SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN
FOLLOW AKUN PENULISNYA
[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]
KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.
JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.
NO SILENT READERS...
CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.
DILARANG KERAS MEN-COPY
SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.
UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!
TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...
⚠️Warning adegan ini untuk tidak ditiru. Mohon untuk menyikapi chapter ini dengan sebaik mungkin karena author sama sekali tidak bertanggungjawab atas yang terjadi nanti di kemudian hari.
Happy reading🦋
⎯ Halilintar Argantara⎯
"Ini bu bos mana? Katanya suruh kumpul di sini?" tanya Nursinta sembari celingak-celinguk.
"Yaelah sabar kali, bos juga kan punya kesibukan, Sin." ucap Hilda dengan santainya.
"Sabar pala lo peyang, udah satu jam kita nunggu di sini" kesal Nursinta.
"Ingat orang sabar, di sayang pacar." sahut Dewinta sambil nyengir
"Bukannya di sayang tuhan ya?" tanya Sri dengan mode tangan bertopang dagu.
"Dua-duanya aja lah biar adil." ucap Dewinta diangguki Sri.
"Tapi serius loh, ini tumben bu bos lama." celetuk Nursinta.
"Ckkk berisik banget ajg! Lo harusnya tadi gak usah ikut Sin" decak Sri.
"Lo mau tanggung jawab? Kalau gue di apa-apain bos?" tanya Nursinta tak santai.
"Ya kagak lah ajg! Lo pikir gue berani apa" ketus Sri.
"Ya udah makanya diam, gak usah banyak bacod!" ucap Nursinta tanpa intropeksi diri.
"Bukannya yang banyak bacod itu elo ya Sin?" tanya Sri.
"Loh kok gue?"
"Ya iyalah, kan lo yang ngomel-ngomel daritadi"
"Enak aja, lo kali itu mah"
"Elo ya ajg! Kenapa malah nyalahin gue bangsat?!"
"Yang nyalahin lo siapa goblok!"
"Lo tadi nyalahin gue ya ajg!"
"Dih geer amat sih lo"
"Ngajak bangku hantam?"
"Gas!! Lo pikir gue takut"
"Eleh mental kandang aja sok berani"
"Lah gue masih mending kali, dari pada lo, berlindung di bawah ketek orang hahaha!"
"Bangsattt lo!!"
"Mampus sekak mat!"
"Diam ajg!"
"Hahahahaha!"
"Udah-udah gak usah ribut, nanti ketahuan bos mampus lo pada!" ucap Hilda santai.
"Bos lama benar, coba telepon din" Dewinta menyuruh Dina untuk menelpon.
"Kagak diangkat"
"Si bos kena macet kali" terka Hilda.
"Ngaco lo! Sejak kapan si bos pernah kena macet? Ada polisi tidur aja si bos tetap gass poll!" ucap Nursinta.
"Waduh... Jangan-jangan si bos kena tilang lagi." curiga Sri.
"Ini lagi satu ikut-ikutan, kena macet aja si bos gak mungkin, apalagi kena tilang. hadeh, capek deh..." ucap Nursinta sambil tepuk jidat.
"Din, coba lo miscol si bos, siapa tau nanti si bos angkat."
"Hm." ucap Dina lalu memulai misinya me-miscol bos nya.
Kira-kira begitulah percakapan diantara lima wanita itu. Sedangkan jam sudah menujukkan pukul 17.00 sore, mereka telah menunggu selama tiga jam tetapi bos mereka belum juga datang.
Thana Portia, organisasi dalang di balik layar yang dipimpin oleh Andini Salsabila. Dimana Thana Portia memiliki 20 orang anggota dengan 5 orang anggota inti termasuk mantan ART keluarga Argantara.
Terdiri dari Nursinta, Hilda, Dina, Sri dan Dewinta merupakan anggota inti dari organisasi dalang di balik layar bernama THANA PORTIA yang artinya babi kematian. Dengan lambang hewan berkaki empat berwarna pink yang berada di salah satu bagian tubuh mereka. Hanya organisasi itu sendiri yang tahu dimana letak lambang itu berada.
Saat ini mereka sedang berada di markas dan sedang menunggu ketua mereka yaitu Andini, mereka berkumpul karena bos mereka yang meminta mereka datang ke sini.
>>>
Lampu merah di pertigaan jalan menyala. Mobil berhenti melaju. Sekilas wanita itu melirik laci dashboard mobil. Dimana ia menyimpan ponselnya didalam sana.
Sesekali ia melirik lampu lintas dan kendaraan lain, memastikan lampu lalu lintas itu belum berubah warna.
Wanita itu menarik laci dashboard mobil dengan tangan kiri. Sedangkan tangan kanan wanita itu masih memegang setir mobil.
Wanita itu mengambil hp nya dengan mata yang masih fokus ke depan.
Drrtt drtt drtt drttt
Wanita itu hampir saja menjatuhkan ponselnya lantaran terkejut dengan getaran ponselnya.
Muncul sebuah notifikasi panggilan masuk untuknya. Wanita itu menggeser tombol hijau dan menaruh hp nya di daun telinganya.
"Bos, lo dimana?" Cepat ke markas!" ujar Dina panik di seberang sana.
"Gue lagi di jalan, ada apa?"
"Mereka bertengkar lagi bos"
"Mereka? Sri? Sinta?" ucap wanita itu malas.
"Iya bos, cepat kesini!!"
"Iya nanti gue kesono" ucap wanita itu dengan santainya.
"Loh kok nanti bos?" tanya Dina bingung.
"Lagi lampu merah." katanya dingin.
"Aelah bos cuma lampu merah ini, biasanya juga terobos aja."
"Malas."
"Tap--"
"Ckkk iya iya gue kesono sekarang."
Tut
Sambungan telfon terputus. Wanita itu langsung tancap gas ke tempat tujuan, menerobos lampu merah dan melewati dua mobil polisi yang sedang bertugas di sana.
"Pak Santo, mobil hitam itu menerobos lampu merah." tunjuk salah satu polisi yang bertugas.
"Ayok cepat! Kejar mobil hitam itu!" titah Pak Santo meng-komando anak buahnya.
"Baik!" ucap anak buah Pak Santo patuh.
Keempat polisi itu langsung bergeggas mengikuti mobil hitam itu.
"Sialan!!" decak wanita itu melirik mobil polisi sedang mengejar mobilnya dari kaca spion.
"Heh berhenti!" Mendengar itu Andini langsung tancap gas tak menghiraukan panggilan itu.
Dor
Polisi melepaskan tembakan peringatan ke langit.
"BERHENTI!! INI PERINGATAN!!" teriak polisi itu menyembulkan kepalanya dari balik pintu mobil.
"Ckkk polisi sialan!" Andini memukul stir mobil lantaran kesal dengan mobil polisi yang terus berusaha mengejarnya.
Namun bukannya berhenti, wanita itu menekan pedal gas lebih dalam, membuat kecepatan mobil bertambah.
"BERHENTI!! ATAU KAMI TEMBAK BAN MOBILNYA!!" ancam polisi itu sembari mengarahkan pistol nya ke ban mobil wanita itu.
"Lo pikir gue bodoh apa? Tembak aja kalau bisa." ucap wanita itu menatap remeh dua mobil polisi yang masih mengejar mobilnya.
"CEPAT KITA HARUS HENTIKAN WANITA ITU!!" teriak Pak Santo dari arah samping mobil.
"Siap pak!" ucap ketiga anak buah Pak Santo lalu menekan pedal gas dalam-dalam, berusaha mengejar mobil hitam.
Wanita itu terus menggerutu sepanjang perjalanan karena mobil polisi masih terus mengejarnya.
Wanita itu mencebikkan bibirnya. "Dasar polisi menyebalkan!"
"Aha! Gue ada ide" wanita itu menjetikkan jari saat mendapat ide untuk mengelabui dua mobil polisi itu.
Ia mengambil benda berbentuk silinder logam dengan lubang di bagian atas dan bawah untuk mengeluarkan asap.
Benda itu adalah granat asap. Biasanya granat asap ini digunakan Polri dalam penindakan insiden tertentu.
Namun wanita itu justru menggunakannya untuk kepentingan diri sendiri.
Sejenak wanita itu melirik kedua mobil polisi. Setelah menemukan lokasi target, wanita itu mengambil granat yang berada didalam laci dashboard mobil.
Wanita itu mengenggam granat itu dengan telapak tangan dengan posisi cincin tuas yang mengarah ke atas. Lalu melemparnya seperti melempar bola baseball.
DUAR
Granat asap tersebut meledak di tengah-tengah dua mobil polisi. Menyebabkan dua polisi langsung tewas di tempat kejadian.
Wanita itu tersenyum bangga. Sekali lagi, ia menyasikan keberuntungan kembali berpihak padanya, berhasil lari dari kejaran polisi bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Hanya sedikit dari mereka yang beruntung melakukannya. Meski keempat polisi itu yang menjadi korbannya--baginya itu bukan masalah besar. Karena ia sudah sering melakukan itu.
"Akhirnya tikus penganggu lenyap juga." ucap wanita itu seraya menepuk-nepuk kedua telapak tangannya, membersihkan sisa debu-debu itu.
"Sekarang gue bisa bebas dari mereka hahaha!" Wanita itu tertawa bak kerasukan setan melihat dua mobil polisi hancur tak terbentuk.
Wanita itu kembali menyalakan mesin mobilnya setelah ia sempat mematikan untuk melihat adegan menyedihkan (dibaca : memuaskan) tikus yang mengganggunya hancur tak tersisa.
Cukup sadis memang, tapi ia sama sekali tidak peduli dengan hukuman yang mungkin menantinya di masa depan.
"Halo, bisakah kau kemari?"
"......."
"Ada bangkai yang harus kau bersihkan."
"........"
"Iya cepat kemari!"
"......"
"Awas saja jika kau terlambat, maka nyawamu yang habis di tanganku."
"......."
"Hm."
Tut
"Beres, barang bukti sudah di hilangkan." ucap wanita itu melempar ponselnya asal.
Brum brum
Mobil hitam mulai melaju membelah kota Bandung di sore hari yang adem ini.
>>>
Setelah melaju dengan kecepatan tinggi. Akhirnya mobil wanita hitam itu sampai di markasnya.
Ia segera turun dari mobilnya. Berjalan memasuki ruang rapat markas Thana Portia.
Ruangan itu terlalu besar untuk di sebut markas. Karena itulah mereka menyebutnya penthouse.
Tak butuh waktu lama, wanita itu tiba di depan ruang rapat.
"Selamat datang, bu bos." sambutan dari anggota inti Thana Portia diterima dengan baik oleh pimpinan mereka.
"Maaf gue datang terlambat," ucap wanita itu membungkuk hormat, diikuti anggota inti Thana Portia, sebagai bentuk salam penghormatan setiap pertemuan.
"Gapapa, bu bos. Kami tahu anda pasti sedang sibuk." ucap Hilda membuat pimpinan mereka tersenyum.
"Terimakasih untuk pengertiannya, langsung saja kita bahas ke intinya." ucap wanita itu yang sudah duduk di kursi kehormatannya.
Bersambung...
Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT CHAPTER 💕