiap mantra yang dilafalkan bagaikan deru badai yang mampu menghancurkan jiwa.
Namun, Vorrak sudah berada di sana. Duduk di altar yang terbuat dari batu hitam legam, dikelilingi oleh pecahan-pecahan sejarah yang terabaikan. Suasana di sekitarnya dipenuhi oleh aroma garam laut dan kebusukan kayu yang membusuk, menjadikannya tempat yang kaku dan menyeramkan. Keterpakuan menyelimuti para pengikut, seperti lilin yang membara dalam tiupan angin yang dingin. Ketika mata mereka bertemu dengan sosok Vorrak, sebuah gelombang teror merambat di spine mereka, menimbulkan getaran tak berujung dalam kesadaran yang tidak dapat ditutupi.
"Fitran tak butuh penyembah. Ia adalah sistem yang berjalan sendiri, dan kalian adalah parasit di jalurnya."
Seorang imam agung berdiri. Cardinal Vask, bertubuh dua kali lipat manusia biasa, dengan rune yang terukir di tengkoraknya, terlihat bersinar redup, menyoroti garis-garis tajam di wajahnya yang tertekan, menciptakan bayangan yang mengerikan. Dalam momen itu, Vask merasakan palpitasi jantungnya yang menekan, seolah-olah ritme kehidupannya dipaksa untuk berkonspirasi dengan kegelapan yang mengelilinginya. Dia berusaha membangkitkan keberanian, tetapi ketakutan menyelimuti hatinya, merengkuh jiwa yang sudah kondisinya tercabik.
"Kami adalah arsitek masa depan yang telah dicoret. Kau tak punya hak—"
Vorrak menunjuk ke tanah, dan altar itu berbalik ke bentuk sebelumnya, sebelum dibangun. Batu-batu terceraikan berbalik usia, dengan permukaan yang kasar dan berpori, menyimpan jejak waktu yang mengerikan. Tanah kehilangan memori, retakan-retakan yang menjalar bagaikan pencakar langit yang runtuh. Doa-doa terbatalkan sebelum pernah diucapkan, suara mereka teredam di dalam kesunyian yang menakutkan. Di antara para pengikut yang menyaksikan pergeseran ini, ketakutan mencengkeram hati mereka seperti cakar raksasa, membuat mereka hampir tidak bisa bernapas. Mata mereka membelalak, tubuh bergetar tidak berdaya, seolah-olah bayang-bayang masa lalu mereka sendiri yang mengerikan mulai menyeret mereka ke dalam kegelapan abadi.
"Sekarang kalian bahkan belum pernah mengkhianati dunia ini."
Dalam waktu satu kedipan, Ordo Nihilum hanyalah mitos yang dilupakan oleh sejarah, terkubur di bawah gelombang ingatan yang suram dan kabur. Momen itu berlangsung seakan-akan waktu melambat, membiarkan setiap detik terisap penuh oleh kecemasan yang membara. Rasa gemetar tidak hanya berasal dari udara dingin di gua tersebut, tetapi juga karena ketidakpastian tentang masa depan yang kelam dan tanpa harapan.
Terakhir, Vorrak melangkah ke ruang tergelap dari dunia ini—gua bawah tanah yang dikenal sebagai The Negatorium, markas besar dari Kultus Pembatalan, sekte terakhir yang bersumpah atas nama Fitran untuk menghapus semua makna dan arah hidup. Dinding gua tersebut tersusun dari batu hitam pekat, berkilau samar dalam cahaya redup, seperti mencerminkan kesedihan yang dalam. Siluet bayang-bayang acak tampak menari-nari di permukaan dinding, menciptakan ilusi gerakan di tengah kehampaan. Kelembapan udara menyentuh kulit Vorrak, menghidupkan aroma tanah basah dan karang yang membusuk, memberi tahu bahwa tempat ini tidak pernah disentuh oleh cahaya. Para pengikut, yang berdiri di tepi kegelapan ini, merasakan getaran mengerikan, bagaikan gelombang energi yang meremukkan jiwa, menghancurkan keyakinan mereka akan tujuan yang mereka perjuangkan. Gema dari keluh kesah yang tak terucap menjalar di dalam pikiran mereka, menanamkan keraguan yang menggigit dan mengikis harapan seperti air yang perlahan-lahan erosi batu.
Pemimpinnya, High Nullifier Serephos, mengenakan mahkota dari tulang-tulang dewa tua yang telah dibunuh dengan konsep penghapusan. Mahkota tersebut berkilauan gelap, mengingatkan pada bintang-bintang yang terserap ke dalam kehampaan. Ia tersenyum melihat Vorrak, dengan matanya yang berapi-api namun hampa, seolah mampu menembus jiwa. Dalam senyum itu, ada sesuatu yang lebih daripada sekadar penyambutan—ada ketakutan yang tersembunyi, sebuah kesadaran akan konsekuensi dari pertemuan ini. Setiap detak jantung para pengikutnya bergetar dengan kepanikan yang merayap, membuat mereka merasa seolah-olah berada di tepi jurang, sahabat mereka menjerit dalam keheningan akan apa yang mungkin terjadi ketika Voidwright ini kembali.
"Akhirnya kau datang, Voidwright yang hilang. Kau akan menyatu kembali. Bersama kami."
Vorrak memandangnya sejenak. Kemudian berkata dengan tenang, "Fitran adalah anomali yang merangkul penghapusan untuk mencipta ulang. Tapi kalian... hanya ingin mati. Maka, aku bantu." Saat kata-kata itu keluar dari bibirnya, rasa dingin menyebar di ruangan, membuat para pengikut merasakan seolah-olah udara di sekitar mereka terhenti. Wajah-wajah mereka memucat, tampak terjebak dalam pusaran ketakutan, seolah ketika Vorrak berbicara, mereka bisa merasakan bayangan kesedihan yang mendalam, menghanyutkan harapan mereka ke dalam kegelapan.
Ia membuka tangannya. Dari sana, bukan sihir, bukan energi, tapi penolakan eksistensi itu sendiri mengalir. Semua yang ada di ruangan itu—dinding, mantra, ingatan, bahkan konsep "Kultus Pembatalan"—tidak lenyap, tapi menjadi sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam sejarah. Un-thought. Begitu keheningan merayapi ruang, suara nipis yang tak dapat dijelaskan menggema, seolah-olah alam semesta menahan napas, menanti sesuatu yang tidak terkatakan. Para pengikut merasakan guncangan di jiwa mereka, seakan jari-jari kegelapan mencengkeram hati mereka, menimbulkan kengerian yang tidak hanya terlihat, tetapi juga terasa dalam setiap pori-pori kulit mereka. Mereka menjadi saksi dari sebuah kehampaan yang melampaui imajinasi, terjebak dalam ketidakberdayaan saat realitas yang familiar morphed menjadi sesuatu yang lebih menakutkan daripada mimpi buruk mereka.
Ketika Vorrak keluar dari gua itu, angin yang meniup rambutnya adalah angin dari dunia yang sedikit lebih tenang—dunia yang tidak sadar bahwa ia baru saja diselamatkan dari kegilaan yang lebih besar daripada kematian. Semilir angin itu seakan membawa serta bisikan dari ribuan jiwa yang terperangkap dalam kegelapan, menyisir lembut dan meninggalkan bekas dingin yang meresap di tulang. Gua yang terbuka memadukan antara rasa harapan dan ketakutan, mengundang tanya apakah cahaya yang lebih baik menanti atau kegelapan yang lebih menyedihkan akan kembali menyelimuti. Di saat itu, ketakutan yang teramat sangat menghantui diri Vorrak, seperti bayangan gelap yang tak pernah pudar. Setiap langkah yang dia ambil terasa bagaikan menginjak serpihan kaca, menyayat-nyayat harapan dan melukai nuraninya, sementara suara jeritan yang tak kasat telinga terus menggema dalam pikirannya, seolah-olah ribuan jiwa yang tersiksa memanggilnya untuk kembali dan mengakhiri penderitaan mereka.
Di kejauhan, para pengikut sekte berkumpul dalam bayang-bayang, wajah mereka tampak pucat dan penuh ketakutan. Mata-mata mereka terpejam, seolah-olah berusaha mengabaikan kenyataan yang tak terelakkan, namun setiap desahan nafas mereka memberi isyarat akan ketidakpastian yang ada. Mereka merasa seolah diperangkap dalam jaringan kegelapan yang mengurung, dan satu-satunya yang tersisa adalah rasa terasing yang membutakan akal sehat. Momen itu melahirkan rasa panik yang tak terduga, di mana dahi mereka berkeringat dingin dan tangan mereka gemetar, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan hati yang berdegup kencang.
Langkah pertama selesai.
Dan Vorrak tahu... Fitran akan segera menyadari bahwa dunia mulai menolaknya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memory of Heaven
FantasyDi dunia yang terluka oleh luka eksistensial dan kenangan yang terfragmentasi, Fitran Fate adalah salah satu dari sedikit orang yang masih berpegang pada kehendaknya sendiri. Namun, takdirnya terikat pada misteri kuno yang tersembunyi dalam akar Poh...
Chapter 63 Voidwright (3)
Mulai dari awal
