Bel tanda berakhirnya jam mata pelajaran terakhir bergema di seluruh koridor. Suara derit kursi, bisik-bisik antar siswa, dan derap langkah memenuhi lorong sekolah. Sebagian besar siswa bergegas menuju ekstrakurikuler atau sekadar berkumpul di kantin—mengejar rutinitas remaja mereka.
Namun, di tengah riuh itu, Savina Callista melangkah perlahan.
Pikirannya masih tertinggal di Rooftop—tempat pertemuannya dengan Revan Everheart. Tatapan kosong pemuda itu, genggaman dinginnya, dan kalimat sinis yang menggantung di udara—semuanya berputar kembali dalam pikirannya, seperti rekaman lama yang tak henti-hentinya diputar ulang.
Langkah Savina terhenti sejenak di ujung lorong.
"Savina."
Suara itu dalam, tenang, dan akrab.
Ia menoleh dan menemukan sosok yang berdiri tak jauh darinya. Rambutnya rapi, seragam Saint Arcadia-nya tersemat pin kecil berbentuk lambang sekolah—menandakan posisinya sebagai President Arcadian Council.
Nathaniel Gryson, atau Nathan, memiliki aura yang tegas namun tenang. Sebagai President Arcadian Council, ia selalu tampil rapi dan terukur — seseorang yang tampaknya memikul beban tanggung jawab tanpa pernah menunjukkan celah. Seragam Saint Arcadia yang ia kenakan selalu tertata sempurna, dengan pin lambang sekolah tersemat di kerahnya.
Matanya tajam, namun bukan karena amarah — lebih seperti seseorang yang selalu mengamati, memperhitungkan. Setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar mantap, seolah sudah dipertimbangkan jauh sebelum ia mengucapkannya.
Namun, meski terlihat seperti pemimpin yang tak tergoyahkan, ada sisi lembut dalam dirinya — yang hanya terlihat sekilas, biasanya saat ia berbicara dengan Savina, wakilnya di Arcadian Council.
"Boleh bicara sebentar?" tanyanya, nada suaranya tetap profesional meski ada kelembutan di sana.
Savina mengangguk kecil. "Tentu. Di ruang Council?"
Nathan mengangguk, dan mereka berjalan berdampingan melewati koridor yang mulai lengang. Setiap langkah mereka terasa hampa—setidaknya bagi Savina.
Di dalam ruang Arcadian Council, suasana lebih sunyi. Rak-rak penuh berkas, papan tulis berisi jadwal acara, dan meja panjang yang tertata rapi menciptakan kesan formal. Di dinding, terpampang foto-foto ketua terdahulu, memperlihatkan sejarah panjang organisasi ini.
Nathan menarik kursi dan duduk, menyandarkan kedua tangannya di atas meja. "Mengenai acara seminar akademik bulan depan... apa kamu sudah menghubungi para pembicara yang kita bahas?"
Savina mengangguk pelan. "Sudah... beberapa."
Jawabannya terdengar hampa.
Nathan memerhatikannya dengan seksama. Biasanya, Savina akan merinci segala hal dengan jelas—daftar nama, jadwal, dan rencana cadangan. Tapi kali ini, ada sesuatu yang terselip dalam suaranya.
Sesuatu yang asing.
"Savina..." Nathan mencondongkan tubuh ke depan, nada suaranya lebih lembut. "Ada yang mengganggumu?"
Savina mengerjap, lalu buru-buru menggeleng. "Tidak ada. Aku hanya sedikit lelah."
Kebohongan halus.
Nathan tidak bertanya lebih jauh, tapi matanya tak lepas dari raut wajah Savina. Ia ingat pertama kali mengenal gadis itu di tahun pertama sekolah—tenang, kuat, dan selalu bisa mengendalikan emosinya.
Namun, hari ini, Savina terlihat berbeda.
Dan Nathan tahu... perbedaan itu berawal sejak nama Revan Everheart kembali muncul dalam hidupnya.
------------------------------------------------------------------
Catatan Penulis 📝
Sepertinya aku yang gaptek dalam penggunaan aplikasi 🤔
Aku mencoba menambahkan Italic untuk beberapa kata serapan asing seperti Rooftop atau Student Council (Kalau di kita mungkin OSIS),
Masalahnya tapi fitur gaya huruf Italic tidak berfungsi❌ 😖
Oh iya, Saint Arcadia merupakan salah satu sekolah tingkatan SMA. Dalam cerita ini di gambarkan mereka (Savina, Revan, Nathan) adalah Siswa Kelas 2.

KAMU SEDANG MEMBACA
Luka di Atas Langit
Romance"Luka di Atas Langit" Revan Everheart pernah bersinar - sampai waktu menghapus sinarnya, meninggalkannya berdiri sendirian di rooftop Saint Arcadia. Savina Callista berjalan di jalur sebaliknya. Dari gadis sederhana menjadi sosok yang bers...