THE PLOT : ADORE YOU

THE PLOT : ADORE YOU
His First Wish

-

Dylan Alexander adalah laki-laki dengan rekam jejak sempurna yang sejak awal dilahirkan untuk memimpin Alexander Group. Ia dididik dengan keras oleh kakeknya setelah kematian orang tuanya.

Pasangan workaholic itu meninggal dibakar hidup-hidup oleh pesaing bisnisnya.

Kala itu, Dylan baru berusia tujuh tahun. Anak kecil itu dipaksa untuk melihat tubuh orang tuanya yang perlahan hangus dan hancur dilalap api. Setelah itu, ia diasingkan ke Belanda semata-mata untuk menjaga kejiwaannya. Bocah kecil itu pasti ketakutan setelah mengalami kejadian mengerikan tersebut. Oleh karena itu, sang kakek membawanya ke Belanda untuk berobat di bawah rawatan dokter spesialis jiwa terkenal di sana.

Naasnya, Dylan tidak pernah merasakan apapun. Anak kecil itu bahkan tak berkedip saat melihat mayat orang tuanya.

Dylan Alexander adalah tokoh utama pria keempat yang ditakdirkan hidup kesepian sepanjang hidupnya, sekalipun ia berhasil mengikat tokoh utama wanita. Lelaki itu besar di tangan pengasuh. Wanita yang hanya merawatnya demi uang, tanpa kasih sayang sedikitpun. Bahkan ketika orang tuanya masih hidup.

Oleh sebab itu, Dylan tak memiliki ikatan apapun pada orang tuanya. Melihat dua orang itu mati di depan matanya tak membuatnya iba, terlebih menangis. Anak kecil itu bahkan hanya menatap datar makam orang tuanya.

Sikapnya yang acuh tak acuh itu membuat orang-orang mulai khawatir. Mereka menganggap jika kejiwaan Dylan terganggu setelah kematian orang tuanya. Padahal kenyataannya, Dylan tak pernah berduka.

Lelaki itu hidup dalam kesepian.

Harvey Adam adalah teman pertamanya. Mereka diminta berteman karena keduanya kelak akan mewarisi perusahaan keluarga. Dylan tak pernah peduli pada Harvey, meskipun mereka telah bersama sejak bayi.

Dylan tak berperasaan.

Lelaki itu bahkan tak berkedip saat menghabisi nyawa pengkhianat perusahaan. Umurnya saja yang 18 tahun, kenyataannya lelaki itu jauh lebih dewasa dari umurnya.

Setelah mengikuti pertukaran pelajar selama sekitar sepuluh bulan, Dylan terpaksa mengulang kelas sebelas. Ia kira, kehidupannya akan seperti sebelumnya. Membosankan. Gelap. Sepi.

Lalu, gadis itu datang.

Dylan tahu jika kemanapun ia pergi, banyak orang yang ingin menaklukkannya. Menyandang gelar sebagai satu-satunya pewaris Alexander Group memang cukup membahayakan.

Hari itu, ia menyadari jika lagi-lagi ada yang memasukkan obat perangsang ke dalam minumannya. Ia tak peduli. Hal seperti ini bukan pertama kali. Dan ia selalu lolos. Sebab entah kenapa, ia tak pernah tertarik pada perempuan manapun sekalipun perempuan itu telanjang di depannya. Ia tak peduli. Lalu, ia mencoba untuk menemukan alasannya. Barangkali ternyata ia menyukai laki-laki. Akan tetapi, pemikirannya itu patah. Ia merinding dan mual parah ketika ia menyentuh tangan bawahannya.

Lalu, ia memutuskan untuk tidak peduli. Terserah. Miliknya tidak bangun? Tak masalah. Ia tidak membutuhkan itu.

Sayangnya, semesta seperti hendak mengujinya.

Gadis itu ... membangunkannya.

Membangunkan kejantanan yang terakhir kali berdiri saat ia mengalami mimpi basah.