抖阴社区

Frankness 8

117 7 1
                                    


Pagi itu, udara terasa sedikit lebih dingin dari biasanya. Lyle baru saja terbangun dari tidur panjangnya, matanya masih tertutup setengah, dan ia merasakan rasa malas yang hampir mencekam. Sebuah kebiasaan yang sudah mendarah daging—bangun, makan sedikit, dan kembali tidur—seolah-olah dunia berputar dengan sendirinya tanpa perlu campur tangannya. Namun, ada sesuatu yang mengusik perasaan Lyle hari itu. Sesuatu yang berbeda.

"Yang Mulia," suara Alric terdengar dari luar pintu kamar, membuat Lyle membuka mata dengan malas. "Ada pengumuman penting. Orang-orang sedang menunggu Anda di ruang pertemuan."

Lyle mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh. "Mereka bisa menunggu. Tidak ada yang lebih penting daripada tidur."

Namun, Alric tidak tampak menyerah. Pintu kamar dibuka sedikit lebih lebar, dan wajahnya yang penuh kecemasan muncul. "Tapi, Yang Mulia, masalah ini serius. Kerajaan kita... ada ancaman baru. Para pembesar di kerajaan ini khawatir."

Lyle menatap Alric dari atas tempat tidurnya, matanya masih setengah terpejam, tetapi ia merasakan ketegangan yang ada di ruangan itu. Masalah serius, ya? Hmm, mungkin ada sesuatu yang perlu dipikirkan.

"Baiklah, baiklah," kata Lyle dengan enggan, bangkit dari ranjang. "Aku akan menemui mereka."

Meskipun ia tidak terlalu tertarik dengan masalah ini, ia tahu bahwa sebagai penguasa, ada hal-hal yang tidak bisa sepenuhnya diabaikan. Namun, niat Lyle untuk menghadapi pertemuan itu tetap didominasi rasa malas. Ia hanya meraih jubah dari kursi dan mengenakannya dengan cepat sebelum berjalan menuju ruang pertemuan.

Di ruang pertemuan, sejumlah pejabat dan pembesar kerajaan sudah berkumpul, tampak cemas dan khawatir. Alric mendampingi Lyle, tetapi wajahnya tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran. Begitu Lyle memasuki ruangan, semua mata langsung tertuju padanya.

"Yang Mulia," kata salah seorang pejabat kerajaan dengan suara yang tegang, "kami menerima laporan bahwa pasukan kerajaan di sebelah timur telah kehilangan wilayah penting. Mereka membutuhkan bantuan segera."

Lyle hanya memiringkan kepalanya sedikit, seolah mendengarkan, tetapi dalam hatinya ia sudah hampir kembali ke tempat tidur. "Hmm, begitu. Apa yang mereka inginkan dariku? Bukankah mereka bisa menyelesaikan itu sendiri?"

Alric dan beberapa pejabat saling pandang, bingung dengan tanggapan Lyle yang sama sekali tidak sesuai dengan situasi yang ada. "Yang Mulia," lanjut seorang pejabat dengan penuh harap, "kami membutuhkan keputusan segera. Kerajaan kita terancam kehilangan wilayah strategis. Kami memerlukan pasukan untuk memperkuat pertahanan."

Lyle menguap perlahan, dan semua orang di ruangan itu menahan napas. "Begini saja," kata Lyle sambil duduk dengan santai di kursinya. "Kirimkan mereka beberapa hadiah. Barang-barang mahal. Biar mereka merasa dihargai. Mungkin mereka tidak akan merasa perlu berperang."

Pernyataan itu membuat semua orang terdiam. Beberapa pejabat saling bertukar pandang, tidak tahu harus berkata apa. Ini adalah masalah besar, dan keputusan Lyle sangat bertolak belakang dengan apa yang mereka harapkan.

"Yang Mulia, ini bukan saatnya untuk memberi hadiah," kata Alric dengan suara tegas. "Ini masalah serius yang memerlukan tindakan konkret."

Lyle hanya mengangkat bahu. "Lihat saja nanti, Alric. Kamu akan terkejut dengan hasilnya."

Meskipun masih ragu, para pejabat kerajaan mengikuti perintah Lyle. Mereka mengumpulkan barang-barang mewah—perhiasan, kain sutra, dan berbagai barang antik dari seluruh kerajaan, lalu mengirimkannya ke pasukan yang berada di garis depan. Dan, seperti yang Lyle katakan, mereka tidak berperang.

Beberapa hari kemudian, sebuah surat dari pasukan kerajaan di timur tiba, membawa kabar baik. Pasukan musuh yang sebelumnya mengancam telah mundur setelah menerima hadiah-hadiah tersebut. Mereka bahkan mengirimkan surat terima kasih kepada kerajaan, menyatakan bahwa mereka tidak bermaksud untuk berperang, hanya saja merasa terhormat dengan penghargaan yang diberikan.

Para pejabat kerajaan kembali berkumpul di ruang pertemuan, kali ini wajah mereka dipenuhi dengan kebingungan dan takjub. "Yang Mulia... Anda benar," kata seorang pejabat dengan suara guncang. "Masalah ini... benar-benar terselesaikan tanpa pertumpahan darah."

Lyle duduk santai di kursinya, tampak seperti tidak ada yang luar biasa. "Ya, seperti yang kukatakan. Kadang, yang terbaik adalah tidak bertindak sama sekali. Berikan mereka hadiah dan lihat apa yang mereka lakukan."

Namun, di dalam hatinya, Lyle merasakan sesuatu yang tidak bisa ia ungkapkan. Ia merasa bahwa meskipun keberuntungan terus berpihak padanya, ada suatu saat di mana keberuntungan itu mungkin tidak datang lagi. Mungkin ada saatnya ketika masalah tak bisa diselesaikan hanya dengan tidur atau memberikan hadiah. Namun, untuk sekarang, ia hanya ingin menikmati momen ini—kerajaan yang makmur dan damai berkat ketidakterlibatannya yang luar biasa.

Tapi meski begitu, Lyle tak bisa menahan rasa penasaran yang tumbuh di dalam dirinya. Bagaimana bisa begitu banyak hal berjalan dengan sempurna tanpa ia lakukan apa-apa? Apakah keberuntungannya akan terus berlangsung selamanya?

"Alric," kata Lyle suatu malam, ketika mereka berdua sedang duduk di taman istana. "Apa yang kamu pikirkan tentang semua ini? Keberuntungan, takdir, dan semua yang terjadi di kerajaan ini?"

Alric menatapnya serius, seolah ingin mengatakan sesuatu yang penting. "Saya... tidak tahu, Yang Mulia. Kadang saya merasa seperti ada sesuatu yang lebih besar yang mempengaruhi semua ini. Sesuatu yang tidak bisa dijelaskan."

Lyle merenung sejenak. "Mungkin kamu benar. Tapi untuk sekarang, aku hanya ingin tidur lagi. Biar dunia ini bergerak sendiri."

Namun, dalam dirinya, Lyle mulai merasakan satu pertanyaan yang semakin mengusik. Apakah dirinya benar-benar hanya seorang pria malas yang kebetulan mendapat keberuntungan? Ataukah ada sesuatu yang lebih misterius tentang dirinya, yang belum ia ketahui?

Namun, untuk saat ini, satu hal yang pasti—keberuntungan akan terus mendampinginya, dan kerajaan ini akan terus berkembang meskipun ia memilih untuk tidur sepanjang hari.

The Lazy TyrantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang