抖阴社区

Frankness 7

150 6 1
                                    

Meskipun Lyle terus memimpin kerajaan dengan cara yang tak terduga, ada satu hal yang semakin mengganggu pikiran Alric—keberuntungan yang selalu berpihak pada Lyle. Keputusan-keputusan anehnya yang tampaknya didorong oleh ketidakpedulian dan kemalasan justru membawa hasil yang menguntungkan. Bahkan ketika masalah besar muncul, entah bagaimana Lyle selalu berhasil menyelesaikannya tanpa banyak usaha. Semua orang di kerajaan mulai memujanya sebagai seorang pemimpin yang luar biasa, tapi Alric merasa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar keberuntungan.

Penasaran, Alric mulai mencari-cari jawaban di perpustakaan kerajaan. Di antara tumpukan gulungan kuno dan buku-buku yang sudah usang, dia menemukan catatan lama tentang seorang tiran yang mirip dengan Lyle, yang dikenal sebagai "Tiran Tidur." Catatan tersebut menceritakan tentang seorang penguasa yang memiliki kemampuan untuk menarik keberuntungan hanya dengan tidur. Tentu saja, catatan itu sangat samar dan tidak jelas, namun bagi Alric, ini adalah petunjuk yang tak bisa diabaikan.

Suatu hari, ketika Lyle sedang tertidur lelap di ruang kerjanya—seperti biasa—Alric datang mendekat, dengan hati-hati membuka pintu ruangan. Dia melihat sang tiran tidur dengan posisi yang sangat tidak teratur, terlelap tanpa mempedulikan dunia sekitarnya. Lyle bahkan tertidur dengan buku di atas kepala, seolah tak peduli dengan masalah yang ada.

"Yang Mulia," Alric berkata pelan, meskipun dia tahu Lyle tidak akan mendengarnya. "Ada sesuatu yang aneh dengan Anda. Mengapa setiap keputusan yang Anda buat selalu membawa hasil yang luar biasa? Apa sebenarnya yang Anda ketahui tentang takdir kita?"

Lyle tidak bergerak, bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda mendengarnya. Namun, dalam tiduran itu, Lyle perlahan membuka matanya dengan malas, seolah sudah mendengar semua yang dikatakan Alric.

"Ah, Alric. Kamu tidak perlu khawatirkan itu," kata Lyle dengan suara pelan, matanya masih setengah terpejam. "Keberuntungan itu seperti tidur—semakin kamu mencarinya, semakin ia menghindar. Jadi, kenapa harus repot-repot?"

Alric tersentak. Kata-kata Lyle sangat aneh, tetapi juga penuh makna. Seolah-olah Lyle tahu lebih banyak daripada yang bisa dia pahami. "Apa maksud Anda, Yang Mulia? Bukankah keputusan Anda selalu aneh? Kenapa Anda tidak pernah bekerja keras seperti pemimpin pada umumnya?"

Lyle tersenyum malas. "Karena, Alric, setiap orang terlalu terobsesi dengan kerja keras. Padahal, jika kamu berhenti sejenak dan membiarkan semuanya berjalan, dunia ini akan memberikan apa yang kamu butuhkan. Keberuntungan datang kepada mereka yang tahu kapan harus menunggu, bukan kepada mereka yang terus berlari mengejarnya."

Alric diam, mencoba mencerna apa yang baru saja didengar. Di luar sana, semua orang bekerja keras, berperang untuk memperoleh kemenangan, namun Lyle justru berbaring, tidur, dan membiarkan dunia mengikutinya. Namun, entah kenapa, kerajaan ini malah semakin makmur.

"Jadi, menurut Anda, hidup itu hanya soal menunggu?" tanya Alric, ragu.

Lyle mengangguk pelan. "Bukan hanya menunggu. Tapi juga memilih untuk tidak melawan. Ada kebijaksanaan dalam ketidakpedulian. Beberapa masalah tak perlu dihadapi, cukup biarkan waktu yang menyelesaikannya."

Alric masih merasa bingung. "Tapi, apa yang terjadi jika waktu tidak menyelesaikan masalah? Apa yang terjadi jika dunia ini tidak berjalan sesuai rencana?"

Lyle tertawa kecil. "Nah, itulah yang menarik. Saat itu terjadi, kamu bisa bersantai dan menyerahkan masalah itu kepada orang lain. Kalau semua orang sudah cukup pintar, mereka akan menyelesaikan pekerjaan itu untukmu. Dan jika mereka gagal, kamu tinggal tidur lagi."

Alric akhirnya mengerti bahwa meskipun Lyle tampaknya malas dan tidak bertanggung jawab, ada prinsip yang lebih dalam yang mendasari sikapnya. Lyle bukan hanya sekadar tidur; dia memilih untuk tidak mengintervensi, memberi ruang bagi orang lain untuk berkembang, untuk menemukan solusi sendiri. Dan anehnya, dengan cara ini, kerajaan menjadi lebih kuat, lebih makmur, dan lebih damai.

Sementara itu, masalah besar lainnya datang—kerajaan tetangga yang dulunya sekutu kini berbalik melawan. Ternyata, Raja dari kerajaan tetangga merasa terancam dengan kemakmuran yang tiba-tiba muncul di kerajaan Lyle, dan dia berencana untuk merebut beberapa wilayah. Pasukan besar mereka sudah dipersiapkan, dan meskipun pertempuran tampaknya tak terelakkan, Lyle tetap tenang.

"Lyle, kita harus bertindak!" Alric hampir tidak bisa menahan kegelisahannya. "Jika kita tidak bertindak cepat, kita akan kehilangan segalanya!"

Lyle menguap panjang, tidak merasa terganggu sedikit pun. "Apa yang perlu diburu? Bukankah kita sudah punya cukup makanan dan minuman? Kirim saja mereka beberapa hadiah. Tidak ada gunanya berperang, Alric."

Namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Pasukan musuh tidak hanya datang untuk menyerang; mereka datang untuk menguji kekuatan kerajaan. Tetapi Lyle malah memberi mereka hadiah-hadiah yang lebih besar dari sebelumnya—barang-barang mewah dan barang antik yang hanya ada di kerajaan Lyle.

Ternyata, gerakan ini membuat Raja kerajaan tetangga bingung. Mereka tidak pernah berpikir bahwa kerajaan yang mereka anggap lemah itu akan berani mengirimkan begitu banyak hadiah, dan dengan cara yang seolah tanpa beban. Raja tersebut mulai meragukan rencananya, dan akhirnya, alih-alih bertempur, dia memilih untuk mengadakan pertemuan dengan Lyle.

"Yang Mulia," kata Alric dengan heran, "ini... ini benar-benar berhasil?"

Lyle hanya mengangguk santai. "Tentu saja. Kadang, yang terbaik adalah tidak bertindak sama sekali. Berikan mereka hadiah, buat mereka merasa diberi perhatian, dan lihat apa yang mereka lakukan."

Perang itu pun tidak pernah terjadi. Sebagai gantinya, pertemuan damai diadakan, dan kedua kerajaan akhirnya menyepakati perjanjian yang menguntungkan kedua belah pihak. Semua itu terjadi berkat sikap malas dan ketidakpedulian Lyle yang akhirnya menciptakan jalan menuju perdamaian.

Dengan cara yang sama, Lyle terus menjalani kehidupannya. Sementara kerajaan lain bersusah payah dalam peperangan dan intrik politik, Lyle terus tidur, membiarkan dunia berjalan sendiri, dan hasilnya selalu menguntungkan.

Namun, meskipun segala sesuatunya berjalan dengan baik, Lyle tetap merasa ada yang kurang. Keberuntungan mungkin berpihak padanya, dan kerajaan ini mungkin tampak makmur, tetapi ada saat-saat ketika Lyle bertanya-tanya, apakah ini semua memang benar-benar hasil dari kebijakan malasnya atau sesuatu yang lebih besar yang tidak bisa dia mengerti.

Sambil menatap ke luar jendela, dia menyadari satu hal—keberuntungan bukanlah sesuatu yang bisa dimiliki oleh satu orang saja. Ia datang dengan cara yang tak terduga, sering kali melalui orang-orang yang ada di sekitarnya. Mungkin, kebijaksanaan terbesar yang pernah dia pelajari adalah bahwa dalam ketidakpedulian, ada ruang bagi orang lain untuk berbuat lebih banyak dan menjadi lebih besar.

Dan mungkin, di ujung hari, Lyle tidak perlu melakukan apa-apa. Semua akan berjalan dengan sendirinya, seperti sebuah mimpi yang berlanjut tanpa akhir.

The Lazy TyrantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang