SEBELUM BACA BUDIDAYAKAN
FOLLOW AKUN PENULISNYA
[JANGAN LUPA VOTE BUKUNYA]
KOMENTARI APAPUN YANG KALIAN SUKA.
JADILAH PEMBACA YANG CERMAT DAN AKTIF.
NO SILENT READERS...
CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN AUTHOR SENDIRI.
DILARANG KERAS MEN-COPY
SEPERTI : IDE, ALUR, DAN BAHASA PEMAIN.
UNTUK PLAGIAT JAUH-JAUH!
TERIMAKASIH SUDAH MAMPIR KE BUKU INI...
Happy reading🦋
"Jangan terlalu sering berbohong. Karena sekalinya lo berkata jujur pun nggak akan percaya lagi."
_Adeline Elzahara_
"Jangan nunggu terlambat baru sadar. Tapi sadarlah, sebelum terlambat."
_Sopan Zein Malik_
⎯ Halilintar Argantara⎯
Setelah menempuh perjalanan sekitar 4 jam 46 menit. Akhirnya Sopan, Kaizo, Gopal dan dido, tiba di Bandar Udara Internasional Jenderal Ahmad Yani. Dengan langkah lebar dan kepalanya yang berdirik tegak, Sopan berjalan dengan cepat melintasi arrivals hall-diikuti oleh Kaizo ddk yang tengah menarik koper di belakangnya. Kelima orang yang telah melewati perjalanan udara antar provinsi itu, saat ini sedang berjalan menuju mobil hitam yang telah terpakir di depan.
Tak ada kalimat yang keluar dari mulut Sopan sejak ia sampai di Semarang. Kekesalannya saat kejadian di mall tiga hari yang lalu-membuat sebagian besar mood nya hancur berantakan. Mereka yang tidak ingin terkena imbas pun juga memilih bungkam, membiarkan Sopan melepaskan kekesalannya seorang diri.
"Over here, Sopan Zein Malik!" Seorang wanita dengan perawakan khas cewek temboy terlihat menyapa mereka dengan senyuman hangat. Lambaian tangannya membuat keempat cowok itu mendekatinya tanpa kata.
"Welcome to Semarang. Sir. I'm Afni someone who was ordered by Miss Aulia Ningsih to escort you while you are in Semarang," Wanita itu memperkenalkan dirinya dengan sopan di hadapan circle gempa.
"Sorry, are you a new member? I've never seen you before," sahut Kaizo karena baru pertama kali melihat wanita itu disini.
"Yes sir. I am a new member of Evil rose," balas Afni lalu membungkuk hormat karena ia tahu kedudukan Ketua mereka lebih tinggi dibanding ketuanya.
"Welcome to join Ertenal Darkness. We are from Thana Portia's squad," sambut Sopan ikut membungkuk hormat seperti sedang menyambut tamu.
"Thank you, Sir. Saya senang bisa diterima dengan baik disini, terutama kamu" ucap Afni dengan senyum manis di wajahnya, ia melirik Gopal yang ikut menatapnya. Namun hanya Gopal yang melihat tatapan gadis itu.
'Kenapa si empal gentong ini, kok malah senyum-senyum sendiri kayak orang gila,' batin Kaizo.
"Kenapa senyum-senyum, Pal?" Ternyata bukan hanya Kaizo yang melihat itu, Sopan pun menyadarinya.
"Entah nggak tau. Baper mungkin," bisik Kaizo pada Sopan.
"Hah?" beo Sopan semakin bingung.
"Terutama kamu." Gopal mengulangi kalimat terakhir Afni.
Cowok itu terdiam beberapa sesaat memikirkan maksud Gopal. Setelah paham ia langsung menepuk pelan bahu temannya. "Kalau suka tembak, bro." ujar Sopan sembari tersenyum menggoda.
Gopal hanya diam tak membalas.
"Udah-udah, sebaiknya kita cepat, sebelum nyonya aulia marah besar." ujar Afni dianggukan setuju oleh mereka.
Di dalam mobil, suasana hening kembali merangkap mereka. Rona jingga yang sejak tadi bersembunyi di balik langit, kini mulai menunjukkan diri-membuat bias cahaya matahari menyinari laut biru yang tersaji di sepanjang perjalanan. Sopan terhanyut di dalam keindahan panorama yang tersaji di hadapannya. Matanya menatap kosong, sementara pikirannya melambung tinggi memikirkan seorang wanita yang entah kapan wanita itu akan mengingat sebagai tunangannya.
"Kalau ngeliat ini, gue jadi ke ingat masa-masa kita dulu," gumam Sopan teringat saat dirinya menyatakan cintanya pada gadis itu.
15 Februari 2015
Hari ini adalah pertunangan Sopan dan Adeline. Acara mereka berlangsung di gedung hotel bintang lima yang berdekatan dengan pantai pasir putih dan disulap sangat meriah juga elegan dengan berbagai dekorasi.
"Ingat apa yang mommy katakan tadi?"
Sopan berdecak malas. "Iya. Sopan inget, gak perlu mommy jelasin lagi."
"Bagus. Setelah pertunangan ini, mom harap kamu cukup dengan satu wanita. Seperti yang dilakukan ayahmu. Laki-laki hebat itu bukan laki-laki yang punya banyak wanita. Tetapi lelaki yang bisa menolak ribuan wanita yang datang demi mempertahankan satu wanita dalam hidupnya. Kamu harus bisa menjaga wanita ini. Inget, hanya ada satu wanita yang seperti ini dalam dunia. Kalau kamu gagal menjaganya, jangan salahkan mom, jika suatu hari dia dibuat bahagia oleh laki-laki lain."
"Iya, Mom. Sopan ngerti kok, karena alasan itu Sopan ingin menikah dengannya."
"Mom percaya sama kamu. Jangan pernah mematahkan hati seorang wanita, ketika hatinya hancur, maka hidup mu yang akan berantakan nantinya. Jika suatu hari nanti, kamu udah gak cinta sama dia. Balikin ke ortunya secara baik baik. Jangan sesekali kamu mengangkat tangan mu padanya, karena apapun perbuatan mu padanya kelak akan dirasakan putri mu sendiri."
"Iya, Mom. Sopan akan selalu ingat pesan Mom. Sopan akan menjaga dan mencintainya seperti aku menjaga Mom."
"Jangan iya-iya aja. Giliran pas udah tunangan aja selingkuh."
"Janji gak deh mom. Sopan gak akan selingkuh kok."
"Kalau mom sampai tau kamu selingkuh sama wanita lain. Mom bakal aduin ke papa nanti, biar posisi mu digantikan oleh Glacier."
"Apa?! Mana bisa begitu mom!"
"Iya bisa dong. Glacier itu kan saudara mu, kalau kamu lupa."
"Tapi mom-"
"Gak ada tapi-tapi. Itu kesepakatan kita. Dan bukan cuma itu hukuman yang kamu terima nanti."
"What ada lagi?"
"Tentu saja. Memangnya kamu kira hanya itu?"
"Apa hukuman lainnya mom?"
"Rahasia. Mom tidak akan beritahu kamu. Jalankan saja tugas mu sebagai suaminya kelak di masa depan."
"Baiklah, Mom."
"Yaudah sana. Jangan buat putri mom menunggu."
"Iya Mom, iya. Ini juga Sopan mau kesana."
"Yaudah buruan gih. Lelet amat jalannya."
"Iya, Mom."
Sopan hanya pasrah saat sang ibu mempercepat jalannya dengan cara mendorong tubuhnya dari belakang.
Kembali pada acara pertunangan, sekarang semua hadirin sudah duduk di kursi yang dibalut kain putih dan pita emas besar yang tersedia. Para pelayan berseragam hitam-putih berlalu lalang dengan gelas sempanye pada nampan yang mereka bawa untuk di tawarkan kepada para tamu undangan.
Sementara di atas panggung, kini ada Sopan dan Adeline berserta pembawa acara yang sekarang menjadi pusat perhatian mereka. Proses tukar cincin pun di mulai antara dua insan yang kini berdiri dengan saling berhadapan satu sama lain.
Sopan memasukkan cincin ke jari manis Adeline dengan senyum manis yang sejak tadi tak luntur dari wajahnya.
"Tak akan ku biarkan wanitaku ini bersaing dengan wanita mana pun," batin Sopan.
Kini giliran Adeline. Wanita itu memasukkan cincin ke jari manis Sopan dengan degup jantung yang berpacu dua kali lebih cepat, karena cowok itu tak berhenti menatap matanya sejak tadi.
Dan mereka resmi bertunangan begitu cincin emas berkilau dengan harga fantastis masuk ke jari mereka.
Seluruh hadirin sontak bertepuk tangan.
Setelah itu, mereka semua berdansa dengan pasangan masing masing di lantai dansa yang memang sudah ada disana.
Sesuai rencana setelah pertunangan mereka selesai. Di mana para tamu undangan sudah meninggalkan lokasi dan pulang ke rumah masing-masing dengan perut penuh makanan lezat yang tadi di hindangkan. Sopan mengendarai mobil sport-nya melintasi jalanan kota ditemani Adeline yang kini duduk disebelahnya.
"Adeline," panggil Sopan. "Ada hubungan apa lo sama halilintar? Interaksi kalian akrab banget akhir-akhir ini."
Adeline memalingkan wajahnya ke arah lain dan menggeleng pelan. "Nggak ada apa-apa."
""Jangan- jangan lo suka lagi sama hali?" tebak Sopan. "Kalian kan udah temanan sejak kecil. Nggak mungkin cinta itu nggak tumbuh di antara satu sama lain."
"Kalaupun itu benar, harusnya Hali yang ada di samping gue sekarang dan bukan lo."
Sial, perkataannya tak bisa terbantahkan lagi. Memang benar, mereka tumbuh bersama sejak dini hingga beranjak dewasa. Namun masalah cinta yang tumbuh di antara keduanya, sepertinya memang tidak ada.
Entah cinta itu yang tidak ada atau sepasang sahabat itu yang menepis rasa cinta yang ada dalam diri mereka.
Tidak ada yang tahu pasti soal itu. Baik Halilintar maupun Adeline. Keduanya sama saja, tidak ada bedanya.
"Inilah alasan kenapa gue mau nikah sama lo." ujar Sopan kembali bersuara, setelah dirinya terdiam beberapa saat.
"Apa?" tanya Adeline bingung.
"Di antara banyaknya kaum hawa yang pernah gue temui, cuma lo satu satunya wanita yang berhasil menaklukan hati gue. Padahal sebelumnya gue nggak pernah kalah debat sama perempuan," jelas Sopan.
"Yeuhhh itu mah lo nya aja kali yang gak bisa debat," cibir Adeline sembari menggulir bola mata malas.
"Sembarangan. Meskipun otak gue gak seencer otak ciel. Kalau soal debat, gue jagonya," bantah Sopan.
"Ah, masa sih?" tanya Adeline dengan wajah menggoda.
"Kata ciel, kalau lo itu nggak pintar debat. Bukan nggak pintar sih, tapi emang lo nggak bisa debat. Makanya debat sama gue tadi langsung kalah," lanjutnya.
"Ihhh sayang kok gitu sih? Jadi lo lebih percaya sama ciel daripada sama casu sendiri?" rengek Sopan tak terima karena tunangan lebih percaya sama orang lain.
"Bukannya nggak percaya. Ciel itu kan orangnya jujur dan gak pernah bohong. Beda banget sama lo, yang suka bohongin gue mulu," ungkap Adeline, membuat mimik wajah Sopan seketika berubah murung.
"Itu kan masa lalu. Sekarang mah kan udah enggak," bantah Sopan.
"Iya sih cuma takutnya kayak dulu lagi gitu," gumam Adeline kecil yang masih bisa di dengar tunangan nya.
Sopan menghela napas lelah, mendengar penuturan tunangan nya. Sopan mencari seribu cara agar Adeline kembali percaya padanya. Laki-laki itu mengenggam tangan Adeline dan membawanya ke atas paha, jadinya Sopan menyetir dengan satu tangan.
"Mas ih, bahaya."
Sopan tak menghiraukannya ia tetap fokus menyetir dengan mengenggam tangan Adeline di salah satu tangannya.
Itu, adalah percakapan terakhirnya dengan Adeline enam tahun yang lalu. Saat mereka membahas tentang hubungan adeline dengan sahabat masa kecilnya. Mereka mengobrol saat melintasi jalan raya, selepas acara pertunangan yang mereka lakukan.
