"Jadi sekarang Kakak lo gak masuk sekolah karena dikeroyok?!" seru Nena tertahan setelah Arinda menceritakan pasal Adrian. Nasi yang berada di dalam mulutnya berhambur hingga Arinda harus berkelit.
"Gak pake nyembur berapa, Mbak?" Arinda menggeser duduknya agar tak berhadapan langsung dengan wajah Nena. "Iya gitu. Abis mukanya."
"Gila! Gila! Emang masalahnya apa sih?"
"Karena cewek." Karena Maharani, bukan tapi kata Adrian ini adalah karena dia melindungi Maharani. "Karena dia ngelindungin cewek yang disukain sama pentolan sekolah lain."
"Yah," suara Nena mendadak melemah. "Gue kira dia belum ada gebetan."
"Gue kan udah bilang sama lo."
"Tapi janur kuning belom melengkung. Kesempatan gue deket sama dia masih ada. Ntar pulang sekolah gue jenguk dia deh."
"Eh gak usah. Dia butuh istirahat," tolak Arinda serta merta. Membawa Nena ke rumah yang ada Adrian malah terganggu dengan repetan cewek itu.
Nena mencibir Arinda karena tolakan itu. "Tapi bentar deh, lo cerita kayaknya belom selesai. Kan Kakak lo dikeroyok nih terus lo pasti bantu tapi gue gak yakin lo ngebantu tanpa ada luka. Itu gimana?"
Cerita Arinda tadi sempat terhenti karena Nena keburu bereaksi begitu mendengar kondisi Adrian. "Gue ditolong sama si cassanova."
"Hah?" Bukan hanya Nena saja yang kaget namun Lila yang sedang minum saja sampai tersedak. "Nolong gimana?"
"Ya tiba-tiba mereka dateng aja gitu."
"Mereka? Berarti banyak dong, Rin?" kali Lila yang bertanya setelah tadi hanya terdiam saja mendengarkan
"Mereka berempat yang bantuin."
"Anjay!" Mulut Nena terbuka karena terkejut. "Keempat-empatnya termasuk Kak Rian? Terus gimana?"
"Ya mereka menang dan ya udah."
"Ceritain lebih detail!" desak Nena.
Arinda kembali melanjutkan ceritanya yang tadi pada Nena dan juga Lila. Tentang keempat cassanova itu yang telah membantunya juga dengan pertanyan Reki tadi pagi yang bertanya mengenai keadaan Adrian juga dengan lagi dan lagi janjinya bahwa cowok-cowok yang kemarin melakukan pengeroyokan itu tidak akan berani mendekati Adrian lagi. Reki juga meminta segala kontak Arinda dan juga Adrian, berjaga-jaga jika ada sesuatu yang terjadi.
"Lagi cerita apa sih kayaknya serius banget?"
"Ah gak, cuma cerita tadi aja pas di kelas pelajaran Matematika susah banget," kelit Nena duluan. "Kak Eza ngapain?"
"Nemuin Arinda," jawab Eza. "Lo tadi berangkat gak dianter?"
Arinda menggeleng. Keadaan Adrian yang begitu tak memungkinkannya untuk mengendarai mobil dan juga Mama dan Papa melarang Adrian untuk bepergian selama dua hari ini. Orangtua mereka marah dan juga peduli karena Adrian mendapat luka seperti itu. Jadilah Arinda menaiki ojek online.
"Kenapa? Tumbenan."
"Ban mobil Arinda kempes kak, jadi daripada telat ya mending naik ojek. Ya kan, Rin?"
Arinda segera mengangguk begitu Nena meliriknya. "Iya gitu," timpalnya.
Eza manggut-manggut. Sepertinya cowok itu percaya saja dengan kebohongan yang sudah dibuat oleh Nena dan Arinda. "Pulang nanti gue anter, ya?"
"Gak usah," tolak Arinda cepat. "Mobilnya pasti udah beres kok pas pulang nanti."
"Beneran nih? Ya udah deh, lanjutin makannya, ya," katanya sebelum berlalu dari meja itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari untuk Arinda ??
Teen FictionMAU DIREKAYASA LAGI Amazing cover made by @radicaelly ***sinopsis*** Sedari SD Arinda hampir tidak pernah lepas dari pengawasan sang kakak, Adrian. Hal itu membuat cewek blasteran Belanda-Indonesia itu memilih untuk mengubah semuanya dengan masuk ke...