"Aku datang lagi"
Mobil yang dikendarai Lua berhenti di tepi jurang, Caesar sudah dapat bernafas lega. Baterai mobil itu kehabisan akibat jarang dicharger, salah satu mobil Adi yang jarang digunakan sehingga minim perawatan. Mobil yang mengejar mereka sudah tertinggal di belakang. Mereka keluar dari dalam mobil.
"Kira-kira Pak Adi berhasil tidak membujuk Kak An ya, Lua?"
Tanya Caesar seraya bersandar pada batuan tebing.
Lua terbang di samping kepalanya, "Aku tidak terlalu yakin, jujur rencanamu terlalu nekat jika kita tak berhasil aku akan menjadi robot terbuang karena kasus melanggar lalu lintas."
Caesar terkekeh, "Katakan saja padamu yang kebut-kebutan sewaktu kita pertama ke sini." Caesar menatap langit di atasnya.
Langit di hadapan mereka mulai menjingga. Perlahan mata Caesar memejam, ia merasakan suara kereta api di telinganya, samar tetapi tampak jelas.
Rupanya sia-sia. Benar ia baru ingat saat ia mendengar suara kereta hari itu tandanya ia akan kembali ke masa lalu. Ia akan kembali ke masa lalu jika persatu-satu misinya gagal. Pertama saat gagal mempersatukan An dan Adi. Lalu sekarang saat ia gagal saat menyelamatkan An.
"Jamnya bergerak, Lu. Kita gagal." Tanya Caesar lirih.
"Jam digitalnya menyatakan pukul satu lebih satu menit 36 detik."
"Hah."
Caesar cepat-cepat berdiri dari duduknya, menyambar jam digital yang melayang di samping Lua.
Bagaimana mungkin tiba-tiba jam tersebut bergeser ke masa depan?
Belum cukup akan keterkejutannya, tiba-tiba seberkas cahaya datang menyilaukan mereka.
"Kemana lagi?"
....
"Istirahat, Di." Professor Miko baru saja tiba di laboratorium Adi. Sepeninggalan An, Adi menjadi gila kerja, seharian ia berkutat dalam lab pribadi An. Proyek mesin waktu yang dikerjakan Profesor Miko dan An harus berhenti semenjak perempuan itu pergi, Adi tidak punya pilihan lain selain melanjutkan penelitian itu demi hidupnya.
"Sesekali kau juga harus mendengarkan nasehat dokter."
Adi bergeming, tangannya lincah bergerak lincah menyentuh layar portabel yang memperbesar ornamen-ornamen dalam jam mesin waktu peninggalan An, tinggal beberapa pengaturan hingga mesin waktu itu sempurna.
Profesor Miko menghela nafasnya, tidak ada gunanya menasehati pria yang tengah berambisi itu. Suaranya tidak akan digubris, mungkin didengar pun tidak.
"Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu. Jangan lupa makan dan istirahat. Kesehatan jantungmu semakin memburuk, Di." Sebuah tepukan tangan ringan Profesor Miko layangkan di bahu Adi, empunya hanya menoleh sekilas sebagai respons yang tidak diharapkan.
Seusai profesor Miko pergi, Adi melanjutkan pekerjaan hingga larut malam. Ia baru akan pergi makan saat dirasa pekerjaannya hampir selesai dan akan diuji coba lagi. Tangannya menyentuh tombol finishing, layar digital di hadapannya berpendar hijau menandakan tengah memproses segala perubahan yang dilakukan Adi. Proses penyimpanan itu akan memakan waktu dua jam lamanya, selama itu pula tidak hal yang bisa Adi lakukan di dalam ruangan.
Waktunya makan. Adi menegakkan tubuhnya dan melakukan peregangan ringan. Matanya melihat sekeliling ruangan, memeriksa jam yang menunjukan pukul sebelas malam. Lampu laboratorium yang selalu menyala terang membuatnya tidak tahu jika di luar sana telah gelap. Aku membuka pintu kaca yang entah sejak kapan terus tertutup itu, ia berjalan di tengah keremangan laboratorium yang sudah sepi penghuni. Lorong-lorong laboratorium bak lorong rumah sakit yang kosong dan bersih, ia dapat mencium aroma pembersih di setiap sudutnya. Aroma itu kini terkesan biasa di hidungnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUA : Unconditional Love (END)
RomanceLUA mengajak Caesar pergi ke masa depan demi menyelematkan istrinya. Siapa duga hubungan percintaannya di ujung perceraian. Mampukah Caesar muda menyelematkan pernikahannya di masa depan?