Sopan menghela napas kala percakapan itu kembali berputar di memori. Berulang kali Sopan memikirkannya, dia tetap tidak mengerti tentang 'kebohongan' yang Adeline katakan. Namun kalimat terakhir itu, Sopan memahaminya.
Dan sayangnya Sopan terlambat menyadarinya. Di saat ia baru mengerti maksud tunangannya itu, kini semuanya tinggal kenangan. Hubungan mereka telah jadi bubur.
Tak ada percakapan di dalam mobil. Mereka saling membisu. Sopan lebih senang mengamati kendaraan atau gedung gedung pencakar langit dan juga pantai yang mereka lewati. Ia tak sadar diperhatikan lelaki di sampingnya sesekali.
Tak membutuhkan waktu lama, mobil sudah diparkir di depan sebuah hotel bernuansa mewah dengan dekorasi cukup elegan yang dipadu menjadi satu. Mereka semua turun dari mobil usai membuka pintu masing masing dan menarik koper sendiri sendiri.
"Sejak kejadian di rumah sakit beberapa bulan yang lalu. Aulia memutuskan untuk tinggal disini dengan harapan bisa melupakan halilintar."
"Melupakan gimana maksud lo?" tanya Sopan bingung begitu pun Kaizo ddk.
"Untuk lebih jelas nya. Nanti kalian tanyakan saja langsung sama orangnya," jawab Afni dianggukan setuju oleh mereka.
Setelah itu, tidak ada percakapan lagi hingga anggota circle Gempa itu diberikan kunci kamar pada pihak penjaga hotel.
Uuuuuuuuu akhirnya Sopan kita sampai di Semarang guys 😭
Btw di Semarang itu ada apa aja sih?
Ufan jadi pengen ikut sopan deh,
Akhir² ini kok votenya menurun ya,
Apa bukunya gak seru ya?
Oh iya sebelum nanya ke sesi part mendatang, Ufan ada pertanyaan nih guys.
Masih ingatkan di part 1.21 | Membingungkan? |
Ufan udah kasih dengan jelaskan, kalau Halilintar itu turunan holkay bahkan dia pewaris keluarga Argantara.
Kebanyakan holkay kan pasti punya ART ( Asisten Rumah tangga /pembantu)
Pasti hali juga punya dong, cuma Ufan gak nunjukin banyak dialog pembantu. Karena kan pembantu itu cuman figuran bukan pemeran utama.
Minus untuk ART di rumah Halilintar, seperti Nursinta, Hilda, Deswinta, Sri dan ART lainnya. Meski udah banyak dialog bahkan sampe ada part bagian mereka, bukan berarti mereka tokoh utamanya.
Di cerita ini cuma ada satu tokoh utama HALILINTAR ARGANTARA.
Sesuai dengan judulnya. Sisanya cuma tokoh tambahan dan juga figuran.
Kalau untuk masalah, kenapa scene tokoh utamanya jalan keluar? Ya karena kan ini menceritakan kisah hidup Halilintar.
Ibarat itu, Ufan lagi ceritain masalah kehidupan Halilintar sama kalian dan suka dukanya halilintar itu gimana.
Untuk yang belum paham alurnya dan masih bilang ceritanya gak nyambung, berarti kalian nggak ngikutin ceritanya dari awal dan terlalu banyak adegan skip nya.
Jadi ayo guys, jadilah pembaca yang bijak dan juga teliti.
Cintai dulu buku ini, baru kamu akan paham sama isinya. Sama aja kayak kalian mencintai Halilintar.
Cuma yg membedakan. Dibuku ini menceritakan perjalanan hidupnya. Sedangkan Halilintar tokoh utamanya.
Apa salahnya cinta sama buku ini juga? Toh, tokohnya Halilintar juga kan.
Ufan nggak maksa buat kalian suka ya. Cuman Ufan harap, kalian bisa lebih teliti lagi bacanya dan dipahami alurnya.
Kalau masih bingung tanya aja gpp. Ufan juga gak keberatan kok.
Bersambung...
Jangan lupa vote and coment
SEE YOU NEXT PART💕