"APA?! MASTIIN APA SAMPAI KUNCI RUANGAN INI LO BUANG?!"
"My dick."
"Oh, mau mastiin—OH??? APA?????!!"
Joanna melotot horor. Gadis itu melepaskan tangannya dari kerah Dylan. Ia mundur dengan langkah takut seraya menutup dadanya.
"Don't worry. I just—"
"STOP!" Joanna menggeleng histeris. "Gue nggak butuh penjelasan apapun! Sial! Beraninya lo ngomong gitu ke gue?! Kita nggak saling kenal dan lo tiba-tiba mau mastiin ... apa? Mastiin itu? APA HUBUNGANNYA SAMA GUE?!"
Dylan masih tak bereaksi. Akan tetapi, lelaki itu tengah menahan tawa tanpa sepengatahuan Joanna. Ia mengepalkan tangannya yang berada di saku, guna menahan hasrat untuk meremukkan tubuh kecil gadis itu.
"Let me tell you, okay? Jangan salah paham."
Jangan salah paham? Joanna tertawa dalam hati. Orang gila pun akan salah paham dengan ucapan tak masuk akal itu!
"The moment you kissed me—"
"NGGAK SENGAJA! OKE? Gue kepleset!"
"Can I finish my sentence first?"
Joanna meringis. Ia angkat tangan, mempersilakan Dylan untuk melanjutkan ucapannya.
"The moment you kissed me, you wake up something that never wakes up."
Joanna mengernyit. Apa itu sesuatu yang ia pikirkan? Gadis itu merinding.
"Aku pewaris Alexander. Satu-satunya yang berwenang atas Alexander Group. Aku bertemu dengan banyak sekali rekan kerja, entah yang pure ingin kerja sama, atau yang ingin menawarkan tubuh mereka." Dylan menatap Joanna yang tampak lebih rileks. Lelaki itu tersenyum tipis. "Aku berkali-kali dijebak oleh orang berbeda, membuatku minum obat perangsang, lalu membawaku pergi untuk meniduri perempuan pilihan mereka."
Joanna melongo. Itu tidak ada di novel ...
"Aku membiarkan semua permainan sampah itu karena aku tidak pernah tergoda. Tidak sekalipun perempuan-perempuan itu telanjang di depanku." Dylan menunduk, menatap miliknya yang tertutupi celana sekolah. "Aku tidak pernah mempermasalahkan milikku yang tidak sedikitpun berdiri sekalipun dengan bantuan obat perangsang."
Joanna langsung waspada.
"Tapi hari itu ... you kissed me. Just a kiss, tapi itu membuat milikku bangun."
Sial. Joanna mulai mundur. Pembicaraan ini mulai tidak jelas.
"Aku bukan tipe orang yang puas dengan pencapaian minimal."
"What do you mean?"
"Aku tertarik denganmu."
"Gila!" Joanna menggeleng tak habis pikir.
"Why? Ada larangan aku tidak boleh menyukaimu?"
"Ya. Ada." Joanna mengangkat tangan, menunjukkan cincin pertunangan di jari manisnya. "Gue udah punya tunangan."
"Really?" Sekilas, ada kilat berbahaya setelah Joanna berucap demikian, namun Dylan mampu menutupinya dengan baik. "But it's just an engagement."
Joanna mengernyit tak mengerti.
"Menikah saja bisa bercerai, apalagi hanya tunangan?" Dylan tersenyum kecil. "Aku akan membuatmu memutuskan pertunangan itu."
"Fucking ashole."
Dylan mengangguk. "Let me tell you something." Ia melangkah mendekati Joanna yang kini semakin memundurkan langkahnya.
"Berhenti."
Dylan tak terusik. Lelaki itu menyeringai kala Joanna tak lagi bisa mundur sebab di belakangnya ada piano.
"Sial!"
Dylan langsung mengukung tubuh kecil Joanna. Rautnya tampak seperti mendapatkan mainan baru. Ia begitu tenang menikmati wajah Joanna yang kini panik tak karuan. Akan tetapi, tak ada yang tahu jika jantungnya berdetak sangat kencang sehingga ia takut andaikata Joanna mendengarnya.
"Dylan! Berhenti!" Joanna melotot. Netra bulatnya tampak lebih lucu saat ia seperti itu.
"Joanna? Your name is as beautiful as your face."
"Wow. Buaya siapa ini?"
Dylan mengulum senyum. "Your crocodile. Your pet."
Napas Joanna tercekat kala Dylan mendekatkan wajahnya. "Pretty, we will spend the night here. Together."
Ia memukul tengkuk Joanna sehingga gadis itu pingsan dalam pelukannya. Selanjutnya, ia meraih ponsel gadis itu dan mengirim sebuah pesan singkat pada nomor laki-laki yang Joanna sematkan, lalu membanting ponsel tersebut sehingga mati total.
Joanna
aku akan bermalam di rumah temanku.-
Di sisi lain, Jervan tertegun membaca pesan dari Joanna. Di saat ia hendak mencari keberadaan gadis itu, Joanna sudah lebih dulu mengirim pesan. Akan tetapi, apa maksudnya? Akan kemana gadis itu?
Jervan
teman siapa? kirim alamatnya ke evanSepuluh detik. Dua puluh detik. Lima menit berlalu namun Joanna tak kunjung membalas. Nomor Joanna tak aktif.
"Sial!"
Lelaki itu berlari meninggalkan sekolah.
"JERVAN!"
Teriakan bariton itu membuat langkahnya terhenti. Ia menatap Harvey yang berjalan menghampirinya.
"Anne. Dia pulang sama lo?"
"Apa maksud lo?"
Jervan memperlihatkan pesan yang Joanna kirimkan.
Harvey mengepalkan tangan melihat pesan tersebut. "Dylan sialan!" Umpatnya.
"Dylan?" Jervan termangu sesaat.
"Anne kemungkinan kenal sama Dylan. Mereka mau ngobrol serius tadi, dan sampai sekarang belum kembali."
"Jadi maksud lo, kembaran gue pergi sama bajingan itu?"
Harvey menghela napas, lalu mengangguk.
"Fuck! Kita berpencar." Jervan langsung berlari menuju gedung kelas sepuluh. Bajingan Alexander? Tak akan ia biarkan lelaki kesepian itu mengambil hati kembarannya.
-
to be continued.
a/n: halo, ketua lagi sakit nih, jadi mohon bersabar seandainya belum bisa upload setiap hari.
komen sebanyak-banyaknya untuk lanjut and have a nice day <3
-

KAMU SEDANG MEMBACA
THE PLOT : ADORE YOU
FantasyJoanna terlempar ke novel buatannya sendiri dan memasuki tubuh Joanna Avery, tunangan pemeran utama pria kedua yang akan mati seminggu setelah pertunangan. Joanna harus menyelamatkan nasibnya. Akan tetapi, bukan nyawanya yang terancam, namun kewaras...
19. Personally, He's a Troublemaker
Mulai dari awal