抖阴社区

Matahari untuk Arinda 鉁旓笍

By tiagivanka

7.2K 455 34

MAU DIREKAYASA LAGI Amazing cover made by @radicaelly ***sinopsis*** Sedari SD Arinda hampir tidak pernah lep... More

Info dari Penulis
Para Pemain
MUA : Prolog
Mua : Bagian Satu
Mua : Bagian Dua
Mua : Bagian Tiga
Mua : Bagian Empat
Mua : Bagian Lima
Mua : Bagian Enam
Mua : Bagian Tujuh
Mua : Bagian Delapan
Mua : Bagian Sembilan
Mua : Bagian Sepuluh
Mua : Bagian Sebelas
Mua : Bagian Dua Belas
Mua : Bagian Tiga Belas
MUA : Bagian Empat Belas
Mua : Bagian Lima Belas
Mua : Bagian Tujuh Belas
MUA : Bagian Delapan Belas
MUA : Bagian Sembilan Belas
MUA : Bagian Dua Puluh
MUA : Bagian Dua Puluh Satu
MUA : Bagian Dua Puluh Dua
MUA : Bagian Dua Puluh Tiga
MUA : Bagian Dua Puluh Empat
MUA : Bagian Dua Puluh Lima
MUA : Bagian Dua Puluh Enam
MUA : Bagian Dua Puluh Tujuh
MUA : Bagian Dua Puluh Delapan
MUA : Bagian Dua Puluh Sembilan
MUA : Bagian Tiga Puluh
MUA : Bagian Tiga Puluh Satu
MUA : Bagian Tiga Puluh Dua
MUA : Bagian Tiga Puluh Tiga
MUA : Bagian Tiga Puluh Empat
MUA : Bagian Tiga Puluh Lima
MUA : Bagian Tiga Puluh Enam
MUA : Bagian Tiga Puluh Tujuh
MUA : Bagian Tiga Puluh Delapan
MUA : Bagian Tiga Puluh Sembilan
MUA : Bagian Empat Puluh
MUA : Bagian Empat Puluh Satu
MUA : Bagian Empat Puluh Dua
MUA : Bagian Empat Puluh Tiga
MUA : Bagian Empat Puluh Empat
MUA : Bagian Empat Puluh Lima
MUA : Bagian Empat Puluh Enam
MUA : Bagian Empat Puluh Tujuh
MUA : Bagian Empat Puluh Delapan
MUA : Bagian Empat Puluh Sembilan
Cuma Chat Kurang Jelas
MUA : Bagian Lima Puluh
MUA : Bagian Lima Puluh Satu
MUA : Bagian Lima Puluh Dua
MUA : Bagian Lima Puluh Tiga
MUA : Bagian Lima Puluh Empat
MUA : Bagian Lima Puluh Lima
MUA : Bagian Lima Puluh Enam
MUA : Bagian Lima Puluh Tujuh
MUA : Bagian Lima Puluh Delapan
MUA : Bagian Lima Puluh Sembilan
MUA : Bagian Enam Puluh
MUA : Bagian Enam Puluh Satu
AKHIR

Mua : Bagian Enam Belas

96 6 0
By tiagivanka

"Dia udah kelewat bates," ucap Eza setelah selama membawa Arinda menuju koridor yang lengang hanya diam yang diberi olehnya. "Apa lagi yang dia lakuin ke lo?"

Arinda langsung menggeleng. "Gak ada lagi."

"Beneran?" Arinda segera mengangguk. "Dia emang suka cari gara-gara sama cewek yang deket sama Rian."

"Harusnya dia mikir dong, gue gak pernah deketin Rian."

"I know, tapi mata orang ngeliatnya lo emang deket sama Rian. Makanya gosip itu ada." Eza menghela nafasnya. "Gue anter ke kelas ya?"

Akhirnya Arinda dan Eza beranjak dari sana menuju ruang kelas X-6. Sesampainya di kelas, wajah Nena sudah penasaran setengah mati dengan kejadian tadi pagi karena dia datang terlambat. Namun hal itu urung dilakukan karena guru yang mengajar sudah memasuki kelas.

Namun, bukan Nena namanya jika tidak berusaha mencari-cari celah pada saat jam pelajaran. Mau tak mau akhirnya Arinda bercerta secara singkat.

"Wah, gawat nih lo, Rin. Soalnya hari ini tu empat orang lagi gak ada di sekolah."

"Empat-empatnya gak masuk?" tanya Arinda dalam bentuk bisikan.

Nena mengangguk. "Katanya karena orangtua Kak Reki sidang perceraian karena kemaren gak jadi makanya mereka nemenin lagi."

Sidang? Arinda tak menyangka itu.

***

Ternyata memang benar keempat cassanova tidak masuk sekolah, singgahsana mereka di kantin pun kosong. Tak ada bising nyanyian Seno dan juga rayuan dari Hans, belum lagi dengan sikap preman Reki dan dingin dari Rian. Suasana sekolah jadi sedikit berubah. Kesempatan tidak adanya para cassanova segera dimanfaatkan oleh Teva cs untuk memberi pelajaran pada Arinda. Tanpa adanya gangguan dari Rian maka Teva dapat leluasa mengganggu. Hal pertama yang dilakukannya adalah dengan menyeret Arinda ke dalam wc pada jam istirahat.

Arinda yang saat itu berjalan berdua dengan Lila hanya memandang heran dan mengikuti kemauan Teva cs. Dia sudah bisa menduga apa yang akan terjadi tapi sekali lagi Arinda bertekat untuk tidak terpancing emosi. Jika nanti cewek-cewek di depannya ini melakukan tindak kekerasan barulah dia akan membalas.

Teva cs mulai mencecar Arinda dengan makian dan juga umpatan yang sangat pedas. Arinda hanya berdiri di depan wastafel dengan tetap pada sifat dasarnya yaitu masa bodo. Tapi karena sikapnya itulah Teva cs kian geram. Setelah usai dengan cacian dan makian yang terus menerus mereka lontarkan, akhirnya tibalah di acara puncak yaitu menyiramkan air kembali, karena tadi yang terkena air hanya wajah Arinda kali ini gantian tubuh Arinda. Namun bukan air yang mereka layangkan melainkan bumbu somay. Tak tanggung-tanggung bumbu somay yang Teva lemparkan itu bahkan sampai-sampai mengenai ujung sepatu milik Arinda.

"Have fun with that!" seru Teva senang setelah melihat perbuatannya.

Arinda menatap seragamnya yang terkena bumbu somay. Seragam yang tidak akan bersih meskipun dicuci dengan air. Arinda juga mana mungkin mengenakan seragamnya yang sudah kotor ini untuk melangsungkan sisa waktu sekolah.

Di kedua sisi tubuhnya, jemari Arinda mengepal erat. Hal ini sudah tidak bisa ditolerir, mereka selalu saja mencari masalah. Namun belum saja Arinda bertindak, Eza mendobrak pintu dan mendorong tubuh Teva.

"Brengsek lo ya, Teva!! Gue gak bakal main aman sama lo!"

"Cih, lo harusnya bilang sama cewek di belakang lo, jangan gatel sama Rian. Urusannya sama gue!"

"Lo!" telunjuk Eza tertuju lurus pada wajah Teva.

"Apa? Lo mau gampar gue? Gampar aja silakan, tapi inget, gue punya banyak rahasia tentang lo," ucap Teva tenang sembari tersenyum lebar. Sontak saja Eza termangu dan menurunkan jemarinya lalu beralih pada Arinda.

Nena dan Lila tergopoh masuk ke dalam wc begitu Teva cs keluar. Dengan panik mereka menanyai kondisi Arinda. Nena yang melihat itu berinisiatif untuk meminjamkan seragamnya yang dia sengaja letakkan di lokernya. Tak berselang lama Nena kembali. Arinda segera mengganti seragamnnya.

"Thanks ya, Nen," ucap Arinda. Nena mengangguk.

"Sori banget lo harus ngalamin kejadian kayak gini," ujar Eza pelan.

"Kenapa? Bukan lo yang salah, tapi mereka."

"I know." Eza tersenyum kecut. "Titip Arinda. Jagain, kalo ada apa-apa langsung kasih tau gue," pesannya pada Nena dan Lila sebelum kemudian pergi.

"Udah sinting kali ya Kak Teva itu," omel Nena begitu memasuki kelas. Dia jadi kesal sekaligus marah melihat teman satu kelasnya dianiaya begini.

"Ck! Emang dia mah gila," timpal Arinda.

Seperti biasanya, berita Teva cs melabrak Arinda segera tersebar, namun mereka juga sudah bisa menduganya. Banyak dari mereka menyayangkan hal itu, seharusnya Arinda tau jika berurusan dengan Rian maka dia juga harus berhadapan dengan Teva. Jangankan tersenyum, memanggil nama Rian saja sudah bisa membuat Teva meneror orang itu, apalagi dengan Arinda dan sejuta gosip yang sudah tercipta. Makin terlihatlah jurang nan dalam itu yang siap menyambut Arinda.

Teva memang sudah dikenal sebagai cewek yang sangat terobsesi dengan Rian. Tak peduli siapapun itu, jika ada cewek berani mendekati Rian maka sudah dipastikan dia akan jadi mangsa Teva. Akibatnya mulai dari hinaan, di-bully hingga sampai-sampai pindah sekolah karena tidak betah dengan aksi pem-bullyan yang dilakukan Teva cs.

Namun mau bagaimanapun cerita buruk mengenai riwayat cewek yang pernah dekat dengan Rian, Arinda tak mau ambil pusing. Selama dia tidak bersalah, akan ditantangnya seseorang yang bernama Teva.

"Rin, mau gimanapun juga, kita-kita bakal dukung lo. Ya, walaupun gak bisa nyampe dorong mundur Kak Teva, sih. Cuma, kita bakal support lo," pesan Geon, sang ketua kelas, begitu sekolah usai.

Di tempat duduknya, Arinda tersenyum senang melihat reaksi teman-teman satu kelas yang mendukungnya.

"Hari ini pulang dijemput?"

Arinda yang baru saja akan menyampirkan tas di punggungnya terhenti sejenak untuk memandang Eza. "Oh, iya dijemput."

"Gue anter lo nyampe gerbang ya?"

"Eh gak usah. Ada Lila sama Nena kok."

"Belum tentu aman. Yuk!"

Akhirnya Arinda dan dua temannya berjalan keluar dari kelas bersama dengan Eza. Kedatangan Eza ke kelas memang sengaja agar tidak terjadi suatu hal yang buruk seperti tadi. Begitu sampai di gerbang, Lila pamit pulang duluan dan tak lama Nena pun pulang.

"Baju lo gue cuci dulu ya."

"Ah gak usah repot-repot, Rin. Duluan ya!"

Dua menit berselang menunggu kedatangan Adrian tanpa adanya sepatah katapun yang keluar dari kedua mulut insan itu. Dari kejauhan, tampak mobil sedan Adrian. Sedan itu berhenti tepat di depan Arinda diiringi dengan turunnya sang pengemudi.

Adrian melirik sekilas pada Eza namun tak berucap apapun. "Ayok pulang."

"Za, gue balik duluan."

"Iya, hati-hati, Rin."

Arinda dan Adrian memasuki mobil, meninggalkan Eza di belakang. Eza baru pergi dari gerbang ketika sedan itu sudah tak terlihat.

***

Sedan yang dikendarai Adrian sampai di depan rumah. Namun yang turun hanyalah Arinda seorang, tentu saja dia jadi heran.

"Lah lo mau ke mana?"

"Keluar sebentar. Nanti sore gue pulang."

Arinda ber-o ria lalu masuk ke rumah. Lagian Adrian sudah biasa bepergian apalagi ketika kedua orangtuanya sedang tidak di rumah seperti sekarang ini.

Arinda segera merebahkan badannya yang terasa letih akibat perbuatan Teva. Bukan hanya fisik namun juga perasaannya begitu lelah, kedua matanya baru saja hendak terlelap ketika dia ingat seragamnnya yang kotor. Buru-buru dia keluar dan mencari Bi Ani yang ditemuinya sedang berada di kamar dan tengah bernyanyi lagu Tenda Biru.

Arinda memanggil Bi Ani namun karena terlalu menghayati lagu yang tengah di dengarnya, Bi Ani tak mendengar. Arinda memanggil lagi dengan suara yang naik satu oktaf.

"Eh, waelah dalah. Non Ririn nganggetin aja. Ada apa non?"

"Ini bi, bisa minta tolong cuciin baju sekolah saya gak?"

"Oalah, itu kan udah jadi tugas bibi toh Non. Ya wes sekarang bajunya mana? Elah dalah Non, kok bajunya bisa nyampe kotor gini?"

Arinda nyengir kuda begitu Bi Ani melihat noda di seragamnnya. "Iya, soalnya tadi pas di kantin aku gak sengaja numpahin bumbu somay."

"Ya udah, bibi cuci dulu," ucap Bi Ani seraya menjentikkan jarinya. "Ini mah gampang. Serahin ke bibi."

"Siap. Makasih bi."

Ketika sore menjelang, Arinda yang tengah memainkan ponselnya dikejutkan oleh suara Bi Ani yang memanggilnya. Melompat turun dari kasur, Arinda lalu berlari dan melihat Adrian yang tengah dibopong oleh salah satu temannya.

"Astaga, kok bisa nyampe kayak gini?"

Kemudian teman Adrian itu menjelaskan kronologi kenapa Adrian bisa sampai babak belur begitu. Itu semua karena dia berkelahi dengan empat orang dari sekolah lain yang katanya tidak suka dengan Adrian.

"Tapi udah gue bawa ke puskes, gak ada luka parah."

Arinda mengangguk. "Thanks banget ya udah mau nganterin Adrian ke rumah."

Teman Adrian itu lalu pamit. Setelahnya, Arinda membawa Adrian ke kamar dan merebahkannya di atas kasur. Dia melihat memar di wajah Kakaknya yang cukup banyak tapi dia bersyukur Adrian tak mengalami hal yang lebih parah. Arinda memang sering melihat Adrian pulang dalam keadaan terluka tapi jika babak beluar baru dua kali dengan ini. Melihat luka-luka di wajah dan lengan Adrian saja sudah menjelaskan jika kakaknya itu mengalami hal yang serius.

Arinda meminta pada Bi Ani untuk merahasiakan ini dari Mama dan Papa karena dia tak mau kedua orangtuanya khawatir. Bi Ani yang memang sudah sering bekerja sama dengan mereka langsung saja mengangguk.

Continue Reading

You'll Also Like

30K 2.1K 50
(SELESAI) Raihan Paramahesa. Hampir seluruh penjuru sekolah mengenalnya. Cowok galak yang tak pernah taat aturan, suka cari ribut, suka bentak-bentak...
134K 5.1K 46
Deon Arya Dewantara Cowok badboy yang hidupnya sangat rumit keluarganya, kisah cintanya. Setelah menemukan seseorang yang membuatnya benar-benar nya...
1.4M 88.4K 65
#1 in Teenfiction (May 6, 2020) #11 in Teenfiction (May 8, 2020) #9 in Teenfiction (May 9, 2020) #7 in Teenfiction (May 10, 2020) #8 in Teenfiction (...
289K 15.7K 55
鈿燗was dibikin gregetan dan baper sama kisah Silva dan Vano鈿 [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT! Proses Revisi!!!] PART MASIH LENGKAP! Vano Viandra Putra, s...