抖阴社区

Frankness 16

27 3 0
                                    


Lyle bangkit dari kursinya dan berjalan menuju taman kerajaan, tempat di mana udara malam terasa sejuk dan tenang. Di sana, di bawah pohon besar yang rindang, dia merenung. Meskipun dia terkenal karena kecakapannya dalam menghindari pekerjaan dan kebijaksanaannya yang tidak biasa, ada perasaan yang semakin menggerogoti dirinya. Seiring waktu, dia mulai merasa seolah-olah ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar keberuntungan yang membawa kerajaan ini ke puncaknya.

Di tengah-tengah kebingungannya, seorang penjaga yang biasa menjaga gerbang utama mendekat. "Yang Mulia, ada seseorang yang ingin bertemu dengan Anda."

Lyle menatap penjaga itu sejenak, mengerutkan kening. "Siapa dia? Kenapa tidak ada pemberitahuan sebelumnya?"

Penjaga itu terlihat sedikit cemas, tapi tetap menjawab dengan tegas. "Dia seorang pelancong yang membawa kabar dari wilayah utara. Mereka mengklaim bahwa dia mengetahui cara untuk melindungi kerajaan kita dari ancaman yang lebih besar."

Lyle mendengus, merasa malas. "Hmm... Berikan saja kesempatan pada orang itu. Aku sedang tidak ingin berurusan dengan masalah baru."

Beberapa menit kemudian, seorang pria tua dengan jubah yang tampak usang dan wajah penuh keriput tiba di hadapannya. Mata pria itu tajam, penuh perhitungan, meskipun tubuhnya terlihat rapuh.

"Yang Mulia, saya datang dengan kabar penting," kata pria itu dengan suara berat.

Lyle hanya menatap pria tersebut dengan malas. "Apa kabar penting yang kau bawa? Jika itu tentang perang, aku sudah cukup muak dengan itu."

Pria tua itu mengangguk perlahan. "Tidak, Yang Mulia. Saya bukan datang untuk berbicara tentang perang atau ancaman dari luar. Saya datang untuk memberitahu Anda tentang ancaman yang lebih berbahaya—ancaman yang ada di dalam kerajaan Anda sendiri."

Lyle mengernyitkan dahi. "Ancaman dalam kerajaanku? Apa maksudmu?"

Pria tua itu menghembuskan napas berat sebelum menjelaskan. "Kerajaan Anda mungkin aman dari serangan luar, tetapi ada kekuatan dalam diri Anda yang dapat menghancurkan semuanya—malasnya Anda, ketidakpedulian Anda terhadap tanggung jawab, dan kebijaksanaan yang hanya datang saat Anda menghindari masalah."

Lyle menatap pria itu dengan tatapan penuh keheranan. "Maksudmu, aku yang jadi masalahnya?"

Pria itu mengangguk. "Anda mungkin merasa bahwa segala sesuatunya berjalan dengan baik karena keberuntungan Anda, tetapi lambat laun, akan ada saatnya di mana Anda tidak bisa lagi mengandalkan keberuntungan saja. Kekuatan yang Anda miliki, yang sudah Anda abaikan selama ini, akan mulai meruntuhkan semuanya. Kerajaan Anda membutuhkan seorang pemimpin yang hadir, bukan seorang penghindar."

Lyle terdiam mendengar kata-kata itu. Untuk pertama kalinya, rasa malasnya terasa begitu kental, seolah-olah dia tidak lagi bisa menghindar dari kenyataan.

Pria tua itu melanjutkan, "Kekuatan Anda bukan hanya tentang tidur sepanjang hari atau membuat keputusan tanpa bertanggung jawab. Anda punya potensi untuk menjadi pemimpin yang luar biasa, tetapi Anda harus berhenti menghindari kenyataan. Jika tidak, Anda akan kehilangan semuanya."

Lyle berdiri diam di tempatnya, merasa sebuah beban berat menekan dadanya. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa cemas. Meskipun dia tidak ingin mengakui, pria itu benar. Ia terlalu lama menghindari tanggung jawab, terlalu lama merasa cukup dengan keberuntungan semata.

"Aku... aku tahu," jawab Lyle pelan, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada pria tua itu. "Aku merasa seperti itu... tapi apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya seorang pria malas yang terjebak dalam tubuh tiran ini."

Pria itu tersenyum lembut, meskipun senyumnya tampak penuh arti. "Kadang, yang dibutuhkan bukan kekuatan fisik atau kebijakan besar, tetapi kesediaan untuk berubah. Hanya Anda yang bisa memutuskan jalan mana yang akan Anda ambil."

Dengan itu, pria tua itu berbalik dan pergi, meninggalkan Lyle yang terdiam di tengah taman yang sunyi. Angin malam berbisik lembut di antara pohon-pohon, membawa keheningan yang mendalam, seolah memberikan ruang bagi Lyle untuk berpikir lebih jauh tentang kata-kata yang baru saja diucapkan.

Sejak malam itu, Lyle tidak bisa tidur dengan tenang. Selama berhari-hari, ia merenung dan memikirkan kata-kata pria itu. Apa yang harus dilakukan? Bagaimana ia bisa mengubah dirinya yang selama ini begitu malas dan tidak peduli?

Namun, meskipun begitu banyak yang mengganggu pikirannya, Lyle tahu satu hal—dia harus membuat pilihan. Pilihan yang akan mengubah nasib kerajaannya, dan mungkin juga dirinya sendiri.

Pada pagi hari berikutnya, Lyle terbangun lebih awal dari biasanya. Matanya masih berat, tetapi ada sesuatu yang berbeda di dalam dirinya. Ia tidak ingin lagi hanya tidur sepanjang hari. Ia tahu bahwa meskipun ia tidak bisa mengubah segalanya dengan mudah, setidaknya ia bisa memulai dengan langkah kecil.

Dia berdiri dari tempat tidur, mengenakan pakaian kerajaan, dan berjalan menuju ruang takhta. Penasihat dan jenderal yang melihatnya terkejut, belum pernah mereka melihat Lyle begitu serius dan bertekad. "Yang Mulia, ada apa?" tanya penasihatnya dengan cemas.

Lyle menatap mereka, kali ini dengan tatapan yang penuh semangat. "Mulai sekarang, kita akan mengubah cara kita memimpin kerajaan ini. Tidak lagi hanya mengandalkan keberuntungan. Aku akan mengurus kerajaan dengan tanggung jawab."

Penasihat itu menatapnya bingung, seolah tidak percaya. "Yang Mulia, apakah Anda serius?"

Lyle mengangguk tegas. "Serius. Kita akan mulai merencanakan masa depan kerajaan. Tidak ada lagi tidur siang yang panjang. Tidak ada lagi menghindari masalah."

Penasihat dan jenderal itu saling bertukar pandang, seolah ragu untuk percaya, namun mereka tahu bahwa ini adalah perubahan yang mungkin akan membawa kerajaan ini menuju masa depan yang lebih baik.

Lyle tahu bahwa ini baru awal, dan jalan ke depan akan penuh tantangan. Tetapi untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia merasa siap untuk menghadapi semuanya—tidak dengan kebijaksanaan yang datang dari menghindar, tetapi dengan keberanian untuk bertindak.

Dan dengan langkah pertama yang mantap, Lyle mulai mengubah dirinya menjadi pemimpin yang tidak hanya mengandalkan keberuntungan, tetapi juga kerja keras dan ketulusan.

The Lazy TyrantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang