"Ke kamar Evan, ya?"
Joanna menyipitkan mata. Curiga dengan tingkah sang kembaran.
"Jangan tatap Evan begitu. Kita, kan, sering tidur bareng sebelum Anne pergi." Lelaki itu memelankan dua kata terakhirnya. Ia kembali murung.
Gadis dalam gendongannya mendengus. Jangan sampai lelaki itu menangis lagi. "Ya, ayo tidur bersama."
Jervan berbinar. Lelaki itu mempercepat langkahnya menaiki tangga. Sesampainya di lantai dua, ia membuka pintu bercat hitam di sana.
Pemandangan yang Joanna lihat adalah kamar bernuansa abu-abu tanpa banyak furnitur di dalamnya. Suram banget!
Jervan membawa Joanna untuk berbaring di ranjang. Lelaki itu memeluk kembarannya sangat erat.
"Selamat tidur, Anne." Lelaki itu mulai memejamkan mata dan memasuki alam mimpi.
Di sisi lain, Joanna kembali menghela napas. Gadis itu tak bisa bernapas dengan baik karena wajahnya terbenam di dada Jervan. Ia mencoba untuk menjauhkan diri, namun pelukan lelaki itu malah semakin erat.
"Sial." Ia bergumam lirih. Tak ada cara lain, ia akhirnya ikut menutup mata.
-
Jam menunjukkan pukul duabelas siang. Akan tetapi, tak ada yang berani membangunkan anak kembar itu lantaran Mahawira melarangnya. Pria itu hanya ingin memberikan waktu pada dua anaknya untuk melepas rindu.
Di sisi lain, Joanna mulai membuka mata. Gadis itu menyipitkan matanya lantaran silau. Jendela kamar Jervan memang tidak dipasangi tirai, sehingga sinar matahari bisa masuk secara leluasa.
Pelan-pelan, ia melepaskan pelukan Jervan. Gadis itu menghela napas lega setelah bisa melepaskan diri dari kembarannya.
Joanna lalu melangkah keluar dari kamar sang kembaran dan menuju kamarnya sendiri.
Satu jam kemudian, ia turun ke lantai dasar dalam keadaan segar. Rambut pirangnya ia cepol asal. Ia memakai dress bertali tipis yang memperlihatkan bahunya. Tujuan gadis itu adalah membeli makanan karena ia tak melihat ada makanan tersisa di dapur. Terlebih, ia tak bisa memasak.
Gadis itu hanya membawa ponsel. Ia tak tahu di mana tempat untuk membeli makan yang cocok dengan lidahnya, maka ia mengambil asal kunci mobil di garasi dan mengendarainya.
Ia berputar-putar cukup lama, sampai pilihannya jatuh pada restoran bergaya Jepang. Gadis itu memarkirkan mobilnya, lalu masuk ke restoran.
Sesampainya di sana, ia memesan ramen, jus strawberry, dan cheesecake.
Gadis itu fokus pada makanannya, tanpa menyadari jika di sudut restoran, ada seorang lelaki yang menatapnya dengan lekat. Lelaki itu mengeluarkan alat lukisnya, lalu melukis wajah Joanna dengan sempurna.
-
Joanna mengernyit saat mendengar keributan bahkan ketika ia masih di parkiran. Gadis itu buru-buru masuk rumah dan kaget setengah mati melihat apa yang terjadi di depan matanya.
"Evan!" Gadis itu berlari mendekati Jervan yang tengah membanting barang-barang yang ada di ruang keluarga.
"Non, darimana? Tuan Muda mencari Nona dari setengah jam yang lalu." Salah seorang pembantu berbisik padanya.
Joanna tak menyangka jika Jervan akan bertindak sedemikian rupa hanya karena ia pergi. Ia memang tidak menuliskan detail tentang Jervan karena lelaki itu hampir tak pernah muncul di dalam novel. Melihat secara langsung betapa kacaunya Jervan, ia mulai merasa bersalah. Kira-kira apa yang terjadi pada lelaki itu saat mengetahui kematian Joanna seperti dalam novel?
"Evan! Berhenti!" Joanna menyentuh tangan Jervan yang hendak membanting guci. Gadis itu membawa Jervan untuk menatapnya. "Lihat aku! Evan!"
Jervan kehilangan fokus. Lelaki itu mengerjapkan mata. "Anne?"
"Ya."
"Anne di sini?"
"Iya, Evan. Anne di sini."
Tepat setelah berucap demikian, Jervan langsung ambruk dalam pelukan Joanna. Keduanya terduduk di lantai.
Di depan pintu utama, Mahawira menatap pemandangan itu dengan tangan mengepal. Ini salahnya. Jervan mengalami gangguan mental karena kepergian Joanna. Akan tetapi, bukannya menyembuhkannya, ia malah memaksa putranya untuk melupakan Joanna. Ia benar-benar bajingan. Ayah paling buruk di dunia.
-
"Besok kita akan makan malam di luar."
William melirik sang ayah. Tumben sekali. "Ada acara apa?"
"Perjanjian mendiang kakek kalian harus terlaksana."
Joanna menggigit bibir. Secepat inikah?
"Apa maksud Papa?" Jervan menatap tajam pada Mahawira.
"Anne akan dijodohkan dengan putra tunggal Adipati."
"NGGAK!" Jervan menggebrak meja sehingga beberapa alat makan yang ada di sana berdenting. Lelaki itu menatap ayahnya penuh permusuhan. "Papa nggak bisa seenaknya sama Anne! Aku nggak setuju!"
"Perjanjian ini tidak bisa dibatalkan, Jervan."
William melirik Joanna yang hanya diam. Lelaki itu mengepalkan tangan. "Apa, sih, yang Papa dapat setelah jodohin Anne? Perusahaan semakin besar? Papa masih aja gila harta ternyata."
Mahawira menghela napas. "Bukan seperti itu." Ia menatap Joanna yang tak mengeluarkan sepatah kata. "Perjanjian itu memang tidak bisa dibatalkan, akan tetapi jika kedua calon itu menolak, maka tak ada yang bisa memaksa."
Joanna mendongak. Dialog ini tidak ada di dalam novel. "Jadi aku boleh nolak?" Ia bertanya penasaran.
"Ya. Perjodohan tidak akan terjadi jika kamu dan putra tunggal Adipati sama-sama menolak."
Apa ini? Mengapa berbeda dengan yang ia tulis? Gadis itu sedikit kebingungan. Akan tetapi, ia tetap bersyukur. Akan semakin mudah jika ada perjanjian seperti itu. Ia yakin putra tunggal Adipati akan menolaknya. Sama seperti di dalam novel.
"Oke. Aku yakin laki-laki yang mau dijodohin sama aku juga pasti nolak." Gadis itu tersenyum penuh keyakinan.
Di sisi lain, netra Jervan memerah menahan tangis. Tidak cukup dengan kepergian gadis itu ke luar negeri, sekarang Joanna juga ingin meninggalkannya demi laki-laki lain?
-
to be continued.
a/n: my mood ... alih-alih ingin menghilang, aku malah ingin update (shibal).
Teruntuk akun whisperpey yang sekarang ganti username, nih aku kasih cerita baru. Plagiarize my story again if you dare. Bisa aku pastikan kalau tulisanmu nggak akan secantik tulisanku (tersenyum miring).
Komentar sebanyak-banyaknya untuk lanjut, ya.
Sedikit dapat ide untuk menjadikan whisperpey ini sebagai tokoh yang menderita di sini (tertawa setan).
-

KAMU SEDANG MEMBACA
THE PLOT : ADORE YOU
FantasyJoanna terlempar ke novel buatannya sendiri dan memasuki tubuh Joanna Avery, tunangan pemeran utama pria kedua yang akan mati seminggu setelah pertunangan. Joanna harus menyelamatkan nasibnya. Akan tetapi, bukan nyawanya yang terancam, namun kewaras...
3. Jervan Azery
Mulai dari awal