抖阴社区

Chapter 6

27 10 0
                                    

"Namaku Caesar"

Balutan baju hitam dipakai saat hari pertama orientasi kampus. Entah bagaimana cara Caesar ditunjuk sebagai ketua tim, semua orang menunjuk dirinya tak terkecuali pemandu tim. Tim mereka memang dipandang istimewa, Caesar sendiri merasakannya. Mereka dipandu oleh ketua kegiatan orientasi mahasiswa sendiri. Makanan dan tempat untuk makan siang juga dipisahkan dengan mahasiswa lain. Jika yang lain dibiarkan mengeper di halaman fakultas, maka kelompoknya dibawa ke kantin.

Desus yang merembak di kalangan mahasiswa adalah kehadiran cewek paling cantik di tahun ini. Ila Luana, anak walikota Lentara yang masuk di angkatan mereka. Mahasiswa yang jutek dan sombong, setidaknya itu citranya belakangan ini. Caesar tidak lantas menelan bulat-bulat gosip akan si gadis yang menjadi anggota kelompoknya. Nyatanya gadis itu tak punya teman yang bisa membelanya.

"Aku boleh duduk di sini."

Caesar menyapa An yang duduk sendirian, beberapa pria paruh baya berjaga mengawasi An. Salah satu alasan An tak banyak didekati, ayahnya mengirim pengawalan di kampus. Mereka takut, Caesar sebenarnya juga takut, tetapi ia belum mendapatkan nomor gadis itu untuk ia masukan ke grup chat kelompok.

Tidak ada jawaban dari si gadis, Caesar memberanikan diri untuk duduk.

"Kau mau apa?"

An bertanya tanpa memperhatikan Caesar, nadanya ketus.

"Aku ingin berkenalan denganmu."

Caesar sedikit gelagapan, pengawal An terlihat menghampiri mereka, perlahan.

An terkekeh, matanya memutar jengah.

"Kamu tahu namaku kan?"

"Tapi kau tidak tahu namaku, " potong Caesar.

Tangan An meraih name tag Caesar, membacanya. "Caesar Adi, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dari Atera."

Jari lentiknya melepaskan name tag itu beralih menumpu kepala.

"Salam kenal, Caesar."

"Uuh salam kenal, a-ku ketua kelompokmu."

An mengangguk-angguk kepalanya, melanjutkan kegiatan makannya yang sempat terjeda.

Mereka makan tanpa bicara selama tiga puluh menit. Dapat Caesar lihat, An yang sibuk dengan tabletnya, memeriksa deretan angka yang tak ia mengerti. Demi apapun Caesar tidak menyukai IPA dan gadis itu berasal dari fakultas FMIPA.

"Kau tidak bergabung dengan teman-temanmu?"

An rupanya terganggu akan Caesar yang terus mengawasinya.

"Aku ingin meminta nomor teleponmu..."

"Astaga ternyata kau sama dengan yang lain ya." An memotong dengan tatapan meremehkan. Tak terhitung berapa laki-laki yang meminta nomor telepon sejak menginjakkan kaki di kampus. Kecantikan dan reputasinya sebagai anak walikota membuat orang-orang berlomba dekat dengannya. Tidak satupun yang berhasil mendapatkan nomornya, An tidak suka dekat dengan orang yang punya maksud tertentu. Pengalaman dari sekolah menengah atas yang sering mendapatkan pesan dari nomor tak dikenalnya membuat An waspada. Banyak nomor tak dikenal menerornya, ia tidak ingin merasakan hal yang sama lagi.

"Tidak bukan begitu, aku ingin memasukkanmu ke grup kelompok, sungguh aku bukan pria yang akan mendekatimu dengan maksud tertentu. Maksudku agar kau bisa mengerjakan tugas ospek bersama teman-teman. Kau sudah tahu kan tugas kelompok kita?"

Caesar buru-buru menjelaskan kesalahpahaman itu. Ia bukanlah laki-laki yang lain, ia murni ingin menjalin pertemanan.

Sudut bibir An tertarik membentuk senyum tipis, ia mengajukan ponselnya pada Caesar.

LUA : Unconditional Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang