抖阴社区

Chapter 23

11 4 0
                                    

"Jam waktu mampu menghentikan waktu, bisakah ia membekukan kenangan."

08:07:34

Jam dalam telapak tangan Caesar kini menunjukkan angka yang sama dengan hari ini. Tentu menimbulkan keresahan sendiri mengingat semalam ia hampir pulang ke tahunnya, tetapi di pagi hari ia masih berada di masa depan. Jam milik Adi bisa saja rusak karena ketidaksempurnaan saat penyelesaiannya.

Pagi ini Caesar langsung bersiap ke kampus dengan baju rapi. Sialnya, sosok Adi yang berjanji akan mengantarnya ke kampus tidak ada batang hidungnya sejak pagi. Pria itu sudah menghilang sejak jam lima pagi.

"Kau bersiap-siaplah. Jam delapan nanti, aku akan mengantarmu ke kampus" Ujar Adi saat membangunkan Caesar yang tertidur di anak tangga teratas. Sementara Caesar sendiri tidak menemukan keberadaan Lua sejak semalam. Robot itu entah pergi kemana.

Kepala Caesar masih berdenyut nyeri sesaat ia memutuskan menunggu Adi di teras rumah.

Di mana pula pria galau itu.

"Ce, kau masih di sini?"

Suara yang amat ia kenali membuatnya mendengus kesal.

Ini dia.

Robot itu mengambang dan memutari Caesar, ia tidak percaya akan yang ia lihat pagi ini "Kemarin malam tiba-tiba tubuhmu menghilang."

"Semalam aku sempat kembali ke tempat kau menculikku, aku mendapatkan kursi di kereta dan tertidur. Bangun-bangun aku sudah kembali di sini. Jam ini sangat mengerikan."

Lua mengambil jam tangan dari tangan Caesar dengan kemampuan kinetik matanya. Jam tangan itu mengambang di dekatnya.

"Jam tangan ini memang menunjukkan tanggal, bulan dan tahun di mana kita pergi, tetapi untuk saat ini aku tidak bisa memutarnya lagi. Angka dalam jam itu terpatri seperti sebatas hiasan."

Entah sudah berapa kali Caesar menghela nafas di dunia ini, tak terhitung. Ia lelah menjalani hari-hari tanpa kepastian.

Di tengah rasa lelahnya, sebuah mobil berhenti memasuki gerbang rumah. Mobil yang tak dikenalnya, mobil itu berhenti di pekarangan rumah. Seekor anjing langsung berlari begitu pintu mobilnya terbuka, diikuti wanita yang dikenal Caesar.

An.

Cadi berlari ke arah Caesar yang masih terduduk di teras. Anjing itu mengusak-usak bulunya di kaki Caesar sebagai tanda perkenalan. Tidak tahan akan kegemasan Cadi, Caesar mengangkat si putih untuk naik di kursi.

"Kau mau ke kampus? Dimana Adi?" Tanya An seraya memasuki teras. Caesar tidak bisa mengabaikan kantung mata yang menghitam atau wajah sendu An yang bertanya padanya.

"Pak Adi sedang di lab. Ada apa ya, Kak?"

"Aku ingin mengembalikan Cadi pada Adi, kau bisa menyampaikannya?"

Entah mengapa Caesar dapat merasakan keraguan An saat mengatakan itu.

"Kenapa dikembalikan, An? Adi memberikan Cadi untuk menemanimu" Giliran Lua bertanya, ia tahu bagaimana Adi yang menukar Cadi dengan dirinya. Dan mengembalikan bukankah hal yang baik untuk hubungan mereka berdua, ia takut hubungan mereka semakin buruk akibat keputusan An ini.

"Papa memintaku menemaninya berobat di luar negeri, aku tidak mungkin membawa Cadi ikut."

Ke luar negeri?

Caesar merasakan perasaan ganjil ketika An menyebutkan luar negeri, tetapi ia tidak tahu karena apa. Kening berkerut, berusaha mencari kegelisahan yang tiba-tiba menyelinap di hatinya.Caesar menyentuh dadanya, kini tak hanya kepalanya yang nyeri, dadanya juga sesak.

"Aku titip Cadi ya, Ce. Meski Adi sibuk, aku yakin kau bisa merawat Cadi bukan?"

An tersenyum. Senyuman yang pertama ia edarkan pada Caesar, sampai ia menduga perempuan itu tidak bisa tersenyum. Sialnya, senyum An semakin membenarkan kegelisahan hatinya.

"Nona pesawatnya berangkatnya dua puluh menit lagi." Ajudan Lean menghampiri An, memberitahu jadwal mereka.

Pesawat?

An mengangguk, ajudan Lean kembali ke dalam mobil menunggu majikannya.

"Kau pasti menganggapnya mustahil, tapi itu benar adanya. Semenjak An meninggal karena kecelakaan pesawat, kau menjadi pecandu rokok dan minuman keras, tiada hari tanpa asap rokok di kamarmu. Bahkan kau menyimpan banyak minuman keras di kulkas."

Sekelebat potongan percakapan kemarin tiba-tiba hadir dalam pikirannya.

"Kak An ikut aku." Gerakan impulsif tangan Caesar menarik An yang tak siap. Wanita terseret dalam tarikan tangan Caesar yang kuat.

"Lua, setir mobilnya, kita pergi ke lab Pak Adi." Seru Caesar seraya membuka pintu mobil Adi dengan sidik jarinya. Tentu hal itu mengundang tanda tanya bagi An, bagaimana bisa jika bahkan Adi tidak membiarkan dirinya menaiki mobil itu. Jelas tidak mungkin Adi mendaftarkan sidik jari pemuda yang belum genap delapan tahun itu.

Lagipula remaja di sampingnya tidak bisa sempat menyetir. An terhenyak di bangku belakang mobil. Kejadian di depan matanya An begitu cepat, ia tidak sadar telah diculik remaja yang mirip Adi ini.

"Apa-apaan ini, Lua hentikan mobilnya aku ingin ke bandara." Serunya.

"Kak, ku mohon ikut kami, ini semua demi keselamatan Kak An." Caesar yang menjawab, ia tidak membiarkan fokus Lua terbagi. Apalagi dengan mobil Lean yang mengejar mereka. "Lua lebih cepat, jangan sampai mobil di belakang menghentikan kita." Desaknya.

Kecepatan mobil meningkat pesat hingga An berpegangan pada kursi. Perempuan buru-buru memasang sabuk pengaman. "Sebenarnya kenapa kau membawaku ke lab Adi, keputusanku untuk berpisah dan pergi tidak akan berubah."

"Aku ingin menyelamatkan Kak An." Ucap Caesar lebih mirip desisan.

"Kau akan membuatku mati jika bersama pria itu," sentak An tepat di wajah Caesar. Dagunya mengeras menahan marah, tidak tahu Caesar akan bertindak senekat ini.

"Kak An yang akan mati jika naik pesawat hari ini!" Balas Caesar tak kalah kerasnya. Ia menatap lekat-lekat mata An yang berjarak tak kurang dari sepuluh centi di depannya. An balik menatapnya tak percaya, tetapi sebaliknya mata Caesar seolah menyiratkan kesungguhan dari ucapannya. Pemuda itu tidak bercanda.

An terkekeh mendengar alasan tak masuk akal dari pemuda di sampingnya. "Kau Gila, Ce. Bagaimana bisa kau berhalusinasi aku akan mati jika naik pesawat, kau mau berlagak jadi peramal atau datang dari masa depan, hah?!"

"Bagaimana jika aku dari masa lalu?" Caesar sudah kehabisan akal untuk menyakinkan An.

"APA?" Pupil mata An membola mendengar pernyataan Caesar.

Belum sempat Caesar menjawab kekagetan An, badan keduanya terdorong ke depan. Mobil ajudan Lean menghadang mobil mereka sehingga Lua harus mengerem mendadak. Robot itu tak hilang akal melakukan manuver, ia berhasil kabur dengan membawa mobil memasuki hutan, menyimpang dari jalan raya.

"Kalian benar-benar gila?!" Pekik An heboh, ia menyerah protes dan menyamankan diri di kursi, menanti tujuan akhir dari mobil ini membawanya.

Terima kasih sudah mampir!

Jangan lupa vote dan komen🤗

Aku sangat berterima kasih terhadap dukungan kalian 😄

Sincerely, aprcloudly

Maaf jika beberapa salah ketik ya

LUA : Unconditional Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang