Welcome di part 6!
tap-tap bintang dulu sebelum lanjut baca, follow for more info karena aku update setiap hari.Tinggalkan jejak kalian di komen, apapun itu, aku suka jenis keributan dan kehebohan kalian.
selamat membaca
♦️♦️♦️
Kalau sekadar menyapa lalu suka, aku pun bisa. Tapi soal hati dan rasa cinta, ini bukan tempat persinggahan sementara. Jadi tolong, jangan datang lalu membuat luka.
•••
Di sepanjang perjalanan, hanya ada bising kendaraan lain dan udara yang terselip antara mereka berdua. Zelina masih sangat ketakutan, perempuan itu mencengkram jaket kulit pria di depannya dengan kuat. Kaisar hanya bisa membiarkan gadis itu melakukan apapun yang dia mau, ia hanya melirik sekilas ke arah spion untuk memastikan gadis di belakangnya baik-baik saja.Sejujurnya Kaisar tidak tahu harus membawa gadis itu kemana, tapi entah kenapa hatinya terasa ngilu saat melihat Zelina menangis tanpa suara di belakang punggungnya. Gadis itu hanya menatap nyalang apa yang ada di depannya.
Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti di sebuah angkringan pinggir jalan yang menjual makanan sejenis gule tongseng kambing, membuat perempuan itu kembali pada kesadarannya setelah motor tersebut berhenti.
Zelina masih diam meskipun dirinya bingung setengah mati, tetapi yang ia lakukan hanya mengikuti langkah pria itu yang mulai memesan dua porsi makanan dan minuman untuk mereka.
Ketika makanan sampai di meja, Zelina tampak tak bersemangat. Bukan karena menu makanannya yang sederhana, tapi karena kejadian beberapa jam yang lalu masih melekat di benaknya.
"Makan," perintah Kaisar membuat cewek itu sedikit tersentak.
"Kalo nggak makan, lo nggak punya energi buat lawan orang jahat," kata pria itu lagi tanpa bermaksud menyinggung hal tadi.
Zelina hanya menghela dan tersenyum getir, menuruti perkataan pria di sebelahnya lantas mulai memasukan sesuap makanan tersebut ke dalam mulut.
"Lo sering ke sini?" tanya Zelina membuka percakapan.
Pria itu menggeleng, masih menikmati makanan yang memenuhi mulutnya, tak terasa piringnya sudah hampir tandas.
"Makasih, ya?" kata Zelina dengan perasaan nanar yang masih terasa.
"Makasih udah bawa gue pergi dari manusia psikopat itu."
"It's okay, lo pernah nyelamatin nyawa gue sekali, kalau lo lupa," balas pria itu berniat menghibur.
Zelina hanya tersenyum sekilas, "Makasih udah bawa gue ke tempat ini, karena ternyata tenaga gue terkuras habis ngadepin spesies kaya Leon."
"Lo kenapa nggak minta tolong?" tanya Kaisar sedikit penasaran.
"Gue juga nggak tau, gue selalu ngerasa tertekan dan terintimidasi sama dia, cowok gila itu selalu punya 'cara' buat jadiin semuanya seolah hal biasa," jelasnya.
"Gue nggak tau kenapa dia jadiin gue sebagai target, sebelumnya gue bahkan nggak kenal dia siapa."
"Maksud lo, selama ini dia ngelakuin hal-hal itu karena ada alesannya?" tanya Kaisar skeptis.
"Setidaknya itu yang gue rasain, dia selalu nyerang gue waktu gue lagi sendirian, seakan dia emang cuma mau gue dan nggak mau ngelibatin orang lain," prasangka gadis itu sambil mengingat apa saja yang telah Leon lakukan padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
We're Not Really Different
Teen FictionZelina pikir, perselingkuhan, pelecehan seksual, aksi teror, dan kehilangan adalah insiden paling gila yang pernah terjadi dalam hidupnya. Anak tunggal sepertinya tentu tahu bahwa hidup adalah tempatnya luka tercipta. Tapi di sisi lain dia keliru, Z...