Beberapa minggu setelah kemenangan atas pasukan perampok, Lyle mulai merasakan perbedaan dalam dirinya. Keputusan-keputusan yang ia buat kini lebih matang, dan meskipun ia tetap lebih suka tidur dan menghindari kerja keras, cara dia memimpin telah berubah. Rakyat mulai menghargai kebijaksanaannya yang aneh, dan kerajaan yang dulunya dianggap lemah kini semakin dihormati oleh kerajaan-kerajaan tetangga.
Suatu sore, Lyle duduk di balkon istananya, menikmati angin yang berhembus sejuk. Gerald datang menghampiri dengan sebuah laporan di tangan. "Yang Mulia, ada kabar baik."
Lyle menoleh dengan malas. "Apa lagi sekarang? Jangan bilang ada lebih banyak rapat atau delegasi yang datang."
Gerald tersenyum, meskipun dia tahu Lyle masih enggan terlibat dalam urusan resmi. "Bukan itu, Yang Mulia. Kami menerima kiriman dari pedagang luar negeri. Mereka ingin berbisnis dengan kerajaan kita. Produk mereka sangat langka, dan ini bisa membuka peluang ekonomi yang besar."
Lyle mengangguk pelan. "Bagus. Mungkin sekarang kita bisa mulai memikirkan bagaimana menghasilkan lebih banyak uang tanpa harus terlalu banyak bergerak. Boleh aku tidur siang dulu sebelum memutuskan apa yang harus dilakukan dengan itu?"
Gerald menahan tawa. "Tentu saja, Yang Mulia. Tapi jangan terlalu lama. Kami sudah menyiapkan beberapa informasi untuk membantu Anda membuat keputusan."
Saat Lyle tertidur siang itu, dia tidak bisa menahan perasaan bahwa hidupnya mulai terasa lebih menarik. Setiap keputusan yang dia buat sepertinya membuahkan hasil yang tak terduga, bahkan dari hal-hal kecil. Taktik perang yang dia terapkan untuk mengalahkan pasukan perampok ternyata juga bisa diterapkan dalam urusan dagang.
Saat bangun, Lyle merasa sedikit lebih segar. Di luar, matahari mulai terbenam, menciptakan langit yang berwarna merah kekuningan. Gerald dan beberapa penasihat berdiri di samping meja besar, siap memberi laporan.
"Yang Mulia, kami telah mempelajari lebih lanjut tentang pedagang tersebut. Mereka membawa rempah-rempah langka yang bisa menghasilkan keuntungan besar bagi kerajaan kita, terutama dalam perdagangan dengan kerajaan yang lebih jauh," kata salah satu penasihat.
Lyle mengangguk. "Apa yang mereka inginkan sebagai imbalan?"
"Pedagang itu menginginkan izin untuk mendirikan pasar di ibu kota dan beberapa fasilitas untuk penyimpanan barang. Mereka ingin memastikan bahwa mereka dapat berdagang tanpa halangan," jawab Gerald.
"Dan mereka akan membayar kita?" Lyle bertanya, lebih tertarik pada manfaat finansialnya daripada urusan politik.
"Ya, Yang Mulia. Mereka akan membayar pajak yang besar dan memberikan beberapa produk langka sebagai bagian dari perjanjian."
Lyle berdiam sejenak, memikirkan peluang itu. "Baiklah, setuju. Izinkan mereka berdagang, tetapi kita juga akan menetapkan beberapa aturan agar perdagangan tetap menguntungkan bagi kerajaan kita. Kita tidak akan memberi izin sepenuhnya tanpa keuntungan yang jelas."
Gerald terkejut dengan keputusan cepat Lyle. "Yang Mulia, Anda membuat keputusan yang sangat bijaksana. Dengan cara ini, kita bisa mendapatkan keuntungan jangka panjang."
Lyle mengangkat bahu. "Aku rasa ini semua tentang menemukan keseimbangan. Kadang, mengambil langkah kecil bisa membawa hasil besar."
Malam itu, Lyle merasa lebih tenang. Dia kembali ke kamarnya, lalu merebahkan diri di tempat tidur. Namun, sesaat sebelum terlelap, pikirannya melayang pada semua yang telah dia capai—keputusan-keputusan yang tampaknya malas, tetapi membawa hasil yang luar biasa. Ada rasa percaya diri yang tumbuh dalam dirinya, meskipun dia masih tetap mempertahankan kebiasaan malasnya.
Keesokan harinya, Lyle kembali tidur lebih lama dari biasanya. Namun, meskipun dia lebih banyak beristirahat, hasil dari keputusan-keputusan yang dia buat terus berdatangan. Kerajaan semakin makmur, perdagangan mulai berkembang, dan rakyat semakin menghargai kebijaksanaannya yang aneh.
Seiring berjalannya waktu, Lyle belajar bahwa tidak semua hal harus dilakukan dengan tenaga fisik atau usaha keras. Keberuntungan dan kebijaksanaan bisa datang melalui cara-cara yang paling tak terduga. Dengan tetap santai dan tidak terburu-buru, Lyle akhirnya menemukan cara untuk membuat kerajaan dan rakyatnya berkembang—semuanya dengan metode yang sangat berbeda dari pemimpin lainnya.
Namun, meskipun Lyle merasa puas dengan pencapaiannya, dia tahu bahwa hidup ini tidak bisa diprediksi. Banyak tantangan besar yang masih menantinya. Dan meskipun dia tak pernah suka terlibat dalam urusan berat, kini dia mulai merasa ada sesuatu yang lebih penting daripada sekadar tidur sepanjang hari.
"Kadang-kadang," gumamnya pada dirinya sendiri, "untuk mengubah dunia, kita tidak perlu menjadi orang yang paling kuat. Terkadang, kita hanya perlu menjadi orang yang tahu kapan harus bertindak, bahkan jika itu berarti tidur lebih lama untuk berpikir dengan lebih jernih."
Dengan senyum tipis di wajahnya, Lyle menutup matanya, bersiap untuk tidur malam itu, tetapi kali ini dengan perasaan lebih damai, lebih yakin bahwa setiap langkah yang diambilnya—meskipun terkesan malas—akan membawa kerajaan ini menuju kejayaan yang lebih besar.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Lazy Tyrant
FantasySeorang pria malas yang hobi tidur transmigrasi ke dalam tubuh tiran kuat di dunia fantasi. Namun, alih-alih memerintah dengan tangan besi, dia lebih suka tidur sepanjang hari dan menghindari pekerjaan berat. Anehnya, melalui kombinasi keberuntung...