"Ketik nomormu di sana."
Caesar menjadi mahasiswa baru yang pertama kali mendapatkan nomor An.
"Jangan masukan ke grup, hubungin aku jika ada tugas, Ce."
Pesan An sambil lalu.
...
Selama orientasi kampus, Caesar menjadi satu-satunya temannya. Beberapa tugas mereka lakukan berdua karena tak ada yang mau bersama An. Caesar sebagai ketua tim harus berkorban demi kelompok. Selain galak, An tidak memiliki kekurangan. Ia kreatif dan wawasannya luas.
Hari itu mereka harus membeli perlengkapan orientasi kampus berdua. Salah satu tugas yang tak disukai anggota kelompok adalah membeli perlengkapan. Macam-macam perlengkapan yang susah dicari menjadi alasan para mahasiswa baru enggan, ketua kelompok biasanya ditumbalkan dalam tugas ini.
An menjemputnya dari asrama dengan mobilnya. Gadis itu mengajaknya pergi ke mall di kawasan mewah Lentera. Awalnya An ingin pengawalnya saja yang masuk dan membeli perlengkapan kelompok mereka yang telah didaftar oleh Caesar. Akan tetapi, Caesar tidak mau mangkir begitu saja akan tugasnya, jika ia bisa mengapa perlu menyuruh orang lain, itu prinsipnya.
"Mau makan es krim, Tuan Putri?"
Tawar Caesar pada An yang sudah ia ajak berkeliling mall.An mendelik, mendengar tawaran sekaligus ledekan dari Caesar. Namun, es krim rasanya memang tepat mengobati lelahnya. Ia tidak pernah berkeliling mall seperti ini sebelumnya.
"Aku kira semua perempuan suka berkeliling mall."
Ujar Caesar menyuap es krim rasa vanila miliknya."Tidak semua, aku tidak pernah belanja seperti ini."
"Bukankah pakaianmu bergonta-ganti setiap hari, lalu darimana kau dapat semua itu?"
"Pakaianku dibelikan stylist di rumah, aku tidak perlu belanja lagi."
Caesar mengangguk-angguk, tidak salah menyematkan panggilan tuan putri pada An. Ia tidak akan kaget saat berpakaian pun An akan dibantu pelayan. Lentera sangat kaya, teknologinya berkembang pesat, tidak heran walikotanya pun akan bergelimang harta.
"Huft pandangan menilai itu lagi."
An memutar bola matanya jengah, lagi-lagi ia mendapatkan pandangan seperti itu dari orang lain.
"An, berhenti melakukan seperti itu, kau terlihat tidak menyukai lawan bicaramu."
"Aku memang tidak menyukaimu, Ce."
Bantah An."Tapi kita teman?"
An terdiam. Teman, tidak pernah ia rasakan kehadirannya sejak ayahnya menjadi walikota. An tidak bisa mencegah pikiran untuk selalu menduga tujuan orang-orang mendekatinya. Ia tidak pernah bisa menyematkan kata teman untuk salah satu orang yang dikenalnya lagi sejak hari itu. An berkembang menjadi manusia tanpa teman.
Sejujurnya An ingin merasakan bagaimana rasanya berteman lagi. Ia ingin seseorang yang menemaninya saat makan siang di kantin, berbagi cerita harian, atau membicarakan hal tak penting lainnya. Ia ingin punya kesempatan melakukan hal-hal itu lagi.
"Kau mau jadi temanku?"
Tanya An balik.Caesar tertawa, "Kita satu tim, bagaimana mungkin kau bukan temanku."
Definisi teman diantara keduanya berbeda, tetapi bagi An tidak masalah, ia lebih suka definisi teman milik Caesar. Sederhana.
"Peristiwa ini terjadi saat aku kuliah ya, berarti 2014. Tahun ini aku bertemu pertama kali dengan An?"
"Bukan, kau dan An bertemu di tahun 2015."
Caesar mengernyit dahi, bukannya ia lulus tahun ini dan melanjutkan kuliah di tahun ini juga.
"Ada beberapa hal yang tak bisa ku jelaskan, Ce."
Caesar menundukkan kepalanya, ada hal buruk rupanya. Layar yang sempat terjeda itu, ia nyalakan kembali.
Scene berganti.
Caesar menari di panggung bersama seorang gadis, langkah mereka luwes mengikuti ritme lagu. Acara pensi prodi adalah ajang penampilan mahasiswa baru pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Caesar dan kelompok memainkan drama romeo dan juliet. Bagian dari epilog drama ialah romeo dan juliet yang mati bersama, jika di beberapa berakhir tragis, kelompok Caesar ingin menampilkan cerita sepasang manusia yang mati bersama dengan perasaan bahagia.
Tarian syahdu dua manusia yang dirundung pilu dan bahagia menjadi satu. Mereka harus bersorai akan kematian masing-masing agar dapat hidup bahagia berdua walau tak berada di dunia.
Tepuk tangan bergema seusai tarian Caesar dan pasangannya selesai. Keduanya membungkuk dan memberi hormat diikuti anggota pertunjukkan lainnya. Lampu pentas mati, Caesar langsung pergi meninggalkan kerumunan kelompoknya, ia mengundang orang lain yang tengah menunggunya di bawah panggung.
"An..." panggilnya pada seorang gadis yang mengenakan kemeja dan rok sebatas betis. An berbalik mengamati pemuda yang masih mengenakan pakaian khas kerajaan Eropa. Pakaian itu cocok sekali dengan Caesar, sebelum mereka saling mendekat, Caesar lebih dulu dihadang mahasiswa baru yang memintanya untuk berfoto.
An tersenyum, menunjukkan ponselnya. Ia akan menghubungi Caesar nanti.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUA : Unconditional Love (END)
RomanceLUA mengajak Caesar pergi ke masa depan demi menyelematkan istrinya. Siapa duga hubungan percintaannya di ujung perceraian. Mampukah Caesar muda menyelematkan pernikahannya di masa depan?
Chapter 6
Mulai dari awal