抖阴社区

                                        

"Heh! Kalian bilang kalian tidak ada masalahnya? Kalian berdua adalah yang membuat Adikku menjadi gila! Sahabat macam apa kalian!" Marah Caroline pada Siska.

Deg!

Sahabat?

Itulah kata yang ada di benak mereka berdua, Lala?

Apa mungkin?

Melihat mereka berdua tengah melamun memikirkan ucapannya, Caroline menggoreskan cutter-nya  kearah lengan Allena yang terekspos.

"Akh!" teriak Allena merasakan sensasi perih dan sakit secara bersamaan.

"Heh, Setan! Jangan sekali-kali Lo sakiti temen gue." Peringat Siska yang terus memberontak melepaskan diri, bodoamat dengan badannya yang lecet, yang terpenting adalah menolong Allena.

Caroline tidak memperdulikan teriakan dari Siska, ia terus saja menari-narikan cutter di atas  tubuh Allena, jangan lupakan ia juga mengoleskan darah itu di bagian perut Allena.

"Kak! Ayolah sisakan buat aku ...." celetuk orang yang baru saja memasuki gudang dengan gaya yang angkuh.

Mata Siska dan Allena membulat setalah apa yang dilihat.

Bagaimana bisa orang yang membuat mereka terluka adalah orang terdekatnya.

"Dasar setan biadab! Muka sok polos ternyata Orang gila!" geram Siska menatap sahabatnya yang tengah tersenyum angkuh.

"Kenapa bisa?" Allena tak menyangka kalau orang didepannya ini adalah LALA, sahabatnya.

"Kaget? Aku sangat suka ekspresi kalian yang terkejut itu, hahaha ...." Lala mulai mendekat kearah Siska dan menamparnya dengan keras membuat Siska menolehkan kepalanya.

"Tamparan untuk orang yang suka membela Allena, karena aku tak suka!" ucapnya kembali berjalan kearah Allena.

"Kemarikan." pinta Lala mengambil alih cutter dari tangan Caroline.

Lala membawanya cutter kearah pipi Allena, "Satu sayatan yang udah membuat hatiku setiap hari sakit melihat keakraban kalian."

"Sayatan untuk orang yang sok manis dan merebut milikku." Tangan Lala menari di atas lengan Allena dan menyayatnya dengan panjang diiringi senyuman iblis.

"Kak, sakit!"  Allena  menutup matanya sembari berucap dalam hati.

***

"Sayang!" Delvano berlari menuju Allena yang berada di pojok ruangan.

Hancur hati Delvano melihat kondisi Allena yang banyak sekali darah mengucur bebas dari beberapa tempat, terlebih lagi perut Allena yang dibiarkan terekspos. Membuat hati Delvano berkali-kali hancur saat melihatnya.

Tatapan sayu serta wajah pucat membuat Delvano menitikan air matanya.

Matanya menggelap saat melihat  tangan Caroline yang  bersimbah darah dan tatapannya menajam kearah Lala yang membawa cutter dengan bercak darah.

"Apa yang anda lakukan terhadap istri saya!" bentak Delvano.

Caroline yang duduk di kursi depan Allena pun berdiri menyambut Delvano dengan senyuman ramah.

"Sudah sampai! Woah sangat berubah total dari yang cupu sampai membuat ku ingin berpaling rasanya." Caroline terkekeh sembari menghadang langkah Delvano, yang kian mendekat.

Para teman-teman Delvano pun cukup terpukau dengan perubahan Caroline yang terlihat semakin dewasa dengan penampilan feminimnya. Namun, tetap saja sifat dan mulut pedas itu tak bisa dirubah.

Tapi tak ayal mereka tetap tak menyangka ada Lala dibalik ini semua.

"Hallo semuanya, ingatkah aku?" tanya Caroline menaikkan alisnya menatap dengan ejekan kearah belakang Delvano.

Allena(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang