Pergi karena disakiti, hilang karena dikhianati. Kadang kita perlu menyudahi hal yang membuat kita sedih sendiri
•••
Celine tidak berbohong ketika dirinya mengatakan bahwa Bima mengajaknya untuk jalan berdua hari ini, mereka juga sudah melakukan janji untuk bertemu pada pukul tujuh malam hari.
Dan di sinilah gadis itu sekarang, berdiri di depan sebuah gedung pusat perbelanjaan di tengah kota, menunggu kehadiran sang pria yang katanya masih dalam perjalanan.
Perempuan dengan potongan blouse putih lengan pendek bermotif dan celana jeans-nya itu, tampak cantik mengenakan sepatu putih basic yang dipadukan dengan riasan wajah dan tatanan rambut yang terlihat anggun dan natural.
Gadis itu sangat antusias, merasa senang hanya dengan membayangkannya saja, ia terus menunggu kehadiran cowok itu hingga beberapa menit sambil memperhatikan sekitarnya. Namun, malam ini bulan tampak redup, jalanan tampak sunyi, tidak banyak orang yang berlalu-lalang di dalam ataupun di luar gedung itu.
Menit pun terus berlalu begitu saja, dan Bima belum juga muncul di hadapan. Celine merasa hawa sekitarnya berbeda, perasaan dingin dan cemas menyelimuti dirinya. Gadis itu mengusap lengannya sendiri, berusaha menghantarkan rasa hangat ketika dinginnya angin malam menyapa kulit mulusnya.
Gadis itu masih berusaha berpikir positif dan abai saat ia merasakan ada sesuatu yang seakan mendekat ke arahnya, hingga prasangka itu membawa kejut luar biasa pada tubuhnya ketika tiba-tiba seseorang membekap mulutnya dengan sapu tangan dan menarik tubuh kecil itu dari belakang, gadis itu terkesiap dan berhasil dibawa pergi dengan cepat.
Tanpa sempat melihat siapa orang yang berada di balik topeng hitam itu.
***
"Azka Azkia?"
"Hadir, Bu!"
"Lintang Aurelia?"
"Hadir!"
"Celine Naviera?"
Hening.
Tak ada jawaban apapun yang terdengar dari ruangan itu.
"Celine Naviera ada?"
Zelina dan Nora serentak saling menoleh bingung, memandang bangku di baris kedua tengah di depan mereka tanpa penghuninya. Ia baru sadar jika sahabatnya itu tidak ada di tempat.
"Zelina, Nora, teman kalian kemana?" tanya seorang guru wanita bertubuh tinggi dan sedikit gempal.
Semua orang juga tahu para gadis itu adalah tiga sekawan yang tidak bisa dipisahkan, tidak heran jika guru itu bertanya pada mereka berdua.
"Saya nggak tau, Bu," jawab Zelina pelan.
Sebuah hal yang cukup langka bagi mereka mendengar tiga sekawan itu tidak saling mengetahui kabar satu sama lain.
Zelina kembali menoleh ke arah Nora dengan harap bisa mendapat petunjuk ke mana perginya gadis itu.
"Baiklah, Ibu anggap Celine tidak hadir ya hari ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
We're Not Really Different
Teen FictionZelina pikir, perselingkuhan, pelecehan seksual, aksi teror, dan kehilangan adalah insiden paling gila yang pernah terjadi dalam hidupnya. Anak tunggal sepertinya tentu tahu bahwa hidup adalah tempatnya luka tercipta. Tapi di sisi lain dia keliru, Z...