抖阴社区

29 | Antara Kita dan Rahasia

13.5K 774 11
                                    

Di sudut kelas yang sepi, Zelina duduk di bangku favoritnya. Di tangan kirinya, terbuka sebuah buku dengan judul a gathering of shadows yang telah dibaca hampir setengah jumlah halaman. Sementara tangan kirinya menggenggam roti tawar selai coklat yang gadis itu bawa dari rumah, sesekali tangan yang sama itu sibuk membalik halaman demi halaman dunia fantasi yang memikatnya.

Zelina selalu merasa ada sesuatu yang ajaib tentang membaca di keheningan kelas. Apalagi membaca buku-buku fantasi kesayangannya. Meski suasana kantin ramai dengan tawa teman-temannya, ia lebih memilih tenggelam dalam cerita tentang petualangan, sihir, dan para penjaga yang berperang demi kebenaran.

Namun, pikirannya yang semula damai mendadak terusik oleh suara langkah kaki yang semakin mendekat.

“Zeli,” suara itu terdengar akrab namun agak canggung. Kaisar berdiri di ambang pintu, ragu-ragu sebelum melangkah masuk.

Panggilan itu, rasanya sudah lama ia tidak mendengarnya.

“Kenapa nggak gabung ke kantin?”

Zelina menatapnya sekilas, lalu kembali pada bukunya. “Gapapa, lagi pengen di sini saja. Lo sendiri ngapain ke sini?”

Kaisar berjalan mendekat, menarik kursi di depan Zelina, lalu duduk tanpa diundang. Ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat Zelina berhenti membaca.

“Mau ketemu lo,” jawab Kaisar, suaranya lembut namun tegas. “Mungkin bukan cuma gue yang ngerasain kalo beberapa hari terakhir kita nggak terlalu banyak ngobrol?”

“Lo marah, Zel? Gue ada salah ya sama lo?” tanya Kaisar penuh arti.

Zelina menghela napas. “Nggak ada yang marah sama lo, Kai, gue cuma... lagi butuh waktu sendiri,” jawabnya tanpa berani memandang wajah pria di depannya.

“Kalo gue ada salah, tolong bilang, ya? Biar gue bisa perbaiki semuanya.” Kaisar mencondongkan tubuhnya ke depan, mencoba menangkap pandangannya.

Zelina masih menatap buku itu, meski saat ini fokusnya sudah tak lagi berada di sana. Ia merasa tak enak hati pada Kaisar, karena bagaimanapun pria itu tidak salah, semua ini terjadi karena dirinya yang masih belum bisa memahami perasaannya sendiri.

Akhirnya Zelina menutup buku itu, menatap Kaisar dengan mata yang tak lagi dipenuhi emosi tertahan. “Lo nggak ada salah apapun kok, mungkin akhir-akhir gue lagi ngerasa capek aja, maaf kalo bikin lo kepikiran.”

Kaisar menggeleng lemah, “No need to say sorry, okay? Gue cuma mau mastiin kalo lo baik-baik aja.”

Zelina mengangguk halus seraya tersenyum manis, “Makasih ya udah mau peduli sama gue, walaupun gue tau lo juga punya masalah lo sendiri.”

“Kalau gitu, anggap ini selesai, ya?” Kaisar tersenyum kecil. “Gue nggak akan ganggu waktu sendiri lo lagi, asalkan lo kasih tahu gue kalau ada apa-apa.”

Zelina mengangguk. Perasaan canggung di antara mereka perlahan memudar. Zelina menyadari sikapnya belakangan ini sangat tidak dewasa, dan dia menyesal. Padahal, memiliki Kaisar yang sebegitu peduli padanya saja, seharusnya sudah cukup.

Mereka pun saling melempar senyum tulus masing-masing, baik Zelina ataupun Kaisar merasa lega karena akhirnya hubungan mereka kembali membaik.

Kaisar menunjuk buku yang ada di tangan Zelina. “Seru banget baca bukunya sampe rela ninggalin kantin? Sesuka itu ya sama novel fantasi?”

Zelina tersenyum tipis, lalu berkata dengan nada yang mendalam, “Menurut gue, buku fantasi tuh kayak portal ke dunia lain. Ada sesuatu yang magis tentang masuk ke dalam cerita. Seolah-olah gue bisa ninggalin kenyataan sebentar dan jadi seseorang yang lebih berani, lebih kuat... bahkan gue bisa menemukan keajaiban yang nggak pernah ada di dunia nyata.”

We're Not Really DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang