"Kita tidak perlu bicara, kita hanya perlu tahu kita tidak bisa bersama"
Suara bantingan pintu membuat Caesar tersentak di dalam mobil. An menutup pintu dengan kasar dan memandangnya penuh kesal sebelum menyetir mobil meninggalkan rumah. Wanita itu sepenuh terpaksa membawa Caesar ke labnya, pertengkaran Adi dan An tidak dapat terhindarkan sejak tadi pagi. Caesar bahkan sampai tak enak hati memakan sarapannya.
Ia sempat memikirkan ulang keinginannya untuk ke laboratorium, sayangnya Adi menggeleng dan menyuruh langsung masuk ke mobil An. Pria itu gigih membujuk An agar bersedia membawa Caesar bersamanya. Entah apa yang dikatakan Adi sampai An akhirnya setuju.
"Jangan macam-macam di labku," ingatnya sebelum membuka sabuk pengaman. Caesar membuntuti An selayaknya anak itik. Beberapa orang menyapa An, tetapi hanya dibalas senyum tipis atau bahkan diacuhkan begitu saja. Beberapa ada yang menatap tak suka, ada pula yang terlihat berbisik-bisik. Bukankah tidak baik bergosip pagi-pagi, mereka seharusnya sarapan daripada melakukan hal tak berguna itu.
Caesar mengenakan pakaian lab lengkap dengan kacamata dan topi. Sejujurnya ia tak betah berada di laboratorium milik An. Wanita itu tak membolehkan ia menyentuh apapun. Hampir. Ia hanya boleh mengambil apa yang diinginkan An dengan hati-hati. An akan memarahinya jika Caesar tiba-tiba tertarik pada sesuatu.
"Tetap di dekatku, jangan kemana-mana. Damn! Kau benar-benar mengingatku pada Adi masa kuliah."
Jam digital di atas pintu masuk, detiknya terasa lambat bergerak. Caesar menguap, matanya hampir terpejam kalau saja An tidak berteriak padanya. Sejak tadi Caesar hanya diminta memperhatikan An saja, tidak boleh sama sekali menyentuh penelitian yang wanita itu lakukan dengan asisten-asistennya.
"Kalau kau ingin melihat minatmu di sains atau bahasa, perhatikan dengan baik! "
Lama-lama si ekstrovert itu juga bosan, hanya berdiri menunggu.
"Kak An, saya ingin ke toilet." Pintanya.
An mendengus karena permintaan Caesar sedikit mengganggu fokusnya. Matanya beralih menatap asisten di sebelahnya.
"Tunjukkan toilet padanya."
Orang itu mengangguk dan menginstruksikan Caesar agar mengikutinya. An kembali fokus pada penelitiannya, tidak memperhatikan Caesar.
Pemuda itu hanya membasuh wajahnya dengan air. Sedikit merasakan perbedaan pada kulit wajahnya, Adi membelikan sabun muka yang sesuai. Ia bahkan membawa Caesar untuk periksa ke dokter, tentang alergi dan sabun yang cocok dengan kulit Caesar.
Adi siap menjadi orangtua.
Pasti menyenangkan mempunyai orang tua sebaik dan seperhatian Adi, asal ibunya bukan An, gerutu Caesar
Selesai mengeringkan muka dengan tissue, Caesar keluar dari toilet. Matanya mencari perempuan yang mengantarnya tadi, katanya akan menunggunya. Namun bukan kenampakan si wanita yang ia lihat melainkan samar-samar suara mengobrol di dekat toilet perempuan.
Tiga orang perempuan seumuran An tengah mengobrol ria, salah satunya adalah asisten An di laboratorium.
"Anak itu benar-benar mirip Pak Adi," oceh Asisten Lab An.
"Mereka sudah menikah hampir 6 tahun, tapi tak juga diberikan keturunan, saya rasa itu alasan Pak Adi mendatangkan Caesar kemari." Timpal yang lain setuju.
"Saya juga berfikir kalau Anak itu adalah anak kandung Pak Adi yang selama ini disembunyikan. Bagaimana mungkin dia membodohi kita dengan tampang sok baik selama 17 tahun, nyatanya ia tak bermoral." Mereka bertiga sangat cocok menyetujui praduga satu sama lain. Grup gosip yang satu frekuensi.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUA : Unconditional Love (END)
RomanceLUA mengajak Caesar pergi ke masa depan demi menyelematkan istrinya. Siapa duga hubungan percintaannya di ujung perceraian. Mampukah Caesar muda menyelematkan pernikahannya di masa depan?