ถถา๕ษ็ว๘

Halilintar Argantara [END]

By adleskarina

133K 10.4K 7.8K

[๐—ง๐—”๐—›๐—”๐—ฃ ๐—ฃ๐—จ๐—•๐—Ÿ๐—œ๐—ฆ๐—› ๐—จ๐—Ÿ๐—”๐—ก๐—š] "๐˜›๐˜ถ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ซ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ณ๐˜ฆ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ด๐˜ช ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข... More

WARNING โš ๏ธ
Introduction 1
[ Prologue ]
1. | Sahabat Halilintar |
2 | Caper |
3. | Jealous |
4 | Benci |
5. | Gue iri, kak |
6. | Belajar |
7. | Akhirnya tenang |
8 | Mimpi Halilintar |
9. | Gempa cari masalah|
10. | Terungkit kembali |
11. | Tamparan tak kasat mata |
12.| Penyesalan Halilintar|
13. | Hilangnya Solar |
14. | Sifat Sebenar Thorn |
15. | Hukuman |
16. | Curiga |
17.| Debat gk bermutu |
18. | Suster gila |
19. | Masalah Baru |
20. | Makan Malam |
21. | Membingungkan? |
22. |Dream's Gempa |
23. | penyeselan seorang adik |
24. | pesan misterius |
25. | Sahabat |
26. | Gue ga seberuntung itu, Blaze|
28. | Sandiwara |
29. | Where are you? |
30. | Andai kalian tau alasan gue |
31. | Amato grup's bangkrut |
32. | Kenyataan pahit |
33. | Jatuh Miskin |
34. | Luka kecil |
Introduction 2
35. | Dia butuh lo, Fan |
36. | Fakta yang terkuak |
37. | Tidak seperti biasanya |
38. | Siapa dia? |
39. | Tuduhan tanpa bukti |
40. | Jangan sampai menyesal |
41. | Jangan menyerah |
42. | Flashback penculikan taufan |
43. | Penculikan Taufan End |
44. | Taufan si tuyul biru |
45. | Geng Thana Portia |
46. | Pamit pulang |
47. | Virus Thorn tertular |
48. | Jangan tinggalin Gem, bang |
49. | Ancaman mereka dan dilema |
50. | Di kebumikan |
51. | Informasi pembawa petaka |
52. | Hutan dan takdir |
53. | Anak sama bapak sama |
54. | Akhirnya bertemu |
55. | HALILINTAR IS BACK |
56. | Rencana |
57. | Menjalankan rencana |
58. | Bertengkar |
59. | Gelang persahabatan |
60. | Fight or die? |
62. | Apa yg lo lakukan Sol? |
63. | Keputusan yg salah |
64. | Keputusan Elvarette |
65. | Upaya melarikan diri |
66. | Lo sahabat terbaik gue |
67. | Glacier tertembak |
68. | Keputusan Gempa |
69. | Gangguan mental |
70. | Awal kehancuran dimulai |
71. | Keributan di rest area |
72. | Bimbang |
73. | Bukan gempa tapi gue |
74. | Mendadak romantis |
75. | Kabar buruk |
76. | Drama di markas |
77. | Rupanya lo masih hidup? |
78. | Ada apa ini? |
79. | Adeline itu segalanya |
80. | Solar pingsan |
81. | Tidak ada yg bahagia |
82. | Tinggal kenangan |
83. | Penyakit yg dirahasiakan |
84. | Ending |
85. | Epilogue |
INFO PENTINGโ€ผ๏ธ
KEMBIMBANGAN PENULIS โœ๏ธ

27 | Manipulatif |

1.3K 106 61
By adleskarina

SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN

FOLLOW AKUN PENULISNYA

[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]

KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.

JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.

NO SILENT READERS...

CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.

DILARANG KERAS MEN-COPY

SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.

UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!

TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...

Happy reading🦋




Halilintar Argantara






"Udah capek-capek ngehibur dia, eh nggak tau nya dia cuma sandiwara."

~Thorn & Ice

Bel pulang sekolah menggema di penjuru sekolah. Para siswa ingin segera berhamburan keluar kelas. Tak terkecuali kedua siswa di kelas XII MIPA 1.

"Li menurut lo, kira-kira kepala sekolah bakal ngizinin kita nggak ya?" Blaze memperhatikan Halilintar yang tampak sibuk membereskan alat tulisnya.

"Diizinin lah pasti masa, enggak." jawab Halilintar ngenggas.

"Busett.... ngenggas." komentar Blaze.

"Bang Hali udah selesai?" tanya siswa laki-laki manik keemasan, memasuki ruang kelas Halilintar bersama dua teman sebayanya.

Halilintar dan Blaze menoleh kearah pintu masuk dengan mimik wajah berbeda. Senyum merekah ditampilkan remaja bermanik orange terang, menunjukan bahwa ia sedang senang dengan kedatangan ketiga adik kelasnya.

Sedangkan Halilintar, wajahnya langsung berubah datar melihat kedatangan ketiganya, terlebih lagi orang yang Halilintar benci ikut serta menghampirinya.

"Kalian, kenapa masih disini? Belum pulang?" tanya Halilintar membalikkan badan, menghadap ketiga siswa itu.

"Belum bang, kita mau nungguin bang Hali/Blaze pulang." jawab ketiganya kompak.

"Makasih ya Ice," ucap Blaze senang sambil mengacak rambut adiknya.

Ice memenjamkan matanya menikmati elusan kakaknya. "Sama-sama bang," balas Ice.

Halilintar yang tak mau kalah dari Blaze, ikut berdiri dan mengelus salah satu kepala dari dua siswa itu.

"Makasih ya Thorn, udah mau nungguin bang Hali, maaf ya kalo abang jadi ngerepotin Thornie." Halilintar tersenyum tipis kearah Thorn, tangannya terulur keatas mengacak surai hitam milik Thorn, yang membuat si empu memenjamkan matanya, menikmati belaian lembut Halilintar.

Krak!

Hati Gempa benar-benar hancur melihat pemandangan yang ia lihat sekarang, kakaknya memperlakukan Thorn lembut.

"Sama-sama bang, sama sekali nggak ngerepotin kok, Thorn malah senang direpotin bang Hali hehehe." Halilintar yang mendengar itu cuman angguk-angguk kepala, menatap Thorn hangat dan lembut dengan senyum tipis yang tak luput dari pandangan Gempa.

"Thorn nyaman ya abang giniin?" tanya Halilintar diangguki Thorn.

"Nyaman banget bang, kepala Thorn berasa dielus sama bang Solar." Nadanya terdengar menyakitkan ditelinga mereka yang mendengarnya, Thorn masih terlalu kecil untuk merasakan rasa sakit ini.

"Kalau Thorn kangen elusan abang solar, abang siap kok gantiin posisi solar sementara waktu, gimana mau nggak Thorn?" tanya Halilintar lalu menarik tangannya kembali.

"Mauuuuuuu! Thorn mau bang Hali gantiin posisi abang solar" pekik Thorn girang sambil jingkrak-jingkrak.

Blaze, Ice, dan Halilintar tertawa kecil melihat sikap kekanak-kanakan Thorn.

"Hahahaha iya-iya Thornie kecilku." Halilintar terkekeh kecil kembali mengacak-acak rambut Thorn.

"Tapi bang, gimana sama Gempa? Apa Gempa setuju?" Thorn melirik kearah Gempa yang berdiri disampingnya.

"Kenapa kita harus nunggu persetujuan dia Thorn? Memang dia itu siapa kita?" Blaze dan Ice saling tatap satu sama lain, saling melempar tatapan tanya maksud dari perkataan Halilintar.

"Gempa itu kan adik ab--"

"Gue nggak punya adik Thorn dan dia juga bukan adik gue." Halilintar menghembuskan nafas, bersedekap dada dengan wajah datar yang ia tampilkan. Dia bahkan tidak peduli dengan kenyataan bahwa Gempa itu adik kandungnya.

Gempa yang mendengar itu melangkah mundur dan berbalik badan lalu berlari meninggalkan mereka sambil menangis.

"Gem!"

Thorn dan Ice segera berlari mengejar Gempa. Mereka takut akan terjadi sesuatu pada Gempa.

"Maksud lo apa bilang gitu Hali? Gempa itu adik kandung lo, dulu lo sendiri yang bilang ke gue, lo pengen diakuin sama Gempa, disaat Gempa udah ngakuin lo dan nerima lo, KENAPA LO NGELAKUIN ITU BANGSAT?!!" Halilintar mendelik tajam Blaze disampingnya.

"KARENA BAGI GUE GEMPA UDAH MATI SO JANGAN BAHAS ITU LAGI!" tegas Halilintar lalu melenggang pergi meninggalkan Blaze yang mematung di tempat.

"Gempa, tunggu!"

Gempa masih terus berlari dengan air mata yang terus bercucuran di pipinya, seakan tuli Gempa mempercepat larinya menghiraukan kedua sahabatnya yang berteriak memanggil namanya.

"Hiks-hiks"

Dia mencoba kuat, menghapus kasar air matanya yang mengahalangi pandangannya masih berlari hingga dipinggir jalan ia berhenti.

Dengan nafas tersengal-sengal, Thorn dan Ice berhenti berlari melihat Gempa berdiri ditepi jalan.

"Huh... huh... Ice apa yang Gempa lakukan disitu?" Thorn menunjuk Gempa yang berdiri sedikit jauh dari tempat mereka.

"Huh... huh... gue juga nggak tau Thorn." Ice melirik Gempa dan Thorn bergantian.

"Samperin kuyy!" celetuk Thorn santai. Seakan lupa dengan kejadian yang membuat mereka berlari sampai ke tepi jalan.

"Kuyyy lah!" Thorn dan Ice kemudian berjalan mendekati Gempa.

Gempa yang sadar dirinya diikuti lantas menoleh ke belakang dan benar saja kedua sahabatnya mengikutinya sampai kesini.

"Ngapain sih mereka ngikutin gue dari tadi? Au ah mending gue pulang aja naik taksi." gumam Gempa tak mau ambil pusing dengan pertanyaan yang menganggu pikirannya.

Astaga, mereka sepertinya benar-benar lupa alasan yang buat mereka sampai ke tepi jalan.

Gempa berdiri di pinggir jalan dan melambaikan tangannya agar supir taksi bisa melihat kearahnya.

"Stop!" kata Gempa.

Tetapi taksi itu sama sekali tidak memelankan lanjunya.

"Hei stop!!"

Taksi itu malah mengencangkan lajunya yang membuat Gempa harus mundur beberapa langkah dari pinggir jalan. Dia pun menggertakan giginya dan mengomel.

"Sialan! Berani sekali dia mengabaikanku, lihat saja akan ku buat dia dipecat!" Dia mengeluarkan ponsel di saku celananya lalu menekan nomor ayahnya.

"Halo! Sayang, kok tumben telepon? Ada apa nak?"

"ayah, bisakah aku meminta sesuatu sama ayah?"

"Meminta sesuatu? Emangnya Gempa mau minta apa sama ayah, sayang?"

"Begini ayah Gem............"

Gempa mulai meceritakan semuanya dari awal, dimulai dari halilintar yang tak mau menganggapnya dan berakhir dengan taksi yang tidak ingin memberinya tumpangan.

Amato diujung telepon, menghela nafas sambil mengangguk-angguk mendengar curhatan putera kesayangannya.

"Jadi begitu ayah, bagaimana ayah bisa kan?"

"Tentu saja bisa sayang, Gempa ingin ayah memecat taksi itu?"

"Iya ayah, pecat saja!"

"Baiklah-baiklah ayah akan memecatnya sekarang, nggak usah marah-marah gitu Gem, anak ayah jelek tau kalo marah-marah."

"Ishhh ayah Gemgem serius, Gempa nggak mau tau pokoknya ayah harus pecat taksi itu!"

"Siap komandan! Ayah akan mencari tahu dulu siapa pemilik taksi itu, baru orangnya sayang."

Gempa tersenyum.

"Makasih ya ayah."

"Sama-sama sayang, sebentar, gempa masih ingat gak plat nomornya berapa? Kalo ingat coba kasih tau ayah biar ayah lebih mudah memecatnya sayang."

"Masih ayah, kalo nggak salah nomor platnya itu B***"

"Oh oke, nanti ayah suruh asisten ayah buat cari plat nomor itu."

"Janji iya, yah?"

"Janji sayang, udah yah gempa tenang aja, ayah pasti bakal pecat orangnya, sekarang ayah matiin dulu ya nak, ayah lagi sibuk sayang, gpp kan?"

"Iyah gpp ayah."

"Ya udah ayah matiin ya sayang, nanti ayah suruh pak Chandra jemput kamu iya sayang."

"Kok pak Chandra sih yah? Pak Chandra kan supir pribadi kak hali, masa aku pake supir bekas kak hali sih, ogah."

Amato memijat pelipisnya pelan, banyak sekali permintaan anaknya itu, haih.

"Ya sudah kalo gitu nanti ayah kirim orang lain buat jadi supir pribadi kamu juga."

"Nah gitu dong ayah, masa Gemgem dikasih yang bekas sih, apalagi bekas kak hali, gak level tau!"

"Iya sayang, maafin ayah ya, ayah matiin dulu ya sayang, kalo udah ketemu nanti ayah kirim orangnya ya sayang."

"Oke ayah! Gemgem tunggu ya."

"Iya sayang dalam waktu lima belas menit dia sampe, jadi sabar, oke?"

"Oke ayah."

"Ya udah ayah matiin ya nak, assalamu'alaikum sayang."

"Wa'alaikumsalam ayah," balas Gempa memgakhiri pembicaraan ditelepon.

"Jadi lo cuman sandiwara Gem?" Gempa menoleh ke samping dan terkejut melihat kedua sahabatnya sudah berdiri disebelahnya.

"Lo gak benar-benar sedih? Dengar penolakan bang Hali?" timpal Thorn.

Seketika wajah Thorn dan Ice berubah, amarah, kecewa, terluka dan merasa dibohongi. Berbagai perasaan berkecambuk dihatinya, tak sengaja mendengar pembicaraan Gempa ditelepon.

"Enggak! Gimana keren kan akting gue? Pasti habis ini kakak lo sama hali berantem lagi" tanya Gempa sambil bersedekap dada.

"Jadi selama ini lo bohongi kita?" Gempa mengangguk.

"Iya, maafin Gemgem iya, Gemgem sebenarnya nggak mau sih bohongi kalian tapi ... sayang kalian terlalu bego buat dikibulin HAHAHAHA! Upsss!" Tanpa rasa bersalah ia ketawa bak kerasukan setan.

"KEPARAT LO ANJING!" umpat Ice hendak memukul Gempa, namun Thorn menghalanginya.

"Thorn--"

Thorn melirik Ice sambil geleng-geleng kepala lalu maju selangkah mendekati Gempa.

"Gue nggak habis pikir sama lo, Gempa yang gue kenal bisa ngelakuin hal menjijikkan kayak begini, entah apa tujuan lo, gue juga nggak ngerti, punya salah apa kita sama lo, gue juga nggak tau. Serius Gem, baru pertama kalinya gue merasa dikhianati teman sendiri, otak lo benar-benar busuk, kehidupan lo penuh dengan tipu muslihat, begonya lagi gue sama Ice bisa-bisanya percaya sama teman BAJINGAN KAYAK LO!"

Gempa menatap Thorn dalam diam.

"Gue sama Ice dari sekolah lari-larian kayak orgil cuman demi ngejar lo? Tapi apa? Ini balasan lo? Lo jadiin kita kayak budak dan babu lo!! Dan lo jadiin kak hali sama kak blaze itu pelampiasan lo!! PERSETAN LOH ANJING!!"

Bugh!

Perut Gempa terkena bogem mentah oleh Thorn. Gempa meringis menahan sakit di bawah lambungnya. Tangannya memegang perut yang terasa nyeri itu. Ia tak menyangka kalau orang sepolos Thorn akan menghajarnya.

"Kenapa sakit?" tanya Thorn menyungging senyum kesetenan diwajahnya membuat Gempa yang melihatnya seketika merinding.

Bugh.

