抖阴社区

Mua : Bagian Enam Belas

96 6 0
                                        

"Dia udah kelewat bates," ucap Eza setelah selama membawa Arinda menuju koridor yang lengang hanya diam yang diberi olehnya. "Apa lagi yang dia lakuin ke lo?"

Arinda langsung menggeleng. "Gak ada lagi."

"Beneran?" Arinda segera mengangguk. "Dia emang suka cari gara-gara sama cewek yang deket sama Rian."

"Harusnya dia mikir dong, gue gak pernah deketin Rian."

"I know, tapi mata orang ngeliatnya lo emang deket sama Rian. Makanya gosip itu ada." Eza menghela nafasnya. "Gue anter ke kelas ya?"

Akhirnya Arinda dan Eza beranjak dari sana menuju ruang kelas X-6. Sesampainya di kelas, wajah Nena sudah penasaran setengah mati dengan kejadian tadi pagi karena dia datang terlambat. Namun hal itu urung dilakukan karena guru yang mengajar sudah memasuki kelas.

Namun, bukan Nena namanya jika tidak berusaha mencari-cari celah pada saat jam pelajaran. Mau tak mau akhirnya Arinda bercerta secara singkat.

"Wah, gawat nih lo, Rin. Soalnya hari ini tu empat orang lagi gak ada di sekolah."

"Empat-empatnya gak masuk?" tanya Arinda dalam bentuk bisikan.

Nena mengangguk. "Katanya karena orangtua Kak Reki sidang perceraian karena kemaren gak jadi makanya mereka nemenin lagi."

Sidang? Arinda tak menyangka itu.

***

Ternyata memang benar keempat cassanova tidak masuk sekolah, singgahsana mereka di kantin pun kosong. Tak ada bising nyanyian Seno dan juga rayuan dari Hans, belum lagi dengan sikap preman Reki dan dingin dari Rian. Suasana sekolah jadi sedikit berubah. Kesempatan tidak adanya para cassanova segera dimanfaatkan oleh Teva cs untuk memberi pelajaran pada Arinda. Tanpa adanya gangguan dari Rian maka Teva dapat leluasa mengganggu. Hal pertama yang dilakukannya adalah dengan menyeret Arinda ke dalam wc pada jam istirahat.

Arinda yang saat itu berjalan berdua dengan Lila hanya memandang heran dan mengikuti kemauan Teva cs. Dia sudah bisa menduga apa yang akan terjadi tapi sekali lagi Arinda bertekat untuk tidak terpancing emosi. Jika nanti cewek-cewek di depannya ini melakukan tindak kekerasan barulah dia akan membalas.

Teva cs mulai mencecar Arinda dengan makian dan juga umpatan yang sangat pedas. Arinda hanya berdiri di depan wastafel dengan tetap pada sifat dasarnya yaitu masa bodo. Tapi karena sikapnya itulah Teva cs kian geram. Setelah usai dengan cacian dan makian yang terus menerus mereka lontarkan, akhirnya tibalah di acara puncak yaitu menyiramkan air kembali, karena tadi yang terkena air hanya wajah Arinda kali ini gantian tubuh Arinda. Namun bukan air yang mereka layangkan melainkan bumbu somay. Tak tanggung-tanggung bumbu somay yang Teva lemparkan itu bahkan sampai-sampai mengenai ujung sepatu milik Arinda.

"Have fun with that!" seru Teva senang setelah melihat perbuatannya.

Arinda menatap seragamnya yang terkena bumbu somay. Seragam yang tidak akan bersih meskipun dicuci dengan air. Arinda juga mana mungkin mengenakan seragamnya yang sudah kotor ini untuk melangsungkan sisa waktu sekolah.

Di kedua sisi tubuhnya, jemari Arinda mengepal erat. Hal ini sudah tidak bisa ditolerir, mereka selalu saja mencari masalah. Namun belum saja Arinda bertindak, Eza mendobrak pintu dan mendorong tubuh Teva.

"Brengsek lo ya, Teva!! Gue gak bakal main aman sama lo!"

"Cih, lo harusnya bilang sama cewek di belakang lo, jangan gatel sama Rian. Urusannya sama gue!"

"Lo!" telunjuk Eza tertuju lurus pada wajah Teva.

"Apa? Lo mau gampar gue? Gampar aja silakan, tapi inget, gue punya banyak rahasia tentang lo," ucap Teva tenang sembari tersenyum lebar. Sontak saja Eza termangu dan menurunkan jemarinya lalu beralih pada Arinda.

Matahari untuk Arinda ??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang