The Lazy Tyrant

Setelah kesuksesan besar dengan Kerajaan Timoran, kerajaan Lyle semakin terkenal di seluruh dunia. Aliansi tersebut membawa banyak keuntungan, terutama dalam perdagangan dan pertumbuhan ekonomi, meskipun tidak ada satu pun pertempuran yang terjadi. Orang-orang di seluruh negeri mulai berbicara tentang bagaimana raja mereka yang malas bisa membuat hal-hal berjalan begitu lancar tanpa melakukan apa-apa.

Tapi bagi Lyle, kehidupan tetap tidak berubah. Ia lebih memilih untuk terus tidur sepanjang hari, terkadang hanya sesekali bangun untuk makan atau memberikan instruksi yang tidak masuk akal namun sering berakhir dengan hasil yang luar biasa. Para penasihat kerajaan, meskipun terus-menerus terkejut dengan cara-cara anehnya, mulai menyadari bahwa ada kekuatan dalam ketidakterlibatan Lyle. Terkadang, terlalu banyak keterlibatan justru membuat segala sesuatu menjadi kacau.

Suatu hari, salah satu penasihat Lyle, Elyan, datang kepadanya dengan wajah cemas. "Yang Mulia, ada masalah besar di perbatasan utara. Pemberontakan kecil mulai muncul di sana. Kami perlu mengambil tindakan segera."

Lyle yang sedang berbaring santai di tempat tidur besar dengan selimut tebal hanya mengangkat sebelah alisnya. "Pemberontakan? Ah, kenapa harus repot-repot? Bukankah itu masalah mereka, bukan masalah kita?"

Elyan terkejut, tetapi Lyle hanya melanjutkan tidur tanpa peduli. "Jika mereka ingin memberontak, biarkan saja. Yang penting kita tetap tenang."

Alden yang lebih berpengalaman mencoba menenangkan Elyan. "Yang Mulia memiliki caranya sendiri. Kadang-kadang, yang terbaik adalah tidak terlalu mencampuri urusan yang tidak perlu."

Elyan merasa tidak nyaman, tetapi ia tahu bahwa Lyle telah sering kali memecahkan masalah besar dengan cara yang tak terduga. Dalam keputusasaannya, Elyan memutuskan untuk mengikuti saran Lyle dan tidak buru-buru membuat keputusan. Ia kembali ke perbatasan untuk memantau situasi lebih lanjut.

Seminggu kemudian, Elyan kembali ke istana dengan laporan yang mengejutkan. "Yang Mulia, pemberontakan di perbatasan telah reda dengan sendirinya. Ternyata, para pemberontak hanya merasa tidak puas dengan pemimpin mereka yang lebih keras. Mereka akhirnya menyerah dan kembali ke kehidupan normal."

Lyle membuka matanya sedikit dan tersenyum. "Lihat, kan? Kadang-kadang, masalah akan selesai dengan sendirinya. Kita hanya perlu sedikit bersabar."

Alden mengangguk dengan penuh rasa kagum. "Memang benar, Yang Mulia. Terkadang, tidak perlu bertindak berlebihan. Anda telah menyelesaikan masalah ini tanpa harus terlibat langsung."

Kemenangan besar lainnya bagi Lyle datang tanpa dia harus berbuat banyak. Bahkan saat ia tidak melakukan apa-apa, dunia di sekitarnya seakan bekerja dengan cara yang aneh namun efektif untuk mendukungnya. Rakyatnya mulai menganggapnya sebagai seorang pemimpin yang bijaksana, meskipun tidak seperti yang mereka bayangkan.

Pada suatu hari, seorang pedagang kaya datang ke istana, membawa barang-barang langka dari negeri jauh. "Yang Mulia, saya datang untuk menawarkan perjanjian perdagangan yang sangat menguntungkan," katanya dengan penuh semangat. "Jika Anda menyetujui kesepakatan ini, kerajaan Anda akan menjadi pusat perdagangan terbesar di seluruh dunia."

Lyle, yang saat itu tengah menikmati tidur siangnya, hanya membuka mata sedikit. "Oh? Baguslah. Aku setuju. Kalau begitu, bicarakan dengan penasihatku, mereka pasti bisa membantu."

Pedagang itu merasa sedikit bingung. "Tapi, Yang Mulia, saya ingin mendiskusikan hal ini langsung dengan Anda."

Lyle menatapnya malas. "Aku sudah bilang, bicarakan dengan mereka. Aku nggak ingin repot-repot. Lagi pula, aku yakin mereka akan mengurusnya dengan baik."

Pedagang itu, meskipun terkejut dengan sikap Lyle, memutuskan untuk berbicara dengan penasihat kerajaan. Tanpa diduga, kesepakatan itu berjalan mulus, dan kerajaan Lyle memperoleh keuntungan yang sangat besar dari perjanjian tersebut. Keputusan Lyle untuk tidak terlibat langsung ternyata membawa hasil yang lebih baik daripada yang bisa dibayangkan.