Di sinilah Arinda, berdiri di rooftop GK dengan tangan membawa kotak bekal susun berisi potongan-potongan sushi lengkap dengan dua pasang sumpit. Kedua matanya menatap empat sosok orang yang berada tak jauh darinya, mereka adalah para cassanova yang sedang mengobrol santai sampai akhirnya Hans menoleh dan melihatnya. Cowok itu segera berteriak memanggil namanya.
Mengembuskan nafasnya berat, Arinda kemudian melangkah. Dia akan melakukan ini dengan cepat, menyerahkan makanan kemudian pergi. Masa bodo jika kotak makanan ini tidak dikembalikan.
"Nih." Arinda meletakkan kotak bekal itu di atas meja. "Udah, kan?"
"Udah. Tapi lo harus di sini!" perintah Reki.
"Ngapain? Gak usah lo balikkin juga gak apa-apa kok kotaknya."
"Bukan itu." Hans memberi kode pada Seno agar mengambil kursi satu lagi. Seno pun menurut dan mengambil kursi, kemudian Hans memaksa tubuh Arinda untuk duduk di kursi itu. "Lo makan bareng kita."
"Ha? Gak usah, gue bisa makan di kantin."
"Yakin mau makan di kantin jam segini?"
Jelas saja Arinda tidak yakin, ini sudah lewat lima menit dari bel dan dia tau betul bagaimana kondisi kantin sekarang. Tentunya ramai riuh dan jika Arinda berhasil mendapatkan tempat duduk pun siapa yang akan memesan makanan? Baik Nena dan Lila sama-sama membawa bekal, otomatis Arinda jadi harus ke kantin sendirian.
"Teva juga pasti ada di kantin jam segini."
Ah iya, Arinda hampir melupakan orang satu itu. Mau tak mau yang bisa Arinda lakukan akhirnya hanyalah mendengus keras. Dia duduk di sana seraya bersandar pada punggung kursi, sementara Reki dan Seno sibuk membuka kotak bekal.
"Wah sushi. Wah sushi lagi. Di sana sushi, di sini sushi," Seno berujar senang ketika membuka kotak bekal yang paling bawah. "Anjir, enaaaak. Asli lo yang buat sendiri, Rin?" Dia kembali menyuap sepotong sushi.
Di tempatnya, Arinda hanya mengangguk. Dia menyaksikan keempat orang itu menikmati sushi buatannya, Seno yang paling semangat di antara mereka bahkan sampai berebut dengan Reki. Namun kemudian mereka saling suap-menyuapi dengan mesara layaknya sepasang kekasih.
"You have to eat."
Arinda melihat Hans yang menyodorkan sepotong sushi padanya. Cowok itu menggerakkan sumpit di jarinya agar Arinda menerima.
"Gak usah," tolak Arinda. Padahal perutnya sudah bergejolak minta diisi.
Hans mengedikkan bahunya lalu memasukkan potongan sushi itu ke mulutnya sendiri. Padahal dia tau jika Arinda ini tengah menahan lapar.
"Arinda! Lo itu ya kudu makan. Sini gue suapin. Kayaknya kalo sama Hans rada serem, kan?" Seno kali ini maju dengan sumpit yang mencapit sepotong sushi. Arinda berniat menolak namun Seno lebih bergerak cepat hingga ntah bagaimana caranya sumpit itu berpindah ke tangan Arinda kemudian Seno membantu memasukkan sushi itu ke dalam mulut Arinda."Enak, kan?"
Arinda mengunyah sushi yang berada di dalam mulutnya. "Enak lah, gue yang buat," katanya setelah berhasil menelan sushi. Lalu Seno kemballi menyodorkan sepotong sushi lagi yang diterima oleh Arinda. Bodo amat deh, yang jelas dia memang lapar.
Tanpa sadar, Arinda sudah menghabiskan empat potong sushi. Untung saja dia membuat sushi itu sedikit banyak, mengingat pesan Hans semalam yang berisikan informasi bahwasanya Seno adalah orang yang rakus.
"Besok bawain sandwich ya, Rin." Seno menaik-naikkan kedua alisnya kepada Arinda. Kemudian dia bersendawa cukup keras.
"Berkat Rian, kita jadi bisa makan sushi lagi. Ya, gak?" Reki membereskan kotak bekal itu. "Lo pinter masak gini belajar dari siapa?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari untuk Arinda ??
Teen FictionMAU DIREKAYASA LAGI Amazing cover made by @radicaelly ***sinopsis*** Sedari SD Arinda hampir tidak pernah lepas dari pengawasan sang kakak, Adrian. Hal itu membuat cewek blasteran Belanda-Indonesia itu memilih untuk mengubah semuanya dengan masuk ke...