Kini wajah Gempa yang menjadi sasaran pukul. Bibir bawahnya seketika pecah. Cairan berwarna merah terlihat sedikit mengalir. Tubuh besarnya sedikit limbung. Perutnya yang belum terisi dari siang itu, membuat ia sedikit lemas. Gempa pun mengusap bibirnya dengan punggung tangan.

"Anggap aja itu peringatan buat lo! Udah ayok Ice! Kita cabut tinggalin aja anak titisan setan itu disini." Thorn dan Ice akhirnya pergi dengan rasa kecewa dihati masing-masing merasa bodoh telah memberikan Gempa kesempatan untuk memperbaiki dirinya.

Gempa bergeming, menatap punggung Thorn dan Ice yang perlahan lenyap dimatanya.

"Ukh...!" Gempa meringis saat hendak berdiri, pukulan Thorn benar-benar membuat lambung bagian bawahnya ngilu.

"Sial! Awas aja lo Thorn! gue pastiin lo hancur ditangan gue" batin Gempa geram tak terima dirinya dipukul sahabat polosnya itu.

"Tuan muda." Gempa menoleh kearah pria paruh baya yang baru saja tiba.

"Maaf, bapak siapa ya?" tanya Gempa bingung.

"Saya Rangga Winanto yang diutus tuan Amato Danian Fahreza untuk menjadi supir pribadi tuan muda Gempa Denanda Argantara. Benar kan nama tuan Gempa Denanda Argantara?" tanya supir pribadi Gempa sedikit memperkenalkan dirinya.

"Jadi bapak ya? Yang jadi supir pribadi saya." ujar Gempa sambil tersenyum ramah.

"Iya tuan muda, mulai sekarang saya jadi supir pribadi tuan, siap mengantar dan menjemput tuan kapan saja."

Gempa mengangguk.

"Iya sudah kalo begitu, ayok pak! Antar saya pulang."

Pak Rangga mengangguk lalu membukakan pintu, mempersilahkan tuan mudanya masuk, setelah Gempa masuk mobil pun berjalan meninggalkan tempat itu menuju rumah Gempa.




Bersambung...

Gimana-gimana? Kaget nggak liat Gempa yang sekarang?
Beda banget ya sama yang kemarin? Padahal baru aja kemarin dikasih siraman rohani, eh udah berulah lagi ya...
Yang sabar ya fansnya Gemgem...

Eitsss tapi Gempa masih punya kejutan lagi loh yang bikin kalian benar-benar kaget,

Bagi yang penasaran sama kelanjutannya pantengin terus ya ceritanya....

Jangan lupa vote dan coment

SEE YOU NEXT PART💕




Continue Reading

You'll Also Like

14.2K 1.4K 52
"Mencintaimu memang rumit, tapi ini pilihanku. Terserah apa pendapatmu tentangku, aku akan selalu mengejar mu untuk menjadi milikku". - Kaizo Gavano...
4.3K 422 38
HaliSol High school AU! "Jangan terlalu tenggelam dalam imajinasimu sendiri. Karena kita hanya dibatasi oleh imajinasi dan keinginan kita untuk berti...
715 97 10
ยปโŽผโŽผโŽผโŽผโŽผโŽผโŽผโŽผโŽผโ€บ ๊’ฐ ๐ซ๐š๐ง๐๐จ๐ฆ ๐ญ๐ก๐ข๐ง๐ ๐ฌ ๊’ฑ โ‹†หš. ๐”˜“ .หšโ‹† โ•”โ•โ•โ•*.ยท:ยท.โœง โœฆ โœง.ยท:ยท.*โ•โ•โ•โ•— ๐šƒ๐™ฐ๐š„๐™ต๐™ฐ๐™ฝ ๐™ฐ๐™ฝ๐™ณ ๐™ฑ๐™ด๐™ป๐™ธ๐š„๐™ฝ๐™ถ โ•šโ•โ•โ•*.ยท:ยท.โœง โœฆ โœง.ยท:ยท.*โ•โ•โ•โ• Memu...
7.5K 1.1K 21
{ 7 } โ˜† On Going โ˜† Love-hate relationship antara Halilintar (sebagai yang di-tua-kan) dengan Solar (sebagai yang di-muda-kan) dari tujuh kembar bersa...