Pagi itu, langit tampak lebih cerah dari biasanya. Lyle baru saja menyelesaikan rutinitas paginya, yang kini lebih sering mencakup perjalanan ke pasar atau mengunjungi desa-desa untuk memeriksa keadaan rakyatnya. Keputusan-keputusan yang dia buat mulai menunjukkan hasil. Meski ada banyak tantangan, setiap hari membawa pelajaran baru baginya.
"Yang Mulia," suara Penasihat Gerald terdengar di luar ruangannya. "Ada laporan dari utusan kerajaan tetangga. Mereka ingin bertemu dengan Anda secepatnya."
Lyle mendengus. "Aku yang sedang malas-malasan saja, kenapa mereka harus datang jauh-jauh ke sini?"
Gerald mengangkat bahu. "Mereka mungkin membawa kabar penting, Yang Mulia."
Lyle menarik napas panjang, memutuskan untuk bertindak. "Baiklah, beri mereka waktu satu jam. Aku akan datang ke ruang pertemuan."
Satu jam kemudian, Lyle berjalan dengan langkah malas menuju ruang pertemuan. Begitu dia memasuki ruangan, dua utusan dari kerajaan tetangga sudah menunggunya dengan ekspresi serius di wajah mereka.
"Sampaikan pesanmu, aku terlalu malas untuk berbasa-basi," ujar Lyle tanpa berpikir.
Utusan pertama, seorang pria bertubuh tinggi dengan rambut abu-abu, membuka gulungan surat. "Yang Mulia Lyle, kami datang untuk mengabarkan bahwa kerajaan kami menghadapi masalah besar. Perbatasan kami terancam oleh pasukan perampok dari wilayah utara. Kami memerlukan bantuan Anda untuk menghadapi ancaman ini."
Lyle melirik Gerald yang berdiri di sebelahnya. "Pasukan perampok?" tanya Lyle dengan sikap santai, meskipun dia tahu ancaman itu cukup serius.
"Benar, Yang Mulia. Mereka sangat kuat dan sudah beberapa kali menyerang desa-desa kami," jawab utusan kedua, seorang wanita muda yang terlihat gelisah. "Kami tak bisa menghadapinya sendirian. Kami berharap kerajaan Anda bisa memberikan bantuan."
Lyle berpikir sejenak, matanya menatap ke luar jendela ruang pertemuan. Beberapa bulan lalu, dia mungkin akan mengabaikan permintaan semacam ini. Namun, seiring dengan perubahan dalam dirinya, dia mulai merasa bertanggung jawab atas lebih dari sekadar kerajaannya sendiri.
"Gerald," Lyle akhirnya berbicara setelah hening sejenak. "Siapkan pasukan kita. Kita akan membantu mereka. Tapi, aku ingin kita menyelesaikan masalah ini dengan cara yang berbeda."
Gerald terkejut. "Cara yang berbeda? Seperti apa, Yang Mulia?"
Lyle tersenyum tipis. "Kita akan menghindari pertempuran langsung. Kita akan memanfaatkan kecerdikan dan taktik perang gerilya. Kalau mereka ingin menyerang, kita akan menghadapi mereka dengan cara yang lebih cerdas, bukan hanya mengandalkan kekuatan militer."
Utusan itu tampak bingung. "Tapi, Yang Mulia, apakah ini bukan keputusan yang berisiko?"
Lyle memandang mereka dengan tatapan tajam. "Kadang-kadang, keputusan yang tampak berisiko justru membawa kemenangan. Kita tidak bisa mengandalkan kekuatan saja. Kita harus berpikir lebih strategis."
Setelah pertemuan selesai, Lyle segera mengumpulkan jenderal dan penasihat terbaiknya. Mereka merancang rencana yang tidak biasa—untuk mengalihkan perhatian pasukan perampok, menciptakan jebakan, dan menggunakan medan untuk keuntungan mereka.
Hari-hari berikutnya dipenuhi dengan persiapan intensif. Lyle yang dulu malas kini menjadi sangat fokus, memimpin latihan dan memberi arahan kepada pasukan dengan cara yang belum pernah dilihat sebelumnya. Bahkan dia mulai turun langsung ke lapangan untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana.
Pada hari keberangkatan, Lyle merasa sedikit cemas. Meskipun dia tidak mengungkapkannya, ketegangan di dalam dirinya sangat terasa. Ini adalah ujian besar pertama baginya, dan dia tahu bahwa keputusan ini akan menentukan tidak hanya masa depan kerajaan, tetapi juga bagaimana dia dikenang.
Pasukan kerajaan yang dipimpin Lyle bergerak menuju perbatasan kerajaan tetangga dengan taktik yang tidak biasa. Alih-alih berbaris lurus dan siap bertempur, mereka bergerak secara terpisah, bersembunyi di balik pepohonan dan medan berbukit. Lyle menginstruksikan mereka untuk mengatur jebakan di sepanjang jalur yang sering dilalui pasukan perampok.
Hari-hari berlalu, dan pasukan perampok akhirnya datang. Mereka terlihat besar dan sangat terorganisir. Namun, saat mereka mulai memasuki daerah yang sudah dipenuhi dengan jebakan, keadaan segera berubah.
Ledakan dari jebakan pertama mengguncang tanah. Para perampok yang terkejut berlarian, bingung menghadapi serangan yang tidak terduga. Lyle dan pasukannya, yang telah tersembunyi, bergerak dengan cepat untuk mengalahkan pasukan tersebut dalam serangkaian serangan kilat. Mereka memanfaatkan medan untuk keuntungan mereka, menyerang dari berbagai arah dan membingungkan musuh.
Beberapa jam kemudian, pasukan perampok yang sebelumnya begitu tangguh kini terkepung dan terdesak mundur. Lyle berdiri di tengah medan pertempuran, memperhatikan kemenangan yang baru saja diraih.
Gerald mendekat, wajahnya terlihat terkesima. "Yang Mulia... Anda benar. Taktik ini berhasil."
Lyle tersenyum tipis, meskipun lelah. "Kadang, kita hanya perlu berpikir sedikit lebih cerdas. Keberuntungan memang penting, tapi strategi yang baik akan lebih jauh membawa kita."
Setelah kemenangan itu, kerajaan tetangga sangat berterima kasih. Mereka mengakui keberanian dan kecerdikan Lyle dalam menghadapi ancaman tersebut. Di sisi lain, para penasihat dan rakyat Lyle pun mulai melihat pemimpin mereka dengan mata yang berbeda. Seorang pemimpin yang dulu dikenal karena kemalasan, kini telah menunjukkan kepemimpinan yang kuat dan bijaksana.
Kembali ke istana, Lyle duduk di ruang takhta dengan wajah penuh pemikiran. Ada rasa puas yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata. Dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai, dan masih banyak tantangan yang akan dihadapi. Namun, untuk pertama kalinya, Lyle merasa siap.
"Ini baru permulaan," bisiknya pada dirinya sendiri, "dan aku akan memastikan bahwa kerajaanku terus berkembang—bukan karena kekuatan atau ketakutan, tetapi karena kebijaksanaan dan keberanian yang sejati."
Dengan hati yang lebih tenang, Lyle melangkah maju, siap untuk menghadapi apa pun yang datang, dengan keyakinan yang baru ditemukan dalam dirinya sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Lazy Tyrant
FantasySeorang pria malas yang hobi tidur transmigrasi ke dalam tubuh tiran kuat di dunia fantasi. Namun, alih-alih memerintah dengan tangan besi, dia lebih suka tidur sepanjang hari dan menghindari pekerjaan berat. Anehnya, melalui kombinasi keberuntung...