抖阴社区

02. Ya Tuhan, Dia Lagi

27.2K 2K 238
                                    

catatan:
⚠️ Gambar di atas ilustrasi lukisan Kiara

Sebelum lanjut, mau ngasih tau dulu kalo kalian jangan skip narasi mulai dari bab ini ya, karena part ini jadi salah satu bagian menentukan seiring berjalannya alur, jadi pastikan kalian nggak skip bagian apapun biar nggak bingung ke depannya.

jangan lupa kasih support author dengan cara klik klik bintang di bawah, selamat membaca...

♦️♦️♦️

Entah bagaimana caranya, Tuhan selalu bisa membawa kita pada sebuah pertemuan. Di setiap kebetulan dan ketidaksengajaan, kita selalu beradu pandang. Meskipun hanya dari kejauhan.

Kring...

Bel pintu berbunyi, langkah kaki gadis itu membawanya masuk ke tempat yang tiga tahun belakangan ini selalu ia kunjungi setidaknya satu kali dalam seminggu.

Permata Florist. Toko bunga favorit Zelina yang punya banyak pilihan berbagi jenis bunga cantik, seperti Mawar, Anggrek, Antorium, Aster, Anyelir, Hortensia, Lilium, Peony, Snowball, Tulip, dan masih banyak lagi. Tapi bukan hanya jenis bunganya yang beragam yang membuat tempat itu menjadi toko bunga favorit bagi Zelina, melainkan hubungannya dengan pemilik toko tersebut.

Tanpa menunggu lama, sepasang suami istri berusia lima puluh tahunan datang menyambut kehadirannya.

"Kamu datang tepat waktu, Rin, ibu baru saja menyelesaikan pesanan kamu. Mawar putih seperti biasa, kan?" kata perempuan paruh baya itu seraya memeluk hangat tubuh Zelina.

"Betul, terima kasih ya, Bu, Pak," ucap Zelina setelah membalas pelukan itu, tak lupa dengan senyum yang menampakkan gigi rapinya. Begitu manis.

Alih-alih memanggil om dan tante, mereka lebih suka dipanggil Ibu dan Bapak. Bagi sepasang kekasih yang tidak memiliki anak itu, Zelina sudah mereka anggap seperti putri sendiri. Begitupun dengan Zelina yang menganggap mereka seperti orangtua keduanya.

Di tempat ini, hanya di sinilah gadis cantik yang orang lain kenal dengan nama Zelina itu, justru orangtua ini lebih akrab memanggilnya sebagai Marine. Katanya, Aquamarine itu nama yang indah, seperti berlian dan pertama yang berkilau.

"Ini bunganya, Rin," kata Bapak sambil menyerahkan setangkai bunga mawar putih yang beberapa hari lalu sudah ia pesan. Walaupun sebenarnya tanpa dipesan pun mereka selalu tahu kapan Zelina akan mengambil bunga itu.

Zelina menghirup aroma bunga itu begitu sampai di tangannya, harumnya selalu sama, selalu menghantarkannya pada perasaan hangat dan tenang.

"Kalau begitu aku pergi ya Pak, Bu, takut keburu hujan, langitnya mendung," pamit gadis itu melirik ke arah luar toko, langit betulan mendung saat itu.

"Loh? Baru ibu mau nawarin kamu makan siang dulu, memangnya kamu sedang buru-buru?" tanya Ibu pemilik toko itu, seakan tidak ingin 'putrinya' cepat-cepat pergi.

"Aku udah ada janji sama temen, Bu, lain kali kita makan siang bareng kayak biasanya, ya?" jelas Zelina tak enak hati.

"Yasudah kalau gitu, nanti kalau kamu ke sini lagi ibu buatkan tiramisu cake kesukaan kamu, hati-hati di jalan ya, titipkan salam ibu ke mamamu yah."

Zelina hanya mengangguk tulus, membalasnya dengan senyum.

***

Zelina terlihat menawan dengan dress putih panjangnya, lengkap dengan loafers hitam polos dan rambutnya yang selalu dibiarkan tergerai. Kakinya terus melangkah menyusuri jalan sempit di tengah-tengah pemakaman. Menuju ke salah satu nisan yang sudah berminggu-minggu tidak ia kunjungi.

We're Not Really DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang