Arinda terkejut ketika berjalan dan melihat Rian yang sedang duduk di atas motor di depan gerbang sekolah. Menyadari kehadiran Arinda, Rian turun dari motornya.
"Udah?"
Kening Arinda berkerut bingung namun dia mengangguk.
Tiba-tiba Rian memakaikan helm pada Arinda. Helm yang dia beli ketika menjemput Arinda di mal.
"Lo gak masuk kelas?"
Rian menggeleng, menaiki motornya lalu menjawab, "Gak, gue mau nemenin lo."
Perlahan senyum Arinda terulas. Dia menaiki motor Rian segera. "Lain kali jangan kayak gini," pesannya.
Rian tertawa pelan sebelum akhirnya melajukan motornya pergi dari sana. Rian ternyata tidak langsung mengantar Arinda pulang, namun cowok itu malah mengajak Arinda berkeliling hingga senja pun mulai menguasai langit.
Sebenarnya ada ketakutan dalam diri Arinda mengenai dirinya yang terkena skorsing. Sejak tadi, dia belum memberitau Adrian, dia bingung bagaimana menjelaskan masalah tersebut. Arinda tak ingin menambah beban Adrian yabg tengah sibuk dengan jam tambahan untuk persiapan Ujian Nasional, belum lagi dengan urusan kuliahnya nanti. Tapi Arinda juga tidak bisa berbohong.
Genggaman tangan dari Rian membuat Arinda mendongak. Menatap pada Rian yang menghantarkan kehangatan melalui sentuhan tangan. Kedua mata Rian berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Adrian keluar dari dalam rumah tak lama kemudian, menelisik pada dua orang yang berdiri di hadapannya.
Rian melepas genggamannya lalu menghela Arinda masuk, senyumnya mengisyaratkan jika dia yang akan menjelaskan semuanya.
Arinda hanya menurut, memasuki rumah dan membersihkan badannya. Ketika Arinda selesai mandi, suara deru knalpot terdengar, pertanda jika Rian sudah pergi dari sana. Arinda membuka pintu, melihat Adrian tengah duduk di sofa ruang keluarga.
"Ran," panggil Arinda.
Adrian menoleh, senyumnya segera terpampang. Dia berjalan menghampiri Arinda, lalu memeluk adiknya. "Maaf, gue belom bisa jadi kakak yang baik," katanya.
"Lo udah jadi kakak yang baik, bahkan sejak gue belom lahir. Sori, gue buat masalah."
"Masalah apa? Lo gak salah sama sekali, gue tau gimana sifat lo. Lo ngelakuin itu cuma buat ngebela Lila, kenapa gue mesti gak suka?"
"Tapi harusnya gue bantu lo, Ran."
"Ssh, dengan lo sehat dan baik-baik aja itu udah ngebantu gue, Rin."
Arinda tau jika Adrian sedang banyak masalah tapi cowok itu masih bisa tersenyum begitu tulus. Beban yang mengikuti di pundak Adrian bahkan seolah dilupakan oleh cowok itu karena bagi Adrian, Arinda lebih dari segalanya.
"Makasih karena lo yang jadi kakak gue."
***
Selama menjalani masa skorsing, Arinda tidak menghabisi masa itu di rumah. Melainkan bepergian. Tentu saja bepergian bersama dengan Rian dan tiga temannya itu. Hari pertama Arinda habiskan bersama keempat cowok itu dengan bermain di pantai hingga sore tiba, lalu esoknya Rian yang mengajaknya berjalan-jalan. Mengunjungi sebuah rumah hantu yang memang buka dari siang hingga malam. Namun bukannya ketakutan Rian malah harus membayar lebih akibat Arinda yang menonjoki para hantu yang berniat memegang ataupun memeluk tubuhnya. Lalu dilanjutkan dengan menonton sebuah film yang tengah tayang di bioskop.
"Gue bisa ngabisin waktu ini sendiri," ucap Arinda seraya memakan popcorn.
"Kenapa? Lo gak suka gue temenin?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari untuk Arinda ??
Teen FictionMAU DIREKAYASA LAGI Amazing cover made by @radicaelly ***sinopsis*** Sedari SD Arinda hampir tidak pernah lepas dari pengawasan sang kakak, Adrian. Hal itu membuat cewek blasteran Belanda-Indonesia itu memilih untuk mengubah semuanya dengan masuk ke...