Edward masih berdiri di tengah ruangan, rahangnya mengeras. Kata-kata Jacob tentang imprint terus berputar di kepalanya, seperti belati yang menusuk ego dan insting protektifnya sebagai seorang ayah.
Ia tidak bisa menerima ini.
Tidak peduli seberapa masuk akal penjelasan Jacob, tidak peduli bahwa Carlisle mencoba untuk memahami, tidak peduli bahwa ini adalah hukum alam yang bahkan Jacob sendiri tidak bisa melawannya.
Ini tetap salah.
Namun, sebelum ia bisa mengeluarkan argumen lain, sesuatu yang lebih kuat menarik perhatiannya.
Sebuah suara.
Hampir tak terdengar, seperti desir angin yang melewati dedaunan. Tetapi bagi Edward, itu lebih keras daripada jeritan perang.
Sebuah gerakan.
Tubuh yang dulu begitu kaku, tak bernyawa, kini memberikan tanda kehidupan yang tak terbantahkan.
Bella.
Edward tersentak, semua kemarahannya terhadap Jacob lenyap dalam sekejap. Tanpa berpikir dua kali, ia berlari ke lantai atas, meninggalkan semua orang di ruang tamu, meninggalkan Jacob, meninggalkan perdebatan yang tak lagi terasa penting.
Jacob menghela napas dalam-dalam, menatap punggung Edward yang menghilang menaiki tangga.
Untuk sesaat, ruangan itu hanya diisi oleh keheningan.
Lalu, suara Emmett memecahnya.
"Bagaimana reaksi Bella jika tahu ini?"
Jacob menoleh, mendapati Emmett berdiri dengan tangan terlipat di dadanya, alisnya terangkat dengan ekspresi yang sulit diartikan—antara geli dan ingin melihat pertunjukan yang menarik.
Jacob menelan ludah. Ia belum sempat memikirkan itu.
Bella.
Bella baru saja mengalami perubahan paling besar dalam hidupnya, bangun sebagai vampir. Dalam pikirannya, Bella masih seseorang yang ia kenal—keras kepala, protektif, dan penuh cinta. Tapi bagaimana jika vampir Bella bukanlah orang yang sama dengan manusia Bella?
Bagaimana jika dia tidak bisa menerima ini?
Bagaimana jika.... dia membencinya?
Jacob mengalihkan pandangannya ke Renesmee yang masih tertidur di pelukan Rosalie. Ia akan melakukan apa pun untuk melindunginya. Tetapi bagaimana jika Bella sendiri yang tidak menginginkannya berada di dekat putrinya?
Emmett tertawa kecil, seolah bisa membaca pikiran Jacob.
"Kau tahu, aku hampir berharap aku ada di sana saat Bella mengetahuinya," katanya, nada suaranya penuh hiburan. "Reaksinya pasti luar biasa."
Jacob hanya mendecak pelan. "Ya, pasti sangat luar biasa," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.
Alice yang sejak tadi diam, akhirnya bersuara. "Aku tidak bisa melihatnya," katanya pelan, ekspresinya frustrasi. "Masa depan Bella masih buram bagiku sejak dia menjadi vampir."
Jacob tidak menjawab. Ia hanya menatap ke arah tangga, ke tempat di mana Bella kini sedang terbangun dalam dunia yang baru.
Ia tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi.
Ia hanya bisa menunggu.
Dan berharap bahwa Bella Swan yang ia kenal masih ada di dalam sana.
Bella Swan bangun dalam keheningan.
Dunia yang dulu ia kenal kini berbeda—lebih tajam, lebih terang, lebih kuat. Setiap suara, setiap aroma, setiap gerakan sekecil apa pun, semuanya seperti simfoni yang tak pernah ia sadari sebelumnya.
Tetapi hanya satu hal yang memenuhi pikirannya.
"Renesmee?"
Ketika Edward menenangkannya, menjelaskan bahwa putrinya selamat, bahwa ia perlu berburu terlebih dahulu sebelum menemui bayi itu, Bella nyaris menolak. Tetapi rasa haus yang membakar tenggorokannya— lebih menyakitkan dari apa pun yang pernah ia rasakan membuktikan bahwa suaminya benar.
Maka, ia pergi bersamanya, berlari melintasi hutan dengan kecepatan yang mustahil, mengikuti insting barunya, mencium aroma mangsanya, hingga akhirnya ia merasakan darah pertama mengaliri tenggorokannya.
Perburuan pertamanya berjalan lancar. Terlalu lancar, bahkan.
Bella menaklukkan dirinya sendiri dengan lebih mudah daripada vampir baru mana pun yang pernah ada, sesuatu yang membuat keluarga Cullen terkejut dan bangga sekaligus.
Tetapi Bella tidak peduli akan itu.
Hanya satu hal yang ada dalam pikirannya saat ia kembali ke rumah.
Renesmee.
Saat ia berjalan melewati pintu, matanya langsung menangkap sosok kecil dalam pelukan Rosalie.
Namun, ada seseorang yang berdiri di antara mereka.
Jacob Black.
Bella berhenti. Matanya menyipit, hidungnya mengendus tanpa sadar, insting predatornya masih menyala.
Jacob menegang. Ia bisa melihatnya dalam sorot mata Bella— dorongan alami seorang vampir baru yang mengukur setiap ancaman di sekitarnya.
Tetapi yang lebih penting dari itu, Bella belum tahu.
Ia belum tahu bahwa sesuatu yang lebih besar dari sekadar persahabatan telah mengikat mereka.
Dan Jacob tidak yakin bagaimana ia akan menjelaskannya.
Jacob tidak pernah mengira dirinya akan benar-benar melihat Bella seperti ini.
Dulu, ia selalu membayangkan vampir Bella dengan kebencian yang membara, kulit pucat, mata merah, haus darah, kehilangan semua yang membuatnya Bella.
Namun, saat Bella berdiri di depannya, matanya keemasan seperti milik keluarga Cullen, wajahnya masih mencerminkan dirinya yang dulu, dengan sedikit tambahan ketajaman predator yang tak bisa disembunyikan, Jacob terdiam.
Ia tidak tahu harus berkata apa.
Sesuatu dalam dirinya ingin menyangkal bahwa ini adalah Bella yang ia kenal. Tetapi kenyataannya terpampang jelas di hadapannya.
Dan satu hal yang paling mengganggu adalah..... ia tidak bisa membenci ini.
Bella mengerutkan kening, matanya meneliti Jacob dari atas ke bawah. Lalu, tanpa peringatan, ia bergerak dalam kecepatan yang bahkan tidak bisa diantisipasi Jacob.
Dalam sekejap, Bella berdiri tepat di depannya.
"Kau..." Bella menatapnya lekat-lekat, lalu beralih ke Edward yang berdiri di sampingnya. "Dia bau anjing basah."
Jacob mendengus, ekspresi waspada di wajahnya langsung berubah menjadi tatapan jengkel. "Terima kasih, Swan. Senang melihatmu juga."
Bella memiringkan kepalanya, seolah masih berusaha memahami situasi ini. Lalu, seakan baru menyadari sesuatu, matanya menyipit curiga.
"Kenapa kau ada di sini, Jake?" tanyanya dingin.
Jacob mengangkat alis. "Apa maksudmu? Tentu saja aku di sini untuk Renesmee."
Bella mengerutkan kening mendengar nama itu, tapi sebelum ia bisa memprotes, Jacob melanjutkan, suaranya lebih pelan, hampir seperti gumaman, "Dan aku harus melihat dengan mata kepalaku sendiri apakah kau... benar-benar masih kau."
Bella menatapnya beberapa detik, sebelum matanya beralih ke Edward.
Lalu, seolah menyadari sesuatu, ia tersenyum sinis.
"Oh, sekarang kalian berdua pasangan yang serasi," lanjut Jacob dengan nada yang sedikit mengejek. "Sama-sama pucat, sama-sama menjijikkan— tapi setidaknya kau tetap hidup."
Edward, yang sejak tadi diam mengamati interaksi mereka, akhirnya bersuara.
"Jacob," panggilnya pelan tetapi tegas.
Jacob menoleh, dan saat ia melihat ekspresi Edward, seakan mereka berkomunikasi lewat mata, ia tahu persis apa yang ingin dikatakannya.
Jangan katakan padanya.
Jacob terdiam.
Untuk sesaat, ia ingin membangkang. Bella berhak tahu. Tetapi saat ia melihat wajah Edward yang penuh ketegangan di rahangnya, kilatan di matanya— Jacob sadar bahwa ini bukan saat yang tepat.
Bella mungkin terlihat tenang, tetapi dia baru beberapa jam menjadi vampir.
Jika ia tahu tentang imprint sekarang.... tidak ada yang bisa menjamin reaksinya.
Jacob mengepalkan rahangnya, lalu menghela napas. "Aku ada di sini karena aku ingin memastikan Renesmee baik-baik saja."
Bella masih menatapnya curiga, tetapi akhirnya ia mengangguk, meski dengan raut wajah yang masih tidak sepenuhnya percaya.
Namun, ini sudah cukup untuk saat ini.
Jacob menoleh ke Edward sekali lagi, matanya penuh peringatan. Kau tidak bisa menyembunyikannya selamanya.
Edward tidak menjawab, tetapi dari ekspresinya, ia tahu bahwa suami Bella itu sangat menyadari hal tersebut.