Rumah Cullen masih berbau darah.
Bau yang tidak seharusnya ada di sini. Bau yang seharusnya tidak pernah menyentuh kulit Bella. Namun di lantai kayu yang dingin, di dalam ruangan yang dipenuhi ketegangan, darahnya mengalir, meresap ke celah-celah kayu, mengotori keabadian yang selama ini dijaga Edward dengan mati-matian.
Ia masih bisa merasakan sisa-sisa panas tubuh Bella di jemarinya yang berlumuran darah. Dapat mendengar detak jantung istrinya yang melemah, berubah, bergulat antara kehidupan dan kematian.
Namun fokusnya tidak ada di sana.
Fokusnya ada pada sosok yang kini berlutut di lantai, napasnya terengah, dadanya naik-turun seakan dunia baru saja menghantamnya tanpa ampun.
Jacob.
Edward melihatnya. Merasakannya.
Imprint.
Darahnya mendidih.
Tiba-tiba, seluruh dunia terasa seperti meledak dalam dirinya. Kemarahan itu datang begitu cepat, begitu brutal, hingga tubuhnya bergerak sebelum otaknya sempat berpikir. Dalam sepersekian detik, ia menerjang Jacob dengan kekuatan penuh, membantingnya ke dinding dengan hantaman yang membuat udara bergetar.
Denting kayu yang hancur, suara benda jatuh, dan geraman rendah memenuhi ruangan.
Jacob mengerang, tapi Edward tidak peduli. Ia menekan tubuh pemuda itu ke lantai, jemarinya mencengkeram kerah kaosnya hingga hampir merobeknya. Mata emasnya menyala marah, refleksi dari neraka yang mendidih di dalam dadanya.
"KAU APA?!"
Jacob tidak menjawab. Ia hanya menatap balik, dengan napas yang masih berat, masih berantakan—bukan karena rasa sakit, tetapi karena kebingungan yang sama besarnya dengan keterkejutan Edward.
"KAU BERANI IMPRINT ANAKKU?!"
Kata-kata itu mengguncang rumah.
Rosalie langsung bergerak, mendekap Renesmee lebih erat dalam pelukannya, ekspresinya penuh kewaspadaan. Jasper dan Emmett sudah bersiap, tubuh mereka menegang seperti kawat baja, menunggu perintah untuk bertindak.
Namun Edward tidak peduli pada mereka.
Ia hanya peduli pada pria yang ada di bawah genggamannya.
Pria yang, dalam waktu kurang dari satu menit, telah merebut sesuatu yang bahkan Edward sendiri belum sempat genggam sepenuhnya.
Putrinya.
Putrinya.
Bukan makhluk lain. Bukan siapa pun. Tapi darah dan dagingnya.
Jacob menggigit rahangnya, ekspresinya campuran antara rasa bersalah dan kepasrahan. Matanya menatap Edward tanpa perlawanan, seakan menerima pukulan yang akan datang berikutnya.
Namun itulah yang membuat Edward semakin terbakar.
"Kau sudah mencoba mengambil Bella dariku," suaranya berubah menjadi bisikan tajam, lebih berbahaya daripada raungan penuh amarah. "Dan sekarang kau juga ingin mengambil putriku?"
Jacob menelan ludah, wajahnya tegang. "Aku tidak punya pilihan."
Tidak punya pilihan.
Kata-kata itu menyulut sesuatu yang lebih dalam dalam diri Edward.
Tidak punya pilihan?!
Edward terkekeh dingin, suara yang lebih mirip geraman rendah. Rahangnya mengeras, jemarinya semakin menekan kerah Jacob, hampir menghancurkannya.
Tidak punya pilihan?
Tidak punya pilihan seperti bagaimana Bella tidak punya pilihan saat ia memilih Edward dan menghancurkan hati Jacob?
Tidak punya pilihan seperti bagaimana Edward tidak punya pilihan selain menerima bahwa pria ini, pria yang pernah menjadi saingannya, kini memiliki hubungan dengan putrinya yang bahkan dirinya belum pahami?Edward bisa melihatnya.
Dalam benak Jacob.
Ia bisa melihat bagaimana perasaan itu mulai tertanam dalam, merasuk ke dalam jiwa pemuda itu. Bisa merasakan bagaimana dunia Jacob kini telah berubah, bagaimana gravitasi hidupnya telah berpindah ke sosok kecil yang sedang terlelap dalam dekapan Rosalie.
Renesmee.
Anaknya.
Darah Edward mendidih lagi.
Ia tidak bisa menerima ini.
Ia tidak akan menerima ini.
Dengan satu gerakan cepat, Edward menarik Jacob dari lantai dan menghantamnya kembali ke dinding. Kali ini, suara kayu yang retak terdengar lebih keras. Jacob mengerang, tetapi Edward tidak peduli.
Yang ia pedulikan hanyalah satu hal—
"Kau tidak akan mengambilnya dariku."
Suaranya dingin. Tidak ada teriakan, tidak ada geraman. Hanya ketegasan mutlak dari seorang ayah yang terluka.
Jacob menatapnya, bibirnya sedikit bergetar. Ada sesuatu dalam sorot matanya—sesuatu yang membuat Edward menegang sesaat.
Sebuah pemahaman.
Pemahaman bahwa ini bukan tentang kebencian.
Ini bukan tentang persaingan mereka dulu.
Ini tentang seorang ayah yang hampir kehilangan putrinya, setelah hampir kehilangan istrinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Twilight I: Threads of Imprint (COMPLETE)
Fanfiction"Takdir mengikat kami dengan cara yang tak bisa dijelaskan. Aku akan selalu ada untuknya. Selalu." Kisah Breaking Dawn Part 2 yang belum pernah kamu lihat sebelumnya- dari sudut pandang yang berbeda. Bukan lagi tentang Bella dan Edward, tapi tentang...