Lyle memutuskan untuk menghadapi kenyataan yang telah lama dia hindari. Dengan tekad yang baru, dia mengumpulkan para penasihat dan jenderal untuk rapat kerajaan yang belum pernah diadakan sebelumnya. Ruang takhta yang biasanya sepi kini dipenuhi oleh wajah-wajah yang terkejut. Mereka tahu perubahan ini bukan hal yang biasa.
"Yang Mulia, Anda mengatakan bahwa kita akan mengubah cara kita memimpin kerajaan," kata Penasihat Gerald dengan nada ragu, "Namun, apa yang Anda rencanakan? Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan tanpa arahan Anda yang biasa."
Lyle memandang mereka dengan tatapan yang lebih serius dari biasanya. "Aku tidak akan lagi duduk dan menunggu masalah datang. Kita akan bergerak bersama-sama untuk mempersiapkan masa depan kerajaan. Kita akan membuat keputusan berdasarkan kebijakan yang baik dan penuh tanggung jawab."
Ada keheningan sejenak di ruangan itu. Para penasihat dan jenderal saling bertukar pandang, tidak yakin apakah mereka mendengar dengan benar. Pemimpin mereka, Lyle, yang selama ini dikenal karena kecerdasannya dalam menghindari pekerjaan dan kecenderungannya untuk tidur sepanjang hari, kini berbicara tentang tanggung jawab dan kebijakan yang bijaksana.
"Yang Mulia," kata Jenderal Falken, yang selalu tampak tegas, "kami percaya bahwa Anda bisa membawa perubahan. Namun, kami butuh panduan konkret. Apa langkah pertama yang akan kita ambil?"
Lyle terdiam sejenak. Dalam hatinya, dia tahu bahwa tindakan yang tepat akan sangat menentukan. "Langkah pertama adalah memperkuat ekonomi kerajaan kita. Kita tidak bisa hanya mengandalkan keberuntungan. Kita harus memperbaiki sistem perdagangan, mengurangi pengeluaran yang tidak perlu, dan memastikan bahwa rakyat kita merasa dihargai."
Gerald mengangguk. "Itu adalah langkah yang bijaksana, Yang Mulia. Tapi, bagaimana kita bisa memastikan bahwa keputusan-keputusan ini diikuti dengan tepat? Kita perlu sistem yang lebih baik untuk memantau dan menilai tindakan setiap daerah."
Lyle memikirkan hal itu sejenak. "Kita akan melibatkan para pemimpin daerah lebih aktif. Kita akan membuat sebuah sistem evaluasi yang transparan, di mana setiap pemimpin daerah dapat melaporkan perkembangan dan tantangan mereka secara langsung kepada istana. Dengan begitu, kita akan lebih cepat dalam mengambil keputusan."
Tiba-tiba, suara seseorang memecah kesunyian rapat itu. "Tapi Yang Mulia, jika kita terlalu mengontrol, kita mungkin kehilangan kebebasan yang selama ini dimiliki setiap daerah. Kita harus berhati-hati dalam membuat keputusan," kata seorang penasihat muda yang baru saja bergabung dalam rapat.
Lyle menatap penasihat muda itu. "Kebebasan itu penting, tetapi tanpa kontrol, kita akan terjebak dalam kekacauan. Kita tidak bisa hanya memberikan kebebasan tanpa batas kepada setiap daerah, karena itu akan menciptakan ketidakseimbangan."
Gerald menyarankan, "Mungkin kita bisa mengadakan pertemuan regional antara pemimpin-pemimpin daerah dan istana, untuk mendiskusikan masalah mereka secara langsung. Ini bisa memperkuat hubungan antara pemerintah pusat dan daerah."
Lyle menyetujui gagasan itu. "Baiklah, kita akan mengadakan pertemuan seperti itu. Pastikan bahwa setiap pemimpin daerah tahu bahwa ini bukan hanya untuk mendengarkan keluhan mereka, tetapi juga untuk mencari solusi bersama."
Setelah rapat selesai, Lyle keluar dari ruang takhta dengan perasaan campur aduk. Ada perasaan cemas yang tak bisa dia hilangkan, tetapi ada juga rasa harapan yang baru muncul. Dia tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah, dan ada banyak hal yang harus dia ubah dalam dirinya sendiri dan kerajaannya.
Namun, untuk pertama kalinya, dia merasa seolah-olah dia sedang melakukan sesuatu yang berarti. Dia tidak lagi hanya berdiam diri dan mengandalkan keberuntungan. Dia mulai mengambil tanggung jawab atas kerajaan ini.
Hari-hari berlalu, dan perubahan mulai terasa. Lyle memulai evaluasi terhadap berbagai sektor ekonomi kerajaan, dan meskipun awalnya banyak tantangan, dia tidak menyerah. Para pejabat kerajaan yang sebelumnya merasa ragu mulai melihat perubahan dalam cara Lyle mengambil keputusan. Bahkan para petani dan pedagang mulai merasakan dampaknya, dengan kebijakan yang lebih memihak kepada rakyat kecil.
Namun, perubahan terbesar yang terjadi bukan hanya pada kerajaannya, tetapi juga pada Lyle sendiri. Dia mulai menemukan kebahagiaan dalam bekerja keras, dalam membuat keputusan yang membawa dampak positif. Meskipun dia masih merasa malas di beberapa bagian, dia tahu bahwa ada kepuasan yang datang ketika dia benar-benar melibatkan diri dalam tanggung jawab yang diembannya.
Suatu hari, saat sedang berjalan di luar istana untuk memeriksa kondisi pasar, Lyle bertemu dengan seorang wanita muda yang tampak terburu-buru. Dia mengenakan pakaian sederhana dan wajahnya penuh kecemasan.
"Yang Mulia," wanita itu berseru saat melihat Lyle, "tolong bantu kami! Kami kehabisan pangan di desa kami. Anak-anak kami kelaparan!"
Lyle menatap wanita itu, dan tanpa ragu dia berkata, "Ayo, tunjukkan jalannya. Aku akan memastikan kalian mendapatkan apa yang kalian butuhkan."
Beberapa jam kemudian, Lyle berdiri di depan desa tersebut, memimpin pasokan makanan ke sana. Ada rasa bangga yang menyelip dalam dirinya. Untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa apa yang dia lakukan benar-benar mengubah kehidupan orang banyak.
Malam itu, setelah kembali ke istana, Lyle merenung lagi. Dia sadar, meskipun tidak ada yang tahu persis apa yang akan terjadi di masa depan, setidaknya dia telah membuat keputusan yang tepat untuk saat ini. Meskipun dia tidak tahu semua jawaban, dia tahu bahwa satu langkah demi langkah, dia akan membawa kerajaannya ke arah yang lebih baik.
Dan dengan setiap langkah kecil itu, Lyle merasa semakin dekat dengan pemimpin yang sebenarnya—bukan tiran malas yang menghindari tanggung jawab, tetapi seseorang yang berani bertindak dan membuat perubahan nyata.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Lazy Tyrant
FantasySeorang pria malas yang hobi tidur transmigrasi ke dalam tubuh tiran kuat di dunia fantasi. Namun, alih-alih memerintah dengan tangan besi, dia lebih suka tidur sepanjang hari dan menghindari pekerjaan berat. Anehnya, melalui kombinasi keberuntung...