抖阴社区

32 | Cerita Yang Tak Lagi Rahasia

13.6K 737 28
                                    

Zelina melangkah ringan memasuki halaman rumahnya. Malam yang tenang setelah bepergian dengan Aldo meninggalkan senyum kecil di wajahnya. Zelina benar-benar datang ke taman itu untuk memenuhi permintaan Aldo, awalnya ia kira sesuatu akan terjadi, tetapi ternyata pria itu hanya ingin menunjukan koleksi kamera analog baru miliknya dan mengajak gadis itu bersenang-senang keliling kota.

Zelina tak menyangka, sosok yang selama ini dianggapnya penuh bahaya ternyata begitu berbeda dari bayangannya. Nyatanya Aldo adalah sosok yang menyenangkan, ramah, dan baik hati. Pikiran gadis itu masih dipenuhi percakapan mereka, senyum Aldo, dan bagaimana cara ia bercerita tentang hal-hal kecil dengan penuh semangat.

Namun, saat Zelina tiba di depan pintu rumah, sebuah kesadaran menghantamnya. Ponsel yang sejak tadi ia abaikan karena terlalu larut dalam euforia kini dipenuhi oleh segelintir notifikasi. Puluhan pesan belum terbaca. Pesan bertumpuk dari Nora dan Kaisar membuat layar ponselnya penuh.

Nora

Zel, lo kemana, sih? Kaisar nyariin lo terus, noh!

Kebiasaan banget ngilang nih anak

Kaisar

Zel, dimana? Ada yang mau gue omongin sama lo.

Zeli, lo baik-baik aja? Gue khawatir.

Kabarin gue kalo ada sesuatu.

Zelina hanya mendesah kecil, menatap layar itu sesaat sebelum menutupnya kembali. Suasana hatinya yang masih baik membuatnya memilih untuk mengabaikan sejenak kekhawatiran itu. Tetapi, begitu kakinya melangkah masuk, senyum itu seketika lenyap. Langkahnya terhenti begitu menangkap sosok pria ber-hoodie putih yang tengah duduk di ruang tamu. Matanya membelalak melihat Kaisar di sofa dengan pandangan tajam, rahangnya mengeras, dan ada aura tegang yang menyelimuti ruangan. Mata tajamnya langsung menatap Zelina begitu pintu terbuka.

Kaisar berdiri, "Dari mana aja?" Suaranya terdengar dingin, menusuk telinga Zelina.

Zelina tertegun, tidak menyangka kehadiran Kaisar di rumahnya malam itu. "Lo sejak kapan di sini?" tanyanya bingung.

"Sejak gue nggak bisa berhenti nyariin lo, dan gue udah coba hubungin lo berulang kali tapi nggak ada jawaban satupun, lo tau... gue khawatir."

Zelina mengerutkan dahi. "Gue cuma keluar bentar kenapa lo harus sekhawatir ini, sih? Gue bisa jaga diri, dan lo bukan siapa-siapa gue."

Kaisar cukup tertegun dengan pernyataan tersebut, begitu juga dengan Zelina yang tak menyangka kata-kata itu akan keluar dari mulutnya.

"Harus jadi siapa-siapa dulu, Zel, biar gue bisa khawatir sama lo? Gue beneran nggak tau lagi harus cari kemana waktu lo nggak ada, bahkan lo pergi tanpa sepengetahuan bibi, lo mikirin orang yang sayang sama lo nggak, sih?"

Zelina tertawa hambar, "Gue nggak minta kalian buat khawatirin gue. Kalo kalian beneran sayang seharusnya kalian percaya sama gue, gue tau apa yang gue lakuin!"

"Dengan jadi egois dan pergi sama Aldo sampe larut malem kaya gini? Iya?" tanya Kaisar mengintimidasi.

"Maksud lo apa, sih?"

Kaisar menatapnya tajam. "Zelina, lo sadar nggak sih siapa Aldo itu sebenernya?"

Zelina mengangkat dagunya, berusaha menahan perasaan tidak nyaman yang tiba-tiba muncul. "Kenapa sih lo sama Kiara selalu mempermasalahin Aldo? Gue baru aja pergi sama dia, dan lo bisa liat sendiri kalo gue baik-baik aja!"

Kaisar mendekat, menatap Zelina tajam. "Karena dia manipulatif. Dia tau cara buat lo percaya sama dia."

Zelina menggeleng tak percaya. "Terus menurut lo gue bakal percaya dengan lo menghakimi dia tanpa bukti? Dia nggak seburuk itu. Lo bahkan nggak tau apa-apa soal dia. Lo cuma terlalu paranoid, Kai!"

We're Not Really DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang