抖阴社区

12. he like a devil

Mulai dari awal
                                    

"Belum ada diagnosa pasti, tapi dokter menduga ini kasus pelecehan seksual."

Seakan tak diberikan jeda untuk bernapas lega, kedua gadis dengan seragam SMA yang dibalut dengan sweater tipis itu kembali dipekakan oleh kenyataan.

Nora geram dibuatnya, "Om udah lapor polisi?"

"Sudah, tapi mereka juga kesulitan untuk memeriksa lebih lanjut dalam kondisi seperti ini. Kita butuh informasi lebih jelas dan valid, yang mana itu mengharuskan Celine untuk diintrogasi," jelasnya dengan suara lemah.

"Ya, Tuhan..." Zelina menghembuskan napasnya gusar.

Setelah itu, ia kembali duduk menghampiri wanita setengah baya yang masih termenung di kursinya, menatap kosong ke depan, lalu Zelina mengusap lembut kedua pundaknya untuk menghantarkan ketenangan.

"Tante, Tante yang tenang, ya? Celine pasti baik-baik aja, kita doain Celine sama-sama, ya?"

***

Zelina baru sampai di rumah pukul lima sore, setelah mengunjungi rumah sakit itu dirinya pergi untuk memberikan tugas bimbel tambahan kepada temannya. Hal itu membuatnya terlambat pulang dari jam yang sudah ditentukan.

"Sudah berani melanggar aturan kamu?" tanya pria yang tengah duduk di sofa sudut ruang tengah.

Entah sejak kapan pria itu ada di sana, Zelina sama sekali tidak menyadarinya.

"Ada apa sih, Pa?" Zelina tak berminat untuk menghentikan langkahnya menaiki anak tangga menuju kamar.

"Pergi kemana lagi kamu kali ini? Pergi sama cowok itu lagi?" Di bawah sana pria itu masih mencoba menyelidik.

Yang benar saja, Zelina bahkan tidak pernah melihat apalagi bertemu orang yang dimaksud beberapa hari belakangan ini.

"Bukan urusan papa," jawab Zelina santai.

Sebenarnya lebih kepada lelah untuk diintrogasi dan diceramahi oleh papanya, apalagi kondisi tubuhnya sudah sangat lelah, ditambah banyak sekali hal yang terjadi di luar ekspektasinya hari ini.

"Papa tanya pergi kemana kamu, Zelina? Apa yang lebih penting dari les sampai kamu bolos lagi untuk yang kesekian kali? Kamu mau jadi anak durhaka?"

Pria itu sedikit meninggikan suaranya ketika Zelina masih melangkah menaiki anak tangga satu-persatu.

"Jawab pertanyaan papa!"

Zelina berusaha menulikan pendengarannya dengan menutup kedua telinga.

"Dasar anak tidak tahu diri!"

Namun kalimat terakhir itu terdengar sangat jelas di telinganya, hingga rasanya kalimat itu terus terngiang di benak sampai menusuk tepat ke arah dadanya.

***

Kantin adalah tempat yang pas untuk menghilangkan penat dan rasa lapar setelah energi terkuras habis untuk belajar dan berpikir di kelas, seperti tiga sahabat itu saat ini, duduk saling berhadapan dari angle-nya masing-masing, ditemani dengan menu makan siang yang tak selera untuk mereka habiskan lantaran suasana hati dan pikiran yang kurang mendukung.

"Jadi, kalian ada ide siapa pelakunya?"

Pertanyaan itu langsung meluncur dari mulut Dito setelah Zelina dan Nora menjelaskan kabar apa saja yang mereka dapatkan kemarin di rumah sakit, pemuda itu sama tak menyangkanya, sama-sama tak habis pikir dengan siapa pelakunya.

"Gue pikir kita pasti ngira orang yang sama, kan?" ujar Nora melirik ke arah kedua sahabat di depannya bergantian.

"Maksud lo, Aryo?" ucap Zelina ragu, Nora hanya mengedikan bahunya.

We're Not Really DifferentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang