抖阴社区

Tamat : Another Ending

Mulai dari awal
                                    

Adi sempat terpikir untuk memesan lewat aplikasi pesan, tetapi melihat ponselnya yang mati, Adi mengurungkan niatnya. Ia mendatangi kantin laboratorium, setahunya di sana terdapat mesin yang menyimpan beragam makanan dan minuman instan. Dahinya mengernyit, pintu kantin tampak tak terkunci dan lampunya menyala.

"Akhirnya kau keluar." Kia, rekan kerjanya itu bernafas lega melihat Adi membuka pintu kantin.

"Aku sudah menunggumu selama tiga jam di sini." omel Kia.

"Kau harus menunggu dua menit an lagi, Kia." Adi tidak langsung menghampiri Kia, ia mengambil beberapa minuman dan makanan di etalase dan membayarnya mandiri dengan kartu. Ia menghangatkan cream sup dan roti dengan microwave. Seraya menunggu, Adi meminum soda kalengan, ia juga mengisi daya ponsel, siapa tahu akan berguna nanti. Ponselnya menyala, beberapa notifikasi langsung bermunculan tak lama ponsel itu terbangun dari tidurnya. Berisik, Adi hanya melihatnya sekilas, tidak ada kabar penting yang patut untuk dibalasnya.

"Ada masalah apa?" Tanyanya sembari meletakkan ponselnya.

"Masalahnya adalah dirimu yang tak pernah keluar laboratorium." Kia bertopang dagu, memandang wajah tak bersalah Adi. Sejak pria itu keluar dari kegiatan mengajar, semua tugas langsung dilimpahkan padanya.

Adi terkekeh seraya mengeluarkan makanannya yang telah siap santap dari dalam microwave. Ia menghampiri Kia yang telah menunggunya di meja paling depan.

"Aku punya kabar baik dan kabar buruk." Ungkap Kia.

Adi menyuap sup krim ke dalam mulutnya santai, tidak ada kabar yang lebih buruk semenjak kepergian An di hidupnya, ia siap menerima kabar seburuk apapun mulai hari itu.

"Kau mau kabar yang mana dulu?"

"Terserah." Adi menggigit roti gandumnya.

"Kabar baik kalau begitu."

"Memang sebaik apa kabarmu. Entah apa itu kabar baik." Adi pesimis.

"Kabar ini mungkin membuatmu ingin menjalani operasi jantung?"

"Apa kau bisa menghidupkan orang mati?" Balas Adi. Mengapa semua orang ingin ia menjalani operasi jantung jika ia malah tidak ingin melanjutkan hidup.

"Bagaimana kalau orang itu tidak mati?" Kia beranjak berdiri, menunggu reaksi Adi.

"Kau gila, aku melihat pemakamannya di Lentera hari itu." Ujarnya seraya mengusap ujung bibirnya yang terkena kuah sup.

"Keluarlah, Adi agar kau bisa tahu bahwa di luar sana orang-orang membicarakan An yang bangkit kuburnya. Asal kau tahu, An mendatangi pelantikan kakaknya menjadi kepala negara tadi siang."

"Gila" Adi berdiri, berjalan menghampiri ponselnya. Jika kabar itu benar, pasti akan banyak dibicarakan di grup obrolan dan berita.

Tangannya gemetar memeriksa obrolan grup angkatan, jantungnya berdegup kencang sesaat mencari nama An di kotak pencarian dan menemukan kebenaran atas ucapan Kia di dalamnya.

Adi menyandar pada dinding, sialannya sesak di dadanya kambuh. Ia berusaha menormalkan pernafasannya agar keadaanya tidak semakin memburuk. Matanya beralih menatap Kia."Apa kabar buruknya?"

"Dia akan menikah sebulan lagi." Lirih Kia agak terbata.

"Baguslah, dia bisa melanjutkan hidupnya."

"Lalu kau kapan melanjutkan hidup, usiamu baru 39 tahun,Di. Masih tampan dan tak mempunyai anak. Tidak sulit melanjutkan hidupmu dengan karirmu."

Detak jantung Adi perlahan mereda, ia duduk kembali, sesi makannya akan dilanjutkan.

"Hidupku sudah berjalan dengan melihat orang-orang yang kucintai bahagia."

LUA : Unconditional Love (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang