Tunggu, An meninggal?!
"Aduh!" Lua menatap jengkel Caesar yang tiba-tiba memukulnya dengan tangan. Ia menatap galaknya pemuda itu.
"Kau tidak pernah mengatakan wanita itu akan meninggal!" Bukan takut, Caesar membalas tatapan Lua tak kalah galak. Ia sungguh kesal.
"Aku lupa," ketus Si robot seolah tanpa rasa bersalah.
"Aku sebenarnya ingin kita ke tahun 2027,menggagalkan pernikahan mereka atau setidaknya mereka tahu lebih awal soal perbedaan rhesus mereka, sialnya kita malah di tahun 2034."
"Sial, sial. Tidak ada gunanya aku di sini. Kita hanya mempercepat kematian mereka." Caesar memegangi kepalanya yang mendadak pusing
"Kita harus membuat mereka berbaikan, kau dengar sendiri Adi belum menandatangani surat itu." Kata Lua menggebu-gebu, ia ingin sedikit memberi harapan pada Caesar yang sudah frustasi.
"Bagaimana kalau kita buat acara makan malam lalu kita mainkan kartu obrolan. Aku harap dengan tuntunan kita mereka bisa mengobrol lebih baik." Sebuah ide muncul di tengah frustasinya Caesar. Ia tidak ingin mati 42 tahun, sudah tua memang, tetapi jika ia mati di usia itu akan dikatakan mati muda.
Lua menyetujui ide itu, mereka membangunkan acara makan malam di belakang rumah yang penuh bunga matahari. Caesar mengingat jelas tempat sejarah mereka berdua, ialah ladang bunga matahari, cocok rasanya jika Adi dan An terjebak kenangan masa lalu.
Hampir 20 tahun bersama, tidak mungkin terlupa begitu saja. Agaknya menonton film panjang di laboratorium Adi menimbulkan rasa tak tega kisah indah berakhir sedih. Meski Caesar sendiri tidak terlalu menyukai An, tetapi ia di masa depan sangat membutuhkan perempuan itu. Jika rencananya tidak berhasil, ia akan lebih memilih tak bertemu An. Dengan tidak berjumpa An, kehidupan juga akan berubah di masa depan.
Caesar pernah menonton drama tentang mesin waktu, kebanyakan tokoh utama akan dihadapkan dengan kematian sendiri atau orang terdekatnya. Ia pikir dalam kasusnya akan sedikit berbeda, ia hanya menyelamatkan kehidupan cintanya. Jika hidupnya pun dipertaruhkan, ia tidak akan setenang kemarin.
Tangan Caesar berhenti bergerak seusai menuliskan dua pertanyaan pada kartu obrolan. Sebuah meja makan malam sudah disiapkan di tengah taman, prediksi cuaca hari ini cerah dengan pemandangan langit yang berbintang. Rencana makan malam ini harusnya berjalan sempurna.
Caesar berjalan masuk ke ruang tamu, deretan album yang tersusun di lemari menarik perhatiannya. Tangannya mengambil salah satunya, membukanya halaman-halamannya asal. Sejenak senyum mengembang di bibirnya sebelum mengembalikan album ke susunannya.
"Kalian buat apa?" Adi menjadi yang pertama pulang ke rumah. Langkahnya gontai mendatangi halaman belakang, ia terlihat lelah menghadapi hari panjangnya.
"Pak Adi bersih-bersih saja di kamar, makanan sudah kami siapkan." Sambut Caesar.
Pria itu hanya mengangguk saja, menaiki tangga sembari menaruh jasnya di lengan.
An menyusul kemudian, tanpa basa-basi, wanita itu naik ke kamarnya. Ia tidak peduli apa yang dilakukan Caesar dan Lua di halaman belakang. Disamping itu ia juga lelah menyetir dari Lentera menuju Atera sendirian.
Pukul tujuh malam, Caesar mengumpulkan dua manusia lelah itu. An terlihat tidak tertarik, sedikit paksaan ia kembali duduk.
"Aku tidak butuh makan malam romantis seperti ini lagi, Di." Ujarnya seraya memainkan spaghetti dengan garpunya.
"Setidaknya kita butuh ini sekali lagi untuk terakhir kali, Caesar sudah menyiapkannya. Mari kita nikmati dan hargai usahanya."
An menghela nafasnya, jengah. Namun ia enggan beranjak.

KAMU SEDANG MEMBACA
LUA : Unconditional Love (END)
RomanceLUA mengajak Caesar pergi ke masa depan demi menyelematkan istrinya. Siapa duga hubungan percintaannya di ujung perceraian. Mampukah Caesar muda menyelematkan pernikahannya di masa depan?
Chapter 19
Mulai dari